Kangen, cyiin.
“Saya sempat berelegi di sebuah pagi, pagi di ke delapan belas Ramadhan. Suatu pagi saya hening melanjutkan ayat-ayat suci Al-Imran setelah fajar datang di jendela, begitu saya terbenam di dalamnya, dan di satu ayat begitu menyebut nama Tuhan dan kitab-kitabnya, Injil salah satunya. Dan seketika, deru suara saya yang bersatu sama tajwid jadi mendayu dan lirih. Tiba-tiba hati saya gemerusuk, rindu, rindu teramat dalam. Rindu kepada satu hal yang mengalihkan hidup saya sebelum ini semua. Rasanya berada di samping Tuhan dan merindukan orang lain, seperti satu hal yang.. gimana gitu rasanya..”
“Kita berbeda dalam semua, kecuali dalam cinta..” – Soe Hok Gie“Dan jangan bicara mengenai perbedaan, sejak awal Tuhan membedakan kita berdua, dan dari perbedaan itu terbentuk saya dan segalanya. Saya selalu berharap saya punya laki-laki muslim yang memimpin saya sholat. Tapi seseorang sempat selalu mengingatkan saya sholat dan menjaga semua puasa saya, tanpa imam, ia menjaga saya dengan keyakinan masing-masing masih akan ada jalan untuk kita melukis tawa dan senyum bahagia menyulam masa-masa muda. Saya sempat jatuh cinta. Memotret segala cerita tiap harinya. Ya masa lalu. Saya nggak masalah, nggak pernah sedikitpun masalah.
Perbedaan adalah alasan yang semu untuk usia 19 tahun yang berpikir sejak awal meminta perempuan muslim untuk memeluknya lekat-lekat sebagai satu-satunya hal yang akan ada di pikirannya, dengan posisi lekat ia seorang Katolik yang sangat taat ibadahnya.”
Draft I won’t send forever
“Btw, jangan jadi cuek lagi, ya Yam. Berusaha jujur sekalipun susah, kalo orangnya nggak terima terus nampar dan nyubit kamu tinggal usap-usap dua menit sembuh. Berusaha terbuka sedikit sama orang lain, itu gunanya temen, hargain mereka. Kalo Ibu telfon jangan direject melulu. Menunda makan dan memforsir badan sama semua olahraga seharian itu nggak baik. Rosarionya jangan copot-lepas biar selalu ingat Tuhan. Jangan selalu lari dari masalah, semua orang nggak mau disalahkan.. nggak ada alasan untuk takut, laki-laki yang pemberani adalah laki-laki yang menghadapi Bapak Kosku dengan muka tembok terus main sampe jam 10 di hari biasa. :)”
BIG THANKS
Bersyukurnya punya Prita Raras, Ida, Icha, Ambar, bahkan Mbahmo dan Ocha. Yang pada hari-hari itu benar-benar membukakan mata hati telinga saya terhadap satu hal yang benar-benar nggak bisa terbuka sedikitpun. Bersyukur punya perempuan-perempuan hebat yang menceritakan saya begitu banyak fakta mengenai satu hal itu, bersyukur punya teman-teman di Wisma, bersyukur punya Kineklubbers, bahkan BBM. Mereka adalah hal-hal yang membangun saya hampir dua bulan ini. Bersyukur punya rumah dengan keluarga yang bentuknya absurd dan sungguh menjadikan saya seperti apa adanya kembali, dan sahabat-sahabat saya yang menjadikan saya membuka mata masih ada mereka untuk sekedar jajan atau membicarakan banyak hal-hal buruk di dunia yang semakin sepi.
Kamis, 18 Agustus 2011
Antologi Juli Agustus 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar