Ketika gue melihat, gue akan bertanya. Bukan sok krtitis, tapi selalu ada paksaan batin dalam hati untuk meneriakannya. Dan gue hanya diam tenggelam dalam kata-kata yang seenaknya gue semburkan tanpa mengenal fikiran dan kadang mengacuhkan perasaan.
Kemudian, saat gue berjumpa banyak orang. Gue selalu bertanya, lagi. Tentang apa-apa yang seharusnya nggak perlu dipertanyakan. Tapi gue selalu mengungkit lagi,lagi. Sampai orang yang harusnya punya jawaban yang gue butuhkan nggak mampu untukmenjelaskan kepada gue yang terlalu sok kritis. Dan, gue akhirnya menemukan jawabannya sendiri. Ironis.
Gue cuma mau menyampaikan, betapa sulitnya jadi seseorang yang normal. Im not normal at all, yet. Gue selalu merasa ada hal lain yang membedakan gue dengan yang lain. Meskipun sebenarnya sejak awal gue yang minta akan perbedaan itu.
Gue punya segalanya kok, perhatian, cinta, musuh bahkan facebook. Sama kaya yang lainnya, kalo ada yang berbed, itu karna gue sendiri dari awal yang meminta sama Allah untuk perbedaan itu. Sampai pada akhirnya, gue tiba di ujung hari hal-hal yang selalu gue rutinin tiap harinya itu .. yang jawabannya adalah manusiawi : BOSAN
Sekalipun hal-hal yang menghantui gue itu adalah hal-hal yang selalu gue dambakan dari dulu. Kenapa ya, roda kehidupan selalu cepat berputar kalo orang lagi senang. Seenaknya saja menggelindingkan kebahagian. Selalu saja ada yang hilang, bolong, kosong!
Harusnya gue bisa normal. Gue cuma bertarung pada sang imaji, dan gue nggak menghasilkan apa-apa. Bahkan sekedar yang bisa membahagiakan diri gue di usia-usia memble begini.
Atau jawaban lainnya adalah.. gue emang nggak ada kerjaan. Jadi terlalu banyak yang muncul dalam kepala, dan gue terus memaksa berfikir. Tapi kenapa teman-teman gue nggak? Kenapa mereka nggak sibuk kaya gue, seperti menilik arti dari kata Agoni yang sampai saat ini gue masih penasaran artinya? Kenapa mereka nggak membuat sajak untuk menutupi kegalauan hatinya kaya gue, dan lebih memilih menjelek-jelekkan secara utuh tubuhnya? Kenapa mereka memilih yang biasa, dan semua orang punya?
Arogansi ini harus dibunuh! Dan gue butuh untuk menghabisi ketidaknormalan gue.. serta waktu untuk memusnahkan kejenuhan tersebut.
Gue terjebak dengan apa-apa yang hanya gue yang tau jawabannya, bak professor. Sekarang nggak ada lagi yang punya jawabannya. Gue membuat pesakitan ini dalam lingkaran yang orang lain pun nggak tau lingkaran apa itu. Gue jenuh man, gue orang yang sangat biasa-biasa saja yang luar biasa yang ingin menjadi orang yang biasa.
Ya Allah.. ckck.. kuncinya cuma bersyukur!
Selasa, 29 Desember 2009
Sabtu, 26 Desember 2009
ribet
Saya memaksakan diri untuk menulis. Meskipun sebenarnya saya belum jelas benar bagaimana saya dapat mendefinisikan apa-apa yang ada di dalam diri saya saat ini. (nonefectivewords mode on).
Saya ini masih 16 tahun, nggak ngerti maksud kata tersebut, atau bagaimana kata tersebut menjalari hidup saya. Ya! Terkecuali kepada para perempuan itu. Saya nggak pernah pacaran. Serius. Kalau yang ia maksud “apa yang ia saksikan” adalah bentuk saya pacaran, tidak buat saya. Saya belum pernah bilang kata itu sepenuh hati pada siapapun. Sama ibu, juga belum. Semuanya rata-rata terpendam, atau hanya sebatas rindu..
Jadi saya bertanya, tanpa maksud menghadirkan kecewa. Saya merasa, sangat-sangat menyesal apabila mereka berfikir tentang seperti apa yang mereka kira.
Saya ini lugu, dan tidak tahu menahu. Saya palsu, dan batu. Tidak ada yang mampu menebak apa-apa yang tersembunyi dalam diri saya. Saya menikmati dan sekaligus saya tersiksa karenanya. Saya tidak dapat membaca diri saya sendiri.
Saya Cuma nggak tau bagaimana nantinya saya harus menempatkan diri saya. Saya takut lagi bersandiwara. Saya ini butuh banyak bicara, dan ada sandingannya. Dia, dia, dia tepat untuk saya. Tapi saya nggak bisa. Karena itu saya takut sama diri saya. Saya takut mati karenanya.
Jadi ini hanya masalah perasaan saya yang terlanjur saya cap sebagai seseorang yang begitu rumit. Sampai tiada seorangpun, dan bahkan saya sendiri nan mengerti tentang saya. Kemudian, tidak sedetikpun ia bertanya, dan kesempatan saya sudah habis. Serta waktu yang tak menentu.. dewasa nya tak kunjung datang. Iya! Salah saya.
Dan mungkin , ketika usia saya sudah 17 tahun nanti (bila mungkin saya menggapainya). Mungkin dia orang pertama yang akan saya sampaikan tentang . . . . .
Terima kasih ya,bung! Kamu ingatkan saya tentang cinta.
Saya ini masih 16 tahun, nggak ngerti maksud kata tersebut, atau bagaimana kata tersebut menjalari hidup saya. Ya! Terkecuali kepada para perempuan itu. Saya nggak pernah pacaran. Serius. Kalau yang ia maksud “apa yang ia saksikan” adalah bentuk saya pacaran, tidak buat saya. Saya belum pernah bilang kata itu sepenuh hati pada siapapun. Sama ibu, juga belum. Semuanya rata-rata terpendam, atau hanya sebatas rindu..
Jadi saya bertanya, tanpa maksud menghadirkan kecewa. Saya merasa, sangat-sangat menyesal apabila mereka berfikir tentang seperti apa yang mereka kira.
Saya ini lugu, dan tidak tahu menahu. Saya palsu, dan batu. Tidak ada yang mampu menebak apa-apa yang tersembunyi dalam diri saya. Saya menikmati dan sekaligus saya tersiksa karenanya. Saya tidak dapat membaca diri saya sendiri.
Saya Cuma nggak tau bagaimana nantinya saya harus menempatkan diri saya. Saya takut lagi bersandiwara. Saya ini butuh banyak bicara, dan ada sandingannya. Dia, dia, dia tepat untuk saya. Tapi saya nggak bisa. Karena itu saya takut sama diri saya. Saya takut mati karenanya.
Jadi ini hanya masalah perasaan saya yang terlanjur saya cap sebagai seseorang yang begitu rumit. Sampai tiada seorangpun, dan bahkan saya sendiri nan mengerti tentang saya. Kemudian, tidak sedetikpun ia bertanya, dan kesempatan saya sudah habis. Serta waktu yang tak menentu.. dewasa nya tak kunjung datang. Iya! Salah saya.
Dan mungkin , ketika usia saya sudah 17 tahun nanti (bila mungkin saya menggapainya). Mungkin dia orang pertama yang akan saya sampaikan tentang . . . . .
Terima kasih ya,bung! Kamu ingatkan saya tentang cinta.
kepada sang pujangga
Semua kisah yang pernah lalui hidupku
Semua cinta yang pernah
Engkau rasakan, dalam kisahmu
Pahit dan manismu,
Lalui…
Semua teman yang engkau sayang dan tinggalkan
Sengaja atau tidak, dirimu
Pernah lalui, cerita yang haru
Yang semua alami
Dan kita coba kenangi semua,
Walau t’lah tiada
Bagai etalase jendela…
Kau pernah kenal seorang yang sangat kau sayang
Kau pernah kenal seorang
Yang sangat kau benci, terasa perih
Hingga otakmu,
Meledak!
Semua sahabat yang pernah menghangatkan hidup
Satu persatu, menghilang…
Seiring waktu yang makin lama
Kian menua
Tapi kita coba kenangi semua,
Walau t’lah tiada
Bagai etalase jendela…
Semua cinta yang pernah
Engkau rasakan, dalam kisahmu
Pahit dan manismu,
Lalui…
Semua teman yang engkau sayang dan tinggalkan
Sengaja atau tidak, dirimu
Pernah lalui, cerita yang haru
Yang semua alami
Dan kita coba kenangi semua,
Walau t’lah tiada
Bagai etalase jendela…
Kau pernah kenal seorang yang sangat kau sayang
Kau pernah kenal seorang
Yang sangat kau benci, terasa perih
Hingga otakmu,
Meledak!
Semua sahabat yang pernah menghangatkan hidup
Satu persatu, menghilang…
Seiring waktu yang makin lama
Kian menua
Tapi kita coba kenangi semua,
Walau t’lah tiada
Bagai etalase jendela…
Kamis, 24 Desember 2009
Semanggi, 23 Desember 2009
Aku senang berjalan, memutar haluan, dan berjalan dengan lagak sang puan..
Naik.. lalu menyusur pada sang jalan..
Teriak, dan menatap dan berdetak..
Ada bentuk-bentuk nan aku sua, dan aku benci sekaligus rindu mereka
Para eksekutif muda, dan parfum, serta kemeja bunga..
Lalu, ibu-ibu dengan muka sayu dikejar para perayu..
Dan pemuda-pemudi nan bercinta.. dengan kaus merah muda
Pemain jalanan, dalam sang buaian.. gitarnya merinai.. sana-sini..
Ada kepala botak, tersenyum padaku
Lantas, orang Cina di sana menertawaiku..
Kemudian, para tukang menyambutku..
Selanjutnya, deretan mobil acuh tentangku..
Pak polisi mulai siibuk menyambut malam..
Dan lampu kota lagi temaram.. beringas menantangku..
Para busway terbahak, lalu meninggalkanku..
Dan aku suka bicara padanya..
Awan, jadi saksinya
Aku akan merindu tentangmu
Naik.. lalu menyusur pada sang jalan..
Teriak, dan menatap dan berdetak..
Ada bentuk-bentuk nan aku sua, dan aku benci sekaligus rindu mereka
Para eksekutif muda, dan parfum, serta kemeja bunga..
Lalu, ibu-ibu dengan muka sayu dikejar para perayu..
Dan pemuda-pemudi nan bercinta.. dengan kaus merah muda
Pemain jalanan, dalam sang buaian.. gitarnya merinai.. sana-sini..
Ada kepala botak, tersenyum padaku
Lantas, orang Cina di sana menertawaiku..
Kemudian, para tukang menyambutku..
Selanjutnya, deretan mobil acuh tentangku..
Pak polisi mulai siibuk menyambut malam..
Dan lampu kota lagi temaram.. beringas menantangku..
Para busway terbahak, lalu meninggalkanku..
Dan aku suka bicara padanya..
Awan, jadi saksinya
Aku akan merindu tentangmu
Selasa, 22 Desember 2009
Vb FvcK
HEY I JUST FOUND THAT I TALKED ABOUT AFTER MY HP LOST.. HAAHAHHAHAHA I WAS LAUGHED WHEN READ IT. HMMM AND I THINK THAT POST IT TO BLOG WOULDN’T BE A PROBLEM
• Okey, good bye pipi.. I love you so much eventhough I will never have you in my hug like usual before sleep, again.
• DASAR MALING SOK PUNYA PENYAKIT ORANG KAYA, SOK KLEPTO, MBAKTENG KECENTILAN NAJIS MUKANYA GAK NGENAKIN, SOK EKSLUSIV, SOK LESBI, PUNYA KELUARGA GAK PUNYA ETIKAT BAIK MEMPERBAIKI KESALAHAN, MINTA DIPENJARA, FAKYU!
• I don’t know why me that must be the victim? Aren’t you know, this is the hardest time for me whhhhhhhhhhhhy me?
• Gue tau kok yang ngambil, itu tuh si de firjin. Bangke banget dah, kenapa pipi? Kenapa hape gue? Gue sayang banget sama gadget gue yang itu, gadget jadul, gadget paling lemot, hadiah pertama yang berharga dari ibu gue karena dari SD sampe SMP gue terus juara umum. Gadget yang udah ngeh banget sama yang namanya gue upilin, gue gigit-gigit, gue empet-empet, gue banting-banting, gue ciumin sepanjang hari, gue peluk tiap malem. Gadget tempat sua para lelaki. Gadget tentang segala jenis wajah (untung sempet kekopi di notbuk), gadget tentang hasrat gue tentang suara-suara, tentang nomor-nomor dari teman sejak kecil sampai tukang lumpia. Gadget dan sms pertama. Gadget tentang foto yang paling tersembunyi. Gadget tentang password friendster sampai blogger. Gadget yang bangunin gue sahur. Gadget yang mengingatkan gue tentang hari. Gadget yang ngingetin gue sama utang-utang. Anjeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeng lo bi!
• Sekarang gak punya hape, gak ada pipi. Gak ada pegang-pegang kantong ngecek sms, I hate you :’( (sekarang udaah ada gantinya)
• Waktu pertama nyadar kehilangan, nangis jejeritan di kelas sama neng vina, yunsyang, widia, dan a’a tio. Semuanya pada bingung gue kalap, gue bingung, takut diomelin ibu, gak berani pulang, dan takut gak bisa ngetwit. Sumpah mereka itu yang gue inget. Setio dan vina sibuk sms dan telfon-telfonin orang-orang. Telfonin keluarga gue. Sakit deh, nyesek. Itu kan benda kesayangan gue.. dulu dia kelaperan karena engga ke-cas aja gue mewek setres sendiri nyari casannya. Lha wong dari mandi, makan, ujian, pacaran tetep aja dia yang gue remes-remes. Sampe chasingnya gak pernah gue ganti. Pipi miss you..
• Kata endah, gue terlalu sibuk sama gadget baru.
• Kata intan, gue terlalu memble ngegelatakin hape di kolong gitu aja.
• Kata yuni, mau dapet rezeki lagi dari Allah(amin)
• Kata ibu, bukan rezeki (masa bertahun-tahun masih bukan juga rezeki gue..)
• Kata gue, hikmahnya adalah biar ujian nasional gue gak heboh ngetwit lagi kali ya.. lagian dulu waktu ga punya hape gue hidup normal juga kok, peduli setan kalah sama tukang ojek yang hapenya burberi. Watefak. Lagian, emang kudu gue yang ngelabrak BUAPAKNYA YANG BANYAK MULUT itu kali, liat aja. Gak takut, kalo gue kenapa-napa inget aja yang gituin gue pasti BUAPAKNYA YANG BAU MULUT itu ya sodara-sodara!
• Jadi ingat, sudah 3 orang pinter juga bilang dia pelakunya. Kata guru matematika gue, boleh kok buruk sangka, kalo gue gak buruk sangka juga berarti guenya ngga normal kali yah, gak manusiawi. Gue langsung keliling pasar benhil, karena salah satu dari bapak-bapak itu bilang hape gue udah dijual di sana, sampai gue ke tempat pelacuran tersembunyi berkedok salon yang baru saja gue tau.. padahal gue dari orok nginjek tanah benhil sereeeeeeeeem bo! Tapi setelah gue temui si mbak-mbak salah satu pengisi salon itu, ternyata bukan hape gue. :’(
• Sedih sedih sedih sedih sedih ..
FINE, I STILL LAUGHING
• Okey, good bye pipi.. I love you so much eventhough I will never have you in my hug like usual before sleep, again.
• DASAR MALING SOK PUNYA PENYAKIT ORANG KAYA, SOK KLEPTO, MBAKTENG KECENTILAN NAJIS MUKANYA GAK NGENAKIN, SOK EKSLUSIV, SOK LESBI, PUNYA KELUARGA GAK PUNYA ETIKAT BAIK MEMPERBAIKI KESALAHAN, MINTA DIPENJARA, FAKYU!
• I don’t know why me that must be the victim? Aren’t you know, this is the hardest time for me whhhhhhhhhhhhy me?
• Gue tau kok yang ngambil, itu tuh si de firjin. Bangke banget dah, kenapa pipi? Kenapa hape gue? Gue sayang banget sama gadget gue yang itu, gadget jadul, gadget paling lemot, hadiah pertama yang berharga dari ibu gue karena dari SD sampe SMP gue terus juara umum. Gadget yang udah ngeh banget sama yang namanya gue upilin, gue gigit-gigit, gue empet-empet, gue banting-banting, gue ciumin sepanjang hari, gue peluk tiap malem. Gadget tempat sua para lelaki. Gadget tentang segala jenis wajah (untung sempet kekopi di notbuk), gadget tentang hasrat gue tentang suara-suara, tentang nomor-nomor dari teman sejak kecil sampai tukang lumpia. Gadget dan sms pertama. Gadget tentang foto yang paling tersembunyi. Gadget tentang password friendster sampai blogger. Gadget yang bangunin gue sahur. Gadget yang mengingatkan gue tentang hari. Gadget yang ngingetin gue sama utang-utang. Anjeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeng lo bi!
• Sekarang gak punya hape, gak ada pipi. Gak ada pegang-pegang kantong ngecek sms, I hate you :’( (sekarang udaah ada gantinya)
• Waktu pertama nyadar kehilangan, nangis jejeritan di kelas sama neng vina, yunsyang, widia, dan a’a tio. Semuanya pada bingung gue kalap, gue bingung, takut diomelin ibu, gak berani pulang, dan takut gak bisa ngetwit. Sumpah mereka itu yang gue inget. Setio dan vina sibuk sms dan telfon-telfonin orang-orang. Telfonin keluarga gue. Sakit deh, nyesek. Itu kan benda kesayangan gue.. dulu dia kelaperan karena engga ke-cas aja gue mewek setres sendiri nyari casannya. Lha wong dari mandi, makan, ujian, pacaran tetep aja dia yang gue remes-remes. Sampe chasingnya gak pernah gue ganti. Pipi miss you..
• Kata endah, gue terlalu sibuk sama gadget baru.
• Kata intan, gue terlalu memble ngegelatakin hape di kolong gitu aja.
• Kata yuni, mau dapet rezeki lagi dari Allah(amin)
• Kata ibu, bukan rezeki (masa bertahun-tahun masih bukan juga rezeki gue..)
• Kata gue, hikmahnya adalah biar ujian nasional gue gak heboh ngetwit lagi kali ya.. lagian dulu waktu ga punya hape gue hidup normal juga kok, peduli setan kalah sama tukang ojek yang hapenya burberi. Watefak. Lagian, emang kudu gue yang ngelabrak BUAPAKNYA YANG BANYAK MULUT itu kali, liat aja. Gak takut, kalo gue kenapa-napa inget aja yang gituin gue pasti BUAPAKNYA YANG BAU MULUT itu ya sodara-sodara!
• Jadi ingat, sudah 3 orang pinter juga bilang dia pelakunya. Kata guru matematika gue, boleh kok buruk sangka, kalo gue gak buruk sangka juga berarti guenya ngga normal kali yah, gak manusiawi. Gue langsung keliling pasar benhil, karena salah satu dari bapak-bapak itu bilang hape gue udah dijual di sana, sampai gue ke tempat pelacuran tersembunyi berkedok salon yang baru saja gue tau.. padahal gue dari orok nginjek tanah benhil sereeeeeeeeem bo! Tapi setelah gue temui si mbak-mbak salah satu pengisi salon itu, ternyata bukan hape gue. :’(
• Sedih sedih sedih sedih sedih ..
FINE, I STILL LAUGHING
Rabu, 16 Desember 2009
halo cinta
Halo cinta, bolehkah aku bertanya kamu ada di mana?
Aku mau membagi hatiku padamu
Melihat, mata ini
Lalu aku mencari rinduku, tentang kamu..
Di tengah sang gurun
Walau dipelukan sang kutub..
Aku tetap mau kamu..
Aku mau membagi hatiku padamu
Melihat, mata ini
Lalu aku mencari rinduku, tentang kamu..
Di tengah sang gurun
Walau dipelukan sang kutub..
Aku tetap mau kamu..
Langganan:
Postingan (Atom)