Kamis, 23 April 2009

Diary sekolah menengah pertama

Awalnya, gue ambil agenda itu karna gue mau menulis sesuatu.
Tapi. Setelah gue buka, gue jadi berhasil pulang ke masa lalu, yah masa 3 tahun yg lalu gitu, deh.
Sama, gue ngeliat diri gue yg bikin ilfil banget. Kenapa sih tulisan gue hurufnya gede kecil begitu? Huh
Sebenernya, gue udah pernah nemuin tulisan2 itu kira2 setahun yg lalu deh, tapi kali ini, beda. Gue jijik bercampur kagum lihat diri gue yg dulu.
Yap, gue dulu waktu SMP kecentilan buanget. Yah gebetan segudang lah, yg ngeladenin secret admirer lah, yg sok gaul ke citraland lah, yg cita2 ke Kalimantan lah. Apa aja gue tulis, kebawa sampe sekarang.
Tapi, gue dapet banyak waktu dan pelajaran. Ternyata, fenti yg anak smp mbakteng itu memberikan gue banyak pelajaran lewat tulisannya yg hurufnya gede-kecil yg dia tulis dulu.
Gue baru sadar, gue tuh sayang banget sama temen2 SMP gue hehe. Sampe, gue tulisin satu2 gimana karakter orangnya. Gue inget, dulu dari kelas 7, 8, 9 gue di kelas unggulan, trus ketakutan ranking 1 direbut orang. Dulu ada temen sekelas gue, namanya Teguh, Muhammad Teguh. Orangnya profesor abis, mukanya kaya pak maijul, dan gue belom pernah ketemu dia setelah lulus. Trus, gue inget si Ismail tompel dulu kelakuannya enggak banget. Suka praktekin jurus taekwondo di kelas, segala lah, trus nolak sahabat gue lah. Hahaha, parah parah
Lagi, yg berhasil mengejutkan gue. Ternyata, gue pernah naksir pelatih basket gue. Gubrak! Dan, gue sampe nulisin bulu kakinya dia. ?? Gue makin sadar, dulu keberadaan anak SMA memberi pengaruh besar pada fenti yg anak smp mbakteng itu. Sekalipun anak SMP gebetannya rata2 beda usia 2-4 tahunan. Ckck
Selera sok tua.
Next, gue sempet tercengang melihat tulisan :
"KiRä kIrÄ, w kAlö nTaR SmA pUnYa pÄcAr gAk yAcH?"
dan gue langsung menjawabnya, tidak. (udah, ga usah ngomongin gebetan lagi)
En, rangkaian kata2 di lembar2 diari waktu SMP itu menunjukkan, dari dulu gue udah sok gombal banget, men! Kira2 ada 20an puisi yg gue tulis buat gebetan gue yg gue temuin, itu pun sisa2nya, mungkin waktu diari-nya masih utuh, isinya puisi semua kali ya. Dan, rata2 puisi itu buat pelatih basket gue en arabia(dulu, ternyata ali kasiha gue namain arabia, men :D)
Satu lagi, tulisan yg masih bikin tercengang. Tulisan anak usia sekitar 12an taun(lebay!), tentang gue. Gue banget. Yah, sekiranya adalah kenyataan yg selalu gue inget dan gue lupakan. Tentang kodrat gue sebagai manusia. Tulisannya begini (gak pake huruf gede-kecil, tumben):
"Kita itu yg sempurna, yg paling baik tapi kita ga boleh inget itu kecuali pada saat kita berpesimis"
dan ketika gue membacanya, adalah saat yg paling pas untuk mengecamkan hal tersebut.

Well, selebihnya. Masa2 ke-mbakteng-an waktu SMP sama sahabat2 gue, jaman dulu nyebutnya genk, genk R3F4S :D
But, they're still mine. Sometimes, i miss that time, even i dont want to rewind them, anymore. My life before, so simple than now.
And, thanks God. They're still mine

Senin, 20 April 2009

The orphanage, El orfanato

Gue amat merekomen film ini setelah film2 favorit gue lainnya.
The orphanage, film dari Spanyol. Bergenre horor yg berhasil BARU gue tonton karena rekomen dari sebuah majalah, favorit gue.
Satu kata kunci gue nonton film ini, adalah kata Festival dalam rekomen majalah itu. Gue langsung tertarik, dan zlep! Hari itu juga gue ke salah satu hotspot' favorit gue, hehe. Iya, rental vcd dan pas banget the orphanage ada.
Film ini sederhana.

Laura dan teman-temannya tinggal di sebuah panti asuhan, namanya panti Gembala Baik. Ia diadopsi sendiri, tanpa lima orang temannya.
Hingga ia kembali ke panti tersebut, pada masa dewasanya bersama suami dan anak adopsinya juga. Mereka menempati panti tersebut (sebuah rumah selayaknya kastil besar misterius)dan berencana membangun kembali sebuah panti asuhan, di sana.
Anak adopsi Laura, Simon. Anak laki2 keriting, dan mempunyai teman tak terlihat. Hingga, akhirnya ia ditemukan dengan sosok misterius berteka-teki yg mengajaknya pada sesuatu dan memaksa Simon menjadi temannya, karna Simon tak pernah punya teman.
Simon, dan Thomas. Mereka berteman, tapi tidak dalam imajinasi, bagi Simon. Kemudian, Simon ditunjukkan pada rahasianya. Ibu palsunya, Laura, kemudian penyakitnya, HIV AIDS dan ia kadung kecewa. Ia merasa senasib pada Thomas si anak panti, tak punya siapa2. Dan Laura selalu menepisnya.Thomas terus mengajak Simon bermain. Ia ingin menunjukkan sebuah misteri pada gedung itu, pada Simon, pada Laura yg selamat.
Kemudian, ada sesosok wanita tua. Ia takut akan kehadiran keluarga Laura di rumah itu lagi. Ia kunci jawabannya, namun ia kadung mati.
Simon dan Thomas. Mereka terus bermain, dan Laura mengecewakan mereka.
Simon pergi sendiri memecahkan teka-teki, karena ia dijanjikan Thomas sebuah pengabulan permintaan. Dan, Simon hilang.
Enam bulan, Laura jadi ingin mati. Ia begitu mencintai Simon. Dan berjuta cara dia ambil untuk menemukan Simon.
Pada harinya, Laura menyerah pada keganjilan dan ajakan misterius di rumahnya itu. Ia bermain. Untuk menemukan Simon.
Ia mengikuti teka-teki oleh Thomas. Ia ditunjukkan pada ruang bawah tanah, ruang untuk Thomas dulu.
Ya, Thomas adalah bagian dari panti, dulu. Ia anak wanita tua yg kadung mati itu yg mana salah satu perawat di panti. Ia selalu tersembunyi, karna disembunyikan. Ia lain, dengan kantung kentang di kepala. Teman-temannya menjebak Thomas masuk ke dalam gua dekat mercusuar, hingga ia mati dan mayatnya ditemukan mengerikan. Ibunya kalap, dan membunuh semua anak-anak panti. Ibu menyembunyikannya di bagian gudang.
Thomas terus menunjukkan pada Laura bagaimana hidup dalam panti tersebut. Dan, Laura memecahkannya, menemukan rumah Thomas, mendapatkan anaknya di bawah tangga.
Ia terpana. Ia meminum habis kapsul antibodi HIV milik anaknya, dan ia pun menagih janji pada Thomas. Ia meminta Simon kembali, dan Simon kembali, kemudian Simon menagih janji pada Thomas, ia meminta Laura selalu di sini, di panti, menjaga anak-anak panti yg telah mati juga, Thomas, dan dia sendiri, selamanya. Finally, Laura ditemukan, pada teman-teman ciliknya, ia seperti Wendy kembali ke Neverland. Mereka dimakamkan bersama. Mereka mati dalam damai.

Gue suka sama jalan dan alur ceritanya, tim film amat kreatif nyiptain bagaimana bentuk konflik dan gimana penyelesaiannya. Rahasia ceritanya juga terjaga dengan baik, jadi tebakan gue sering salah. Intinya sih sama, apalagi poin teka-tekinya, banyak film berisi teka-teki, tapi buat gue The orphanage menyajikan teka-teki ini begitu polos dan jujur. Mungkin karna pemain2nya yg anak2 kali ya, tapi buat gue itu masih masuk akal. Gue suka sama film ini. Dan, gue sukses latihan teater selama nonton film ini, khususnya latihan vokal. Teriak, nangis, dan otak gue juga terus berputar ngikutin alurnya. Tapi, beneran deh ini film must watchin bgt! Seandainya, ada insan film Indonesia yg sukses bikin film horor kaya begindang! :)

Sabtu, 18 April 2009

Tidur

Nyatanya gue ga bisa tidur di manapun bagian rumah gue kecuali di kamar gue. Yah, kadang-kadang di kamar nyokap
Mau di bonang, mau di rusun semua sama aja. Kayaknya, ada sesuatu yg udah pas dan selalu memanggil kita pada saatnya dan ngebuat ga bisa lagi berpaling ke yg lain. Bantal guling bersarung warna kuning kotak, dan bantal panjang bersarung motif domba dengan tambahan busa di bawahnya. Atau hanya sekedar hembusan kipas angin di kamar. Hal lainnya, gue ga nahan tidur ber-AC bikin ga bisa nafas. Dan, ga ada yg menandingi tipisnya kasur gue yg di rusun atau anehnya kasur diompolin ga bau punya gue yg di bonang. 2 2nya the best!
Dan, gue ngantuk

Kamis, 16 April 2009

Namanya

Ghost Rider
Bukan karna dia mirip irawan pacarnya tias yg udah dikatain kaya gitu sebelumnya.
Bukan karna dia bawa motor warnanya hitam kaya Johny Blaze a.k.a si Ghost Rider itu.

Pertama, gue nyadar lama-lama kesannya gue kaya cewe yg suka cowo bawa motor. Hey man, gue ya yg namanya otomotif otomotifan, mana ngerti. Bawa mobil aja masih digandeng bokap.
Lagian, kalo udah cintrong mah.. mau dia bawa becak atau helikopter sekalipun yah cintrong aja.
Trus yah, beneran deh sebenernya bener-bener ga ada hubungan khusus sama film dan nama itu. Awalnya gue pun ga terlalu ngeh sama film itu, iya karna nama itu makanya tuh film berhasil gue tonton 3 kali.

Kedua, gue sekuut! Masak, tiap ada gue selalu aja ngebahas motor enak lah, nge-brum.. bruman lah, ngomongin api ke luar dari bol lah. Weey, gue malu! Parah amat ah.

Nama itu si neteng yg ngasi. Dan, gue ga tau mau ngasi nama apa, dulu. Kan ceritanya gue secret admirer, nanti ketauan dong kalo nyebut nama aslinya langsung? Yaudah, gue manut aja, lagian namanya keren kok, ya siapa tau beneran jadi Ghost Rider yg bijaksana.

Gue gatau mau nyebut gimana lagi, udah pas, ga mau ganti. Gimana dong? Hihi..
Maaf ya men!

Minggu, 12 April 2009

Pilihan waktu

Sebuah pengalaman punya sebuah elegi dan ria di masing-masing hati pemiliknya. Ada yg menjadikan itu sebagai dosa penutup hidup yg lampau, atau pula menjadi dasar untuk menempuh hidup kemudiannya.
Buat gue sendiri, gue memilih keduanya. Namun, gue lebih minor menjadikan masa lalu jadi sebuah patokan langkah hidup gue ke depan.
Termasuk urusan cinta-cinta an. Selama ini gue gatau mantan pacar gue sebenernya ada berapa. Dulu, gue masih takut nolak laki-laki yg pdkt ke gue. Kata temen-temen SMP gue, kalo gue nolak cowok nanti gue bisa kena karma.
Sejujurnya, ga ada yg berkesan. Gue menganggap diri gue BELOM PERNAH PACARAN, termasuk kamu pah.
Dan, detik ini harapan itu masih ada, kali. Ali Kasiha.
Tapi, kalaupun dia nembak gue, gue juga berfikir lagi deh. Gue sayang sama gosreder, sekarang. Meskipun belum ada setitik kejelasan.
Oke, masa lalu. Gue hanya menuliskan masa lalu cinta-cintaan gue adalah Ali Kasiha.
Oke, sekarang. Orang yg gue suka adalah orang yg gue sebut ghost rider.

Dan, masa lalu adalah kaitan langsung si GR. Dia masih sayang sama mantannya, yg udah ninggalin dia hampir satu tahun. Kemudian, ada gue yg dia sangka udah menyerah.
Gue? Bingung.
Dia, salah satu orang yg sering gue kaji, yg gue coba untuk mengerti. Blog ini saksi bisu.
Dia orang yg sangat berkomitmen. Mungkin tanpa berfikir membuka hati yg baru atau bikin gue bahagia dengan ngerespon balik gue. Dia penganut masa lalu. Dan, mungkin, dia inget temennya juga yg berhasil dapetin mantannya lagi kali ya?
Sama saat gue dikasih pilihan Ali Kasiha. Bukan karna Ali Kasiha juga keriting! Tapi, karna gue akan mikir untuk pilihan itu. Meski, gue ga ngejar-ngejar ali, kan? Karena, ali paling berkesan buat gue meski itu dulu. Sama ya, tih?
Tapi, rasanya pasti beda ya. Dulu dan sekarang. Apa iya, gue sayang sama pangeran pelangi(panggilan bodoh dari anak SMP yg naksir cowok SMA, jaman dulu) itu kaya dulu? sama orang yg nyakitin gue?
Apa terbayar rasa kecewa gue?

Udah, jadi selanjutnya bagaimana? Apa kesemuanya akan memihak pada masa lalu atau sekarang? Gue ga mau Ghost Rider kaya Ali kasiha! Gue mau ngomong sama Ghost Rider(suatu saat), apalagi kalo dia suatu saat misalnya jadian sama temen gue sendiri.
Ghost Rider akan jadi masa depan gue, amin. Semoga, gue bisa berteman baik sama dia, jadi partner, mungkin? Biar gue ga lost contact, biar gue selalu tau dia gimana. Amin

Biasa

Selera saya?
Biasa, bahkan benar-benar biasa. Contohnya hidup saya sendiri.
Saya anak SMA, prestasi? huh, biasa. Masuk kelas unggulan, dan belum dapet peringkat. Ikut ekskul teater, dan berperan jadi peran utama dengan akting yg sangat standar, karna buat saya, saya memang biasa. Punya gebetan, yg ga ngerespon. Gebetannya anak band metal dan gaul di sekolah, biasa banget kan?
Dan sebagainya.
Tapi, bagaimanapun diri saya, sebagai manusia setitik etnosentris tetap mengalir pada darah saya. Sebuah eksklusivitas slalu diinginkan tiap orang bukan? Karna semuanya mengacu pada jati diri dan ciri khas, setiap orang bukan ingin disamakan.
Kemudian saya berfikir, selama ini mimpi saya bukanlah suatu hal yg biasa tetapi adalah suatu hal yg bisa langsung mengenali saya sebagai pemimpi besar. Dan, hidup saya ini terlalu biasa, lalu bagaimana saya menempuhnya?
Saya bersyukur, dan saya sepakat. Sebuah hal yg biasa', ternyata dapat saya jadikan sebuah eksklusivitas sendiri. Karena, kita ga pernah tau arah lawan kita, padahal kita sendiri sedang menujunya. Hati-hati ya.

TVRI, lagi

TVRI lagi, kembali saya jatuh cinta karna satu acara ini, pojok jazz.
Dengan garis yg sama seperti acara lain dan sebelumnya. Sederhana, monoton, dan tidak modern.

Pengisi acaranya wajah lama, lagi. Background dari panggungnya pun hitam dan putih. Make up perempuannya bukan minimalis, tapi tebal a la penganten. Maklum, ibu-ibu.

Masih, tanpa iklan. Terus, pengisi acara belum punya boomer yg bikin tangan mereka ga pegel bawa mic. Minumnya air putih, dan bicaranya bahasa lalu.

Sebagai jazz mania, sebutan bagi penonton pojok jazz ini. Saya menengok wajah semu itu. Wajah jemu seorang bapak pemain Conga, yg terlihat tidak menikmati musiknya. Memang, seberapa lama jazz/mungkin pekerjaan di televisi sepi ini mengaliri hidupnya? Apa iya, sebegitu menjemukan?

Lah, saya jadi jatuh cinta lagi. Ups, apa kasihan ya? Entahlah. Saya jadi menuntut rasa nasionalisme. Saya teringat pelatih teater saya.
UUD ya, ka?
Kenapa bisa! Itu yg selalu saya fikirkan. Seburuk itukah SDM di sana? Atau sang masyarakat sudah terbius cinta fitri season 3 kemudian malas menengok TVRI?
Saya nyoba meyakinkan diri. Lah, buktinya pada acara jazz yg buat saya segalanya, dengan nuansa lembut masih bisa membuat saya kagum lagi karna dihadirkan wayang dan dalangnya ditambah unsur etnik Sunda di dalam jazz itu sendiri, belom lagi ditambah penampilan wanita yg berduet sama Nanang HP itu yg buat saya amat luar biasa bermain biola. Dan, yg mengherankan, saya melihat pemain asing(baca; bule) berekspresi lebih bahagia menikmati alunan musik dari organ yg dia mainkan, ketimbang bapak2 yg memegang alat musik sama.
En, acara kaya gini bener-bener ga ada yg tertarik. Buat jazz mania yg nonton Java Jazz pun belom tentu deh, tau ada acara kaya gini. Bener-bener kesempil,dan ga ada iklan sama sekali.
Haduh, TVRI.. Ckckck

Selasa, 07 April 2009

Guess it

Nih ya,
dia itu kurang apa lagi?
Baik, iya
Sholeh, amin
Pinter, iya kok
Tabah, banget
Tapi buat temennya, ada suatu kesalahan. Aneh, buat kita dan buat gue khususnya.
Kesalahan itu gak perlulah gue bahas, kita semua udah selalu membahasnya. Gue selalu pengen merubah kesalahannya, itu kesalahan gue. Kenapa? Sejujurnya, gue takut ini akan berlanjut sampai usianya, sampai ga ada temen yg cukup ngelindunginnya kaya sekarang. Iya, ngelindungin. Terutama anak teater, siapa sih yg berani ngatain dia di depan anak teater? Di mencak-mencakin ujung-ujungnya. Ga ada yg boleh ngatain.
Trus, apalagi?
Temen-temennya udah pura-pura musuhin, pura-pura bikin malu dia, ngelindungin dia, tapi ga mempan! Kata orang susah, ga ada kemauan dari dianya sendiri.
Mau ngomong langsung? Buat apa? Dan gue ga mungkin tega untuk bicara, lagian gue juga yakin dia udah tau.
Gimana sih dia? Gue ingin tau apa yg ada di diri dia. Apa dia ga sayang sama gue, sama temen yg lain? Kenapa dia ga bisa ngerti mau kita? Kenapa dia ga ada perubahan? Dan kenapa dia selalu bisa menutupi? Apa dia trauma? Anak laki-laki mana yg bikin dia trauma? Biar gue tonjok tuh orang!
Kenapa? Karna pada ngeremehin? Gue tau, mereka cuma liat kesan dia, gue kasih tau. Mereka kesel, kalo dia diajak shalat alasannya shalat di rumah dan milih ngobrol bareng gue, dll. Kalo dia diajak main bola, malah dibikin terkejut karna dia teriak teriak ngomong kata-kata aneh yg nolak. Ke mana-mana selalu sama gue, dll. Bukan sama ricky, dll. Hah! Tega-tegaan tuh gue!

Sekarang gini deh, menanggapi hal yg beredar sekarang. Gue cuma mau bilang, gue kecewa sama temen-temen gue yg ga konsist, en malah ngapus foto itu. Emang tujuannya bikin malu, dan bikin sadar kan? Itu cara kita! Kalo kaya gini, dia ga akan tau, dia nanya kita melulu. Apa yg kita tuntut? Dia aja ga ngerti. Apa kita benci juga sama dia kaya orang-orang yg bikin SMS jg ngalamin hal yg sama? Gue ga peduli, gue tau dia nangis, tapi ini semua demi dia. Kita berusaha, buat dia! Dan,
hey, dia laki-laki
Harusnya kita inget dong, bukan malah kitanya ga konsist dan bisa jadi malah jadi munafik. Oke gue munafik, tapi gue berusaha untuk ga jadi munafik lagi. Semua juga bilang, karna gue. Gue yg ngajarin ngomong ke mance, di mance, eike, penitong. Lah, itu hidup gue dan dia selalu ada. Dia slalu di belakang gue, tanpa gue undang. Karna dia temen gue.
Dia bilang sama gue, semoga temen yg baik ngerti perasaan temennya. Apa lo juga ngerti perasaan kita, yo?

Kamis, 02 April 2009

school-ache

Mungkin karena takdir hidup udah menempatkan gue di sekolah gue saat ini(BODO AMAT GUA BAWA NAMA SEKOLAH). Dari buanyak hal yg gue syukurin yg gue dapet dari sekolah ini, ada beberapa yg pengen gue ungkapin. Dan teriakkan, gue gak suka!

1. Hobi bikin ulangan. Gila, 1 smt bisa 3 kali ujian! Buat gue bener-bener ngerasa ga efisien, terutama pada penggunaan kertas dari soal sampai LJK yg selalu ga pernah gua percaya, belom lagi pas remet. Kalopun udah ada pemisahan sampah, dan bilang kalo kita perduli global warming, percuma banget kaya beginian. Kenapa ga mulai manfaatin e-mail, dan web sekolah, untuk menguji bahkan menambah kemampuan. Ujian yg berselang 1 bulan kaya gini juga ngaruh sama fisik dan mental khususnya gue sebagai pelajar. Belajar juga ga efektif cepet lupa karna ngejar waktu! Kecanduan kopi bin insomnia bikin gendut dan dicurigain bokap malem malem nonton bokep karna ga tidur jam 3 pagi, padahal ngejar deadline ngapalin 2 buku, 1 LKS dengan pelajaran yg beda-beda. Eh, ternyata bukan KD/Indikator yg dipelajarin, dan minggu depannya harus sekut dapet 70 dan remet karna SKMny 72, wuanjing!

2. Panas, udah tau ada climate change. Mbok ya ngerti gitu loh. AC dibenerin kek, bisanya nuntut. Kalo, urusan bayaran getol, dipanggilin satu-satu, tapi kalo dituntut urusan 'kebenaran' ga mau ngaku, padahal orangtua gua udah sampe dateng, dan bisanya pihak sana cuma nangisin nyokap!
Masalah prasarana, bener-bener ga memuaskan, khususnya AC, dan sabun yg sekarang menghilang keberadaannya lagi. Gue fikir 200ribu cukup kok buat patungan bayar listrik sebulan, dan beliin sabun buat 6 kamar mandi lah minimal buat istinja. Pelit ah

3. Bukannya ikut campur, kalopun sampai posting ini ketauan gue ga peduli. Sekarang gua baru sadar. Nih ya, menurut gue keberadaan fesbuk saat ini lagi banget dominan, sampe sekarang udah buanyak alay yg juga main fesbuk. Nah, di sekolah juga gitu. Para guru turun tangan; bikin fesbuk juga. Menanggapi kasus yg ada, buat gue itu bener-bener sepele. Fesbuk itu buat gue emang sebage connector lah sama orang-orang lain, tempat pamer, tempat ngebencong, tempat nge-gebet, tempat nge-gahul, sok wajar wajar aja dong kalo foto pengen kita pajang di album, paling ga, bisa buat gosipan/hiburan buat yg lain, apalagi kalo fotonya ga ada hubungan pornografi atau bener-bener menginjak-injak nama sekolah. Contohnya, foto temen lagi eek, pake baju batik sekolah dan si temen malah minta tag in, trus apa yg masalah? Jadi buat gue, yg masalah adalah yg membesarkan masalah ini. Kenapa sih, ga mencoba mikir logis? Gue ga ngebelain pihak kasus, tapi itu sebuah pandangan dan gua melihat sisi logis terutama kalo gue yg kena kasus. Kalo diliat dari pandangan sekolah, pasti pun ada aja alasan. Privasi anda sebagai murid ga akan pernah dihargai, saat menurut guru itu adalah satu hal yg salah. kenapa harus dipajang? Kenapa harus bawa-bawa sekolah? Jawabannya balik lagi, karna gue suka foto itu, dan objeknya sendiri yg minta di upload, trus karna waktu awal gue sign up fesbuk udah isi sekolah gue di mana jadi bukan salah gue, karna dari awal orang juga udah tau gue sekolah di sana. Gue coba ngerti, tapi ujungnya buat gue jadi kaya tersingkap rahasia, kesannya juga jadi membatasi kita sebagai pelajar yg menggunakan fesbuk, yeloo lagian gua main fesbuk juga udah di luar sekolah. Trus, kenapa ga coba mikir tentang sesuatu yg bukan dunia lo dan lo sendiri udah sadar apa isinya dan ga perlu untuk lo coba masuk ke dalamnya? kenapa ga coba mikir tentang sebuah rasa, saat kita semuapun pengen ngomong, pengen bikin sebuah kediktatoran itu menjadi sedikit hiburan? Dan, jangan pesimis ya, karna seperti tubuh pengekspresi berdaya guna, kita masih bisa melihat peluang lain untuk bicara, tapi jangan jadi orang yg berorasi menghina benar sekolah, nge-handle diri juga perlu, kita semua patut mendidik ekspresi kita juga kan agar jadi insan yg setidaknya dapat dikatakan baik, bukan?menurut gue untuk sebuah harga privasi dari orangtua' kita tsb lebih baik temen-temen jangan add fesbuknya, dan inget mereka menemukan kita di group sekolah. So, watch out ya!