Kamis, 18 Agustus 2011
29 Juli 2011
Akhir-akhir ini saya mengalami stress ringan, saya sedang berusaha lari dari semua masalah yang mengendap-endap di balik saya. Saya selalu menjadi buron, sejak saat itu. Hingga sekarang, tetap buronan.
Bagi saya, tidak ada yg lebih baik daripada sebuah pengakuan, karena itu saya menghindar. Menjadi munafik bukan hal yang baik kawan, lebih baik saya mengakui, kemudia saya menghindar untuk memperbaiki semuanya. Timbang saya menjadi mungkar dan berpura-pura.
Nggak ada satu hal yang sempurna, begitu juga dengan semua yg sudah terencana. Kita banyak mengetahui berbagai macam hal, tapi mengenai perasaan itu, rasa-rasanya nggak mudah.
Merasa kehilangan bukan sebuah perasaan yg baik. Termasuk ketika kau hirup sekaligus tujuh batang rokokmu, dan menghirup lekat-lekat kopi hingga tak ada lagi bentuknya kepada mug-mug sial, dan di suatu siang yg gersang tatkala tubuhmu sedang ringkih kemasukan angin-angin pelarianmu, kau menangis deras di sela lagu kesayanganmu. Mengingat apa yg ada di genggamanmu, dan kau merasa payau akan rindu. Tidak ada yg mampu kembali kau salahkan. Itu ego. Egomu yg ria, ego yg merindu dan syahdu. Bukankah kau akan segera menikmatinya..
Jadi ketika pikiranmu menjadi buntu seketika, melihat semuanya menjadi biru lalu kelabu. Dan kau tidak lagi mengingat apapun, nikmati saja. Suatu hari ketika semuanya menjadi normal, kau akan tersenyum lagi di dalam pelukan orang-orang yang mencintaimu tanpa henti.
Mengenai cinta yg terhenti, itu urusan Tuan Karma. Jangan mengurusinya, peluk saja lekat—lekat. Seperti manusia yg kembali menjadi abu, satu hal itu akan kembali. Kembali hilang, seperti etalase jendela yg menangisiku siang itu. Seperti sales kartu kredit itu, datang dan pergi.
Semoga stress saya lekas pulih, amin.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar