Selasa, 29 Desember 2009

i couldnt be the normal one

Ketika gue melihat, gue akan bertanya. Bukan sok krtitis, tapi selalu ada paksaan batin dalam hati untuk meneriakannya. Dan gue hanya diam tenggelam dalam kata-kata yang seenaknya gue semburkan tanpa mengenal fikiran dan kadang mengacuhkan perasaan.

Kemudian, saat gue berjumpa banyak orang. Gue selalu bertanya, lagi. Tentang apa-apa yang seharusnya nggak perlu dipertanyakan. Tapi gue selalu mengungkit lagi,lagi. Sampai orang yang harusnya punya jawaban yang gue butuhkan nggak mampu untukmenjelaskan kepada gue yang terlalu sok kritis. Dan, gue akhirnya menemukan jawabannya sendiri. Ironis.

Gue cuma mau menyampaikan, betapa sulitnya jadi seseorang yang normal. Im not normal at all, yet. Gue selalu merasa ada hal lain yang membedakan gue dengan yang lain. Meskipun sebenarnya sejak awal gue yang minta akan perbedaan itu.
Gue punya segalanya kok, perhatian, cinta, musuh bahkan facebook. Sama kaya yang lainnya, kalo ada yang berbed, itu karna gue sendiri dari awal yang meminta sama Allah untuk perbedaan itu. Sampai pada akhirnya, gue tiba di ujung hari hal-hal yang selalu gue rutinin tiap harinya itu .. yang jawabannya adalah manusiawi : BOSAN

Sekalipun hal-hal yang menghantui gue itu adalah hal-hal yang selalu gue dambakan dari dulu. Kenapa ya, roda kehidupan selalu cepat berputar kalo orang lagi senang. Seenaknya saja menggelindingkan kebahagian. Selalu saja ada yang hilang, bolong, kosong!

Harusnya gue bisa normal. Gue cuma bertarung pada sang imaji, dan gue nggak menghasilkan apa-apa. Bahkan sekedar yang bisa membahagiakan diri gue di usia-usia memble begini.

Atau jawaban lainnya adalah.. gue emang nggak ada kerjaan. Jadi terlalu banyak yang muncul dalam kepala, dan gue terus memaksa berfikir. Tapi kenapa teman-teman gue nggak? Kenapa mereka nggak sibuk kaya gue, seperti menilik arti dari kata Agoni yang sampai saat ini gue masih penasaran artinya? Kenapa mereka nggak membuat sajak untuk menutupi kegalauan hatinya kaya gue, dan lebih memilih menjelek-jelekkan secara utuh tubuhnya? Kenapa mereka memilih yang biasa, dan semua orang punya?
Arogansi ini harus dibunuh! Dan gue butuh untuk menghabisi ketidaknormalan gue.. serta waktu untuk memusnahkan kejenuhan tersebut.

Gue terjebak dengan apa-apa yang hanya gue yang tau jawabannya, bak professor. Sekarang nggak ada lagi yang punya jawabannya. Gue membuat pesakitan ini dalam lingkaran yang orang lain pun nggak tau lingkaran apa itu. Gue jenuh man, gue orang yang sangat biasa-biasa saja yang luar biasa yang ingin menjadi orang yang biasa.

Ya Allah.. ckck.. kuncinya cuma bersyukur!

0 komentar: