Kamis, 03 Februari 2011

500 days of Summer




Laki-laki dan perempuan diciptakan dengan hamparan perbedaan di sekelilingnya. Selama ini perempuan yang selalu terlihat dari luar begitu rapuh dan mendamba, sedangkan menurut pengamatan saya belakangan ini, jauh-jauh berbeda dari yang terlihat. Seorang laki-laki akan jauh lebih menjadi melankolis ketika berurusan dengan kata ke-perempuan-an. Terlebih ketika seorang perempuan tersebut adalah hal yang begitu ia harapkan sejak awal.

Saya cenderung akan menyebutnya sebagai perempuan, sedangkan kata wanita adalah lebih hormat terdengarnya dan pengertiannya. Mungkin karena saya belum menjadi seorang wanita. Kata wanita itu cenderung untuk orang dewasa.

Saya baru menonton film 500 days of Summer. Well, sedikit banyak film itu memberikan pelajaran mengenai ke-perempuan-an dan ke-laki-laki-an yang saya bicarakan sebelumnya, dalam konteks kemanusiaan loh ya. Saya semakin sadar, kita jauh berbeda. Perempuan cenderung terus meningkatkan harga dirinya ketika ia bertambah usia, menambah keidealismeannya dalam hidup, sedangkan laki-laki semakin ingin menjadikan hidup hanya lebih mudah.

Summer dan Tom dua tokoh yang bercinta dalam film ini menunjukkan adanya hal yang biasa kita simak di kehidupan sehari-hari, dan bagusnya di film ini terlihat tidak biasa. Movie maker ini jelas mau nunjukin betapa dalam waktu 500 hari dua orang yang saling jatuh dan bangun kemudian dijatuhkan lagi dan bergegas membenahi semuanya pada akhirnya. Kisah percintaan yang tidak abadi dan biasa terjadi. Setiap hubungan pada akhirnya memang mudah saja untuk diakhiri, terkecuali hubungan dengan Tuhan.

Yang saya suka dari Summer adalah alasannya yg klise dan begitu rasional, Summer tidak ingin menjalin sebuah hubungan, dan menjalin sebuah keseriusan yg berarti terhadap seserang, Summer tidak ingin menjadi bagian dari seseorang, karena menjadi hal tersebut akan sangat berat dan menyakitkan. See, tidak ada hubungan sekecilpun yang dapat diremehkan, kita semua punya alasan. Sedangkan Tom, yang terlanjur jatuh kepada Summer, sebagai laki-laki ia berusaha mendapatkan dan sekaligus terkesan tidak begitu tertarik kepada Summer. Karena itu ia menjalani hubungan dan terpacu selamanya dengan alasan Summer. Selamanya, hingga pada suatu hari Summer menangis dan pergi, dan Tom diam dan terpekur sedih selamanya sampai menemukan Autumn, yg lain.

Summer dan Tom adalah kubu yang berbeda. Saya rasa tidak ada seorang perempuan yang tidak ingin menjadi yakin atas apa yang ia lakukan dan jalanin. Termasuk Summer. Keduanya salah, karena tidak sedikitpun berusaha mendengar apa yang sebenarnya ingin diceritakan. Bukan mengenai tornado atau gempa bumi, bukan mengenai tidak pernah mengatakan I love you dan menjalani begitu saja selamanya. Pada akhirnya kita memang butuh waktu yang final untuk menyatakan ada apa sebenarnya di antara saya dan kamu, saya dan anda. Film ini mengajarkan saya untuk bicara, bicara yang tepat, bicara yang tidak lagi menyilangkan pikiran kita yang sejak awal sudah memang pada dasarnya menyilang.

Film ini melatarkan drama komedi para officer New York, modern, professional, kepada yang dewasa, dan sudah mapan, bla-bla. Tapi bagi saya film ini adalah porsi yang tepat mengenai sebuah hubungan kepada siapapun. Klasikalitas yang dihadirkan di film ini dalam bentuk Summer adalah warna baru yang baik, selain itu juga dihadirkan melalui capture gambar gedung-gedung tua, atau bar, dan toko musik maupun selera musik yang sedang dibicarakannya. Saya telat

0 komentar: