Ada sebuah jalan, jalannya berliku. Terus berliku.
Dia bilang aku harus menempuhnya.
Wajahnya memerah namun tak lagi merona menatapku. Aku tertegun, ada apa?
Aku fikir hanya karena jenuh.
Lalu aku melangkah lagi, masih kunikmati liku jalan.
Semakin berat, jelas aku mengeluh. Ia sudah terbiasa, tapi aku melihatnya ini tak biasa.
Aku masih tersenyum, pahit.
Aku bicara, terus bicara. Pada dunia, pada sejawatku.
Aku tertawa, mengadu.
Aku tertawa, sedikit lega.
Ia semakin biasa. Bahkan tak mengimbangiku dengaan yg lain.
Sekiranya ketika ku tiba, kadar itu berkurang 67%
kepercayaan.
Jumat, 19 Juni 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar