Kamis, 18 Juni 2009

Signal

Halusinasi, imajinasi, dan sekedar ilusi. Menyerbuku, menghantamku.
Dug dug dug
benar membuatku terpelanting
mati?
Aku diam.
Bagaimana sebuah prediksi bisa menentukan kematian?
Dan mengaliri mimpi atau hanya insiden yg sempat terjadi.
Aku berfikir.

Aduh aduh, bagaimana kalau Bapakku, Ayahku, Ramaku, Papiku yg jelek itu mati?
Aku mau memeluknya sampai lahat. Tapi pasti ditarik.

Ternyata aku begitu mencintainya. Aku belum sekuat itu.
Dan, kemudian api-api ilusi itulah yg mengejarku lagi.

Aku diam.
Jadi takut sama yg dibilang tanda-tanda, jangan-jangan, signal-signal.

Ya Gusti,
Biar desiran kejam itu terus membuaiku. Aku siap
Sekalipun jengkal tanganku tak lagi dapat membatasinya. Aku siap
Biar aku gantinya mereka. Aku siap
karena itu kusempatkan bersyukur

haahh..

0 komentar: