Rabu, 01 Juni 2011

Lau

Saya cuma merenung melihat papan penuh paparan cahaya di hadapan saya. Kelunya sudah saya keluarkan semua. Saya nggak tau harus gimana dan saya bilang sama diri saya sendiri, I don’t need even somebody here, tapi herannya saya bilang sama diri saya kalo saya butuh Prita Raras. *emot mengeluh*

Saya memang butuh diam, berkaca kepada diri saya. Saya mendata bagian mana yg salah dan terus kurang. Bagian mana yg menjadikan saya terus menangis selama ini. I am not the perfect one but I amma the perfect perfectionist one. I need everything can be fine at all, from the small thing, my dreams, life, campus, then you. How limited my life..

Saya bukan manusia yg tepat untuk dijadikan seperti ini. Saya begitu sayang sama kamu, tapi saya nggak tau caranya, saya ngga bisa mempertahaninnya. Saya nggak bisa mempertahanin satu hal yang begitu aja ngelepas saya. Yang masih menjadikan saya sama dengan yg lainnya. Bukankah saya cukup manusiawi? Bukankah saya cukup sama dengan puan-puan lainnya?

Saya sempatkan bertanya sama Tuhan, apa seharusnya sudah 18 tahun dan cinta masih menjadi hal yang sulit, cinta masih sanggup membuat saya menangis.. cinta menjadikan saya mengelap muka dengan celana yang telah saya pakai 3 hari menyangkut di balik pintu, karena begitu banyak air yang meluap di atasnya. Cinta menjadikan saya punya rahasia, cinta menjadikan saya terus berpikir buruk, cinta menjadikan saya menunggu, cinta menjadikan berbasa-basi, cinta menjadikan saya terus menangis usai daily show BigBrother. Oke yang terakhir adalah efek media televisi secara langsung, acara drama itu mempengaruhi otak saya semakin meliuk-liuk.

Saya nggak bisa menjelaskan, tapi kali ini jadi begitu sulit.. sulit..sangat silit. Saya bukan sosok dewasa, saya nggak mau jadi sosok yg sok dewasa. Gimanapun, kamu adalah sosok baik di masa childhood saya, kamu mengajarkan banyak, dan jelas banyak menangisi saya. Di satu sisi saya bisalah bilang sama diri saya buat tahan semuanya, tapi setelah itu saya sadar ngga ada yang bisa saya harapkan. Sosok yang begitu saya rindukan, sudah seutuhnya hilang dan nggak berusaha mempertahankan saya. Trus?

Wah terima kasih, saya bukan perajuk yang baik untuk urusan itu. Saya hanya berbisnis kepada orang yang sayang sama saya dengan tulus. Saya mengharapkan suatu hari saya mendapatkannya.

Saya begitu menghargai semua kenangan, hadiah, dan waktu yang begitu banyak kamu berikan buat saya. Sementara itu berarti banyak buat saya. Salah saya yang nggak bisa pertahanin sosok itu. Sekarang pergi, saya jadi mengamuk pada diri saya sendiri. Salah itu manusiawi, mungkin saya salah.. tapi akan menjadi lebih salah kalau kamu menyesal di suatu hari nanti ketika kamu benar-benar melepas saya karena hal ini. Kamu begitu tahu saya..

Saya minta maaf. Saya nggak bisa jadi seperti yang ada di pikiran kalian semua, selamat membaca kegalauan. Semoga menular.. *meludah*

0 komentar: