Aku tiba di sebuah liang peraduan.
Aku diam lagi hening, membaca semua kerinduan
yang tertatar di pinggir danau yang aku jajahi. Aku bertanya kemudian
kepada pagi yang menatapku bening seperti perawan yang jatuh dari surga.. ia
memelukku hangat.
Di sekitarku tampak pepohonan yang
berbisik menanyakan kehadiranku, kira-kira semenjak matari tertidur dalam kurun
waktu ribuan tahun yang lalu di bumi, dan kini ia datang di pagiku yang bening
tadi. Pepohonan dengan heran menatapi aku dipeluk embun-embun yang merinai di
kulit-kulit kakiku.
Aku menyapa kesemuanya di surga. Aku
melihat hatimu di atas sana mencari-cari aku yang sudah mati. Aku melihat kamu
menangis sedih di antara pusaranku yang beraroma kembang. Ketahuilah, aku tidak
begitu menyukainya. Aku memanggil namamu, dan kudengar isakanmu semakin tajam,
riuh, dan memesonakan aku yang hampir terjatuh kembali kepadamu.
Sayang, diam. Jangan berisik, nanti
kita bertemu. Aku mencintaimu.
Tapi kamu tak lagi diam, kamu
menciptakan imaji mengenai diriku yang hidup di dalam air, menjelajahimu duhai
samudra. Kamu mimpikan aku menjadi duyung yang kamu ayun di dalam kelamnya
matari yang tenggelam dirimu. Kamu janjikan aku mengenai dalamnya dirimu, kamu
angkat aku ke atas gunung tertinggi di dunia, kamu sampaikan betapa cintamu
kadung mati terhadapku. Dan kamu bisikkan mengenai hati yang dulu kamu
sia-siakan. Aku.
Pagi, masih bening.. para pohon kali
ini merambatiku hangat. Mereka menyerap dukaku, mereka menghisap rinduku. Aku
bercermin di atas danau yang tenang menahanku..
Bagaimana bisa, bagaimana bisa kamu
menyampaikan cinta kepada yang sudah mati. Bagaimana bisa kamu mencintai yang
sudah kau buang di limbah, limbah nun jauh, limbah nan busuk, limbah yang kau
injak. Bagaimana bisa kamu mencumbu bangkai yang sudah membiru dan berlumpur.
Bagaimana bisa sayang, bahkan kamu tidak membahagiakan aku. Bahkan kamu tidak
membicarakan aku kepada Tuhan, bagaimana sayangku?
Bicara saja kepada pusaran. Aku
sudah bahagia. Bagaimanapun
makhluk surga yang sudah bersamaku tidak akan membiarkan lagi aku kepadamu,
terkecuali kita memang ……..
0 komentar:
Posting Komentar