Sabtu, 29 November 2008

Balada

Seorang anak perempuan menghela nafas panjang menuju jembatan kayu tua. Pulang dari tugasnya. Langkahnya berat enggan melanjutkan.
Matanya merah berkaca bertanda hitam legam di kelilingnya. Bibir bawahnya digigit merona jadi merah. Rambutnya kusut ,dan tatapanny kosong.
Puasanya di ujung tanduk ,ia sudah menangis dua kali, tapi enggan dibatalnya. Ingat diet.
Pikirannya pasti berkecamuk ,dadanya pasti berdegup cepat. Ia terlihat ingin bicara banyak hal ,tentang hidupnya beberapa jam yang lalu ,tentang lelaki pujaannya ,tentang pr geografi ,tentang banyak pertanyaan yang ingin ia ajukan. Tapi, ia kadung terlihat takut. Karena ia bersalah
Ingat ibunya. Ibunya sakit. Ibunya kecewa sama dia.
Menyesal ,merajuk ,menangis
Kecewa sama perempuan kolot pecundang bajingan di sekolahnya
Kecewa sama teman laki lakinya yang mencintainya
Takut sama hari esok, makanya ia ingin mati, biar ibunya tenang hidup tanpanya, biar ibunya berhenti berteriak kepadanya oleh kecewa, biar ayahnya bisa peduli dan mengurus liang lahatnya.
Tapi
saya tidak khawatir, karena dia masih punya air mata ,teman teman barunya ada di sampingnya karna teman lama jarang bersua ,dan dia masih punya cita cita
Jadi saya cuma bersyukur
Saya percaya Tuhan menjaganya ,saya percaya ia benar benar mencintai ibunya ,saya percaya ia mulai dewasa ,dan saya percaya semua akan berakhir
Jadi saya cuma diam karena anak perempuan itu saya. Saya yang menangis

0 komentar: