Keinginan
yang selalu ku inginkan adalah menyentuh kepalaMu, untuk melihat Tuhan dan
keinginan-keinginan semua yang mengelilingiku dan diriMu.
Tapi
sayangnya Kamu begitu jauh. Kamu terlalu luas, menyentuh bahkan segala
keinginan yang menyertaiMu lainnya. Sehingga aku terpaku kepadaMu. Kepada asa
yang enggan kulepas bahkan untuk mengistirahatkan mataku sekejap saja atas
pesonaMu. Tidakkah Kamu sadar dan dengar?
Aku
menjadi wanita egois dan rakus. Melahap semua mimpi yang mengitarimu. Menjadi
pengeluh yang tamak dan besar dan semakin membesar. Aku menangis tanpa sebuah
alasan yang benar-benar melukai otakku. Bahkan mataku yang besar-besar ini
menjadi buta seketika, menjadi hilang. Mencari ruang, setitik saja demi kamu.
Aku
diam menatap ombak yang mengaliriku siang itu. Merasakan denyutnya ia seperti
merindukanku dalam-dalam. Ia ingin melahapku. Membantuku menggapaimu, atau
alasan klise baginya untuk menjauhkanku darimu. Ia berencana membawaku ke dasar
palung hatinya. Meninggalkan laguna dan pasir-pasir kesayanganku, di pantai
timur sana. Ia berusaha menyentuhku, sesekali lembut dan berirama keras. Namun,
aku tetap melihat ke atas. Berharap kepadamu.
Aku
memeluk diriku sendiri. Ketika kamu melihat wanita lain di ujung sana dengan
cahayamu yang penuh. Yang putih. Yang lembut. Yang membuaiku. Kamu melihat yang
lain. Bahkan kamu membawakanku masa lalumu, yang kini menjadi bias cahayamu
yang jua mengikutiku.
Aku
hilang.
Dan
yang lain tetap berusaha memegang aku. Memeluk mesra. Menjadikan aku cinta. Aku
terima saja.. kau jua menerimanya..
Satu
abad menjelang aku. Aku tetap dihadapkan cinta-cinta yang tulus dan pelik. Memeluk
dan menenangkan aku. Ternyata Tuhan menyampaikan kepadaku, keinginan-keinginan
itu. Dengan sendirinya. Tanpa kamu. Tanpa ‘Halo’, bulan cemerlang pujaanku. Puisi
di antara dingin dan bisu. Tuhan menyampaikan bagaimana dua orang yang
menjadikan aku, menunjukkan bagaimana cinta seutuhnya. Dan sialnya, aku mulai
percaya. Aku mulai jatuh cinta.
Cinta
kepada situasi yang ku sebut omong kosong. Yang mati di tengah jalan beberapa
waktu yang lalu. Kini memelukku erat dan menjadikan aku manusia yang penuh
mimpi, sejati. Mimpi menjadi bulan Halo, bulan kesukaanku. Yang mengalahkan aku
soal laut dan rasanya kepadaku. Yang membawa keinginan-keinginan semua manusia
yang mengelilingiku, mencintaiku. Tanpa PHP, tanpa buang waktu, tanpa tunggu. Betapa
aku ingin segera naik, dan menyampaikan kesemuanya kepada Yang Mencipta. Tapi sayangnya
bulan di bumi hanya terpantul satu saja. Kita tetap harus bersaing. Aku mendapatkan
kamu, atau aku yang menjadi kamu.