Saya bukan perokok dan saya sangat benci asap rokok, terlebih ketika saya harus menghadapinya ketika saya habis mencuci rambut saya. Bondan bilang ketika saya merokok, kulit saya berbeda.
Setelah hampir setengah tahun saya hanya menjadi perokok pasif dan menjadi bualan antara orang-orang yang saya katakan useless, saya menjadi terpekur ketika ia menghadapi di ujung bibir saya. Dan saya diam, termenung dan membacanya. Saya seperti munafik, dan dalam hati saya dengan sungguh-sungguh mengatakan.. Damn, I still love to. Saya menikmatinya dalam-dalam hingga air-air di pelupuk mengeram dan keluar. Alasan tolol adalah ketika Minggu pagi saya diserang dengan kebosanan, saya menanjaki balkon dan menghirupnya..
Ada syarat yang tertanam dalam diri saya ketika saya menyentuhnya. Mengenai kegalauan..
Kali ini mengenai kehilangan. Kehilangan diri saya yang lama, entah mengenai saya merindukan masa lalu akan diri saya yang jauh kekanak-kanakan dari masa sekarang, atau sekedar sedang merasa kosong. Saya merasakan kesemuanya dalam-dalam. Dengan pakaian tidur yang sangat buruk saya keluar dan merokok. Saya tidak seperti perempuan seharusnya..
Tapi saya mencoba berapatis, kian semua orang menghina saya, dan memikirkan saya adalah hal yang buruk, tidak ada yang mampu kemudian mengerti pemikiran kegalauan saya yang begitu kepagian saat itu. Entah apa, saya merasa ada yang salah.. Kemudian sebatang kemaluan yang saya sebut sebatang yang penuh dengan rasa malu tersebut habis, saya meringkuk masuk lagi ke dalam liang. Saya terjerembab tidur, tenggelam dalam bantal-bantal kesayangan. Dan seketika vertigo saya kambuh, saya terlelap beberapa menit dan enggan membuka mata setelahnya. Saya membicarakan kepada Tuhan betapa adanya saya pada saat itu.. Dan saya enggan menangis. Saya cuma diam, menatap gelap, tertutup bantal.
Entah, saya merasa berdosa karena rasa ketidak bersyukuran yang bangsat kali itu. Saya merasa sedih sejadi-jadinya. Kalau Tuhan mengambil masa lalu saya sebagai sebuah kebaikan, kenapa saya bisa sampai pada suatu hari itu dan saya merindukannya. Kalau hari ini jauh lebih baik, tidak semuanya terlepas dari masa lalu yang membentuk saya hingga seperti ini.. Then why?
Saya capek. Saya ngga pernah bisa fokus.. Dan saya enggan lagi memanggil vertigo saya. Sejujurnya saya benci keinginan saya merokok, sekalipun itu hanya sekali dalam seumur hidup atau apapun batasannya.. sekalipun saya begitu mencintai saat-saat itu. Saya galau di Minggu pagi, saya ngga mau merindukan siapa-siapa, saya merindukan idealisme Fenti yang lama. Fenti yang dulu. 81212
0 komentar:
Posting Komentar