Mozaik itu, takkan pernah kembali bersatu. Aku mencinta, tapi di tengah jalan kulihat si cinta mati. Dan aku terpisah.
Berusaha menyatukannya, namun kadung perih. Lalu aku menyapunya, dia tak mau hilang.
Mozaik itu, sudah tertanam. Tapi ia terlihat ragu untuk menumbuhiku. Ia hanya bersemayam dalam kelam kalbu. Aku tak dapat lagi menghisap aromanya. Aku mencari, namun tetap tak dapat dicari.
Mozaik itu, menghantuiku. Aku jatuh cinta pada rangkaian hurufnya, tapi ia tak mencinta. Cintanya tak akan pernah bangun untukku. Ia terus membayangiku, mengolokku dari langit. Ia terus mengejarku, padahal aku sudah berusaha tenang. Agar dia anggap aku sudah mati, jadi hantu, dan tak patut lagi dihantui.
Lagipula untuk apa dia menghantuiku lagi, kalau ia hanya tersenyum menebar pesonanya untukku. Cih, aku tak butuh.
Mozaik itu, serpihan hatiku tentangnya. Tentang kita, para cinta. Sekali lagi, cinta sudah tiada. Hatiku merana, semua terpisah ke mana-mana. Satu ini, satu itu. Tolonglah tenggelamkan aku pada dasarnya sekaligus, agar aku bergemelut terus sakit, tapi aku sedikit bahagia bertemu satu patahan itu.
Atau, hempaskanlah aku pada luar dunia ini. Agar aku dapat menghindar dari serpihan yg tersisa, dan aku tersiksa jauh darimu.
Pilihlah mozaik! Aku menunggu.
Senin, 20 Juli 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar