Rabu, 29 Februari 2012

Menulis

Ada sebuah teori menulis, sebenernya belum usai saya pikirkan, namun mungkin akan terselesaikan berurut dengan terselesaikan tulisan ini.

Kriteria menulis yang aman adalah tulisan yang mewakili perasaan banyak orang. Kesamaan-kesamaan yang terselubung pada tulisan menjadikan tulisan kita dicintai oleh beberapa kalangan pembaca. Biasanya penulis handal seperti itu adalah kaum perasa yang dengan intensif menulis. Jadi, semua tulisannya terstruktur dan berselera.

Namun ada kalanya ketika seseorang berhenti menulis karena banyak hal dan ketika ia mencoba memulainya kembali ia kehilangan caranya. Ia mencoba menuliskan hal-hal yang jujur mengenai dirinya sendiri, namun tiba-tiba terdapat konflik batin mengenai kedewasaan yang menahannya. Ada lagi ketika ia mengambil contoh di sekitarnya, sekalipun berupa fakta dan ia sudah tau jelas berapa tingkatan menariknya kisah tersebut untuk diuraikan dalam tulisannya, tiba-tiba ia tertahan karena iba dan pikiran mengenai karma. Ada lagi yang menarik, tidak masuk di akal, dan telah memiliki jaminan ketertarikan bagi orang-orang yang membacanya, tiba-tiba si penulis kehilangan nafsunya lah ia untuk menuliskannya, alasannya singkat, males bin ribet.

Sebenernya teori ini bukan hanya mengenai kepenulisan dan tidak berupa hal tunggal seperti satuannya yang sudah saya jelaskan di awal, namun buat saya pribadi ya seperti memang ada kaitannya. Mengenai penguraian. Baik itu dalam kalimat, suara, maupun sentuhan langsung terhadap perasaan yang kita butuh sampaikan.

Tujuannya? Banyak. Menarik perhatian, menjelaskan perasaan, menandakan bahwa si penulis masih punya kehidupannya.

Saya fokuskan kepada kepenulisan, di luar profesionalisme dan di dalam amatirisme (abaikan) menulis bukanlah satu hal yang purba dan primitif. Jelas, bagi sebagian orang, menulis adalah kebutuhan pokok yang canggih dan multifungsi, baik itu untuk bicara kepada dirinya sendiri maupun bicara kepada orang lain melalui ungkapan-ungkapan pribadinya lewat tulisan. Ada perasaan, pikiran absurd yang dapat dengan mudah disampaikan melalui tulisan. Adalah sebuah konflik yang dapat terjadi kepada penulis apapun ketika ia kehilangan ide untuk bicara pada tulisannya, yang bagi orang lain mungkin invisible dan wasting time banget buat dirasa-rasa. Padahal konflik tersebut intinya dalem loh, bengong kaya orang bego di depan ms. word dan hati sama otak lo menuntut buat gambar dari tuts-tuts hitam itu, ngga enak. Lo ngga tau apa yang sebenernya pengen lo omongin tapi bagian lain dari diri lo pengen itu, banget. Konflik yang dalem lagi ketika sadar banyak banget masalah di dalem diri sendiri yang bisa diselesaikan dengan pembicaraan melalui tulisan tapi ngga bisa dikeluarkan. Say like: “Mau bikin kopi yg enak nih, udah ada kopi, gula, krimer, susu, coklat bubuk, whipped cream, air panas, es batu, mug besar, sama gelas lilin panjang.” Kayaknya sih tinggal nuang, tapi lo ngga tau gimana nuang yang benernya, atau mau dibuat apa enaknya, dingin atau panasnyapun ngga tau. Tolol.

Mungkin membutuhkan adaptasi kepada siapapun yang ingin bertaubat menulis. Saya meyakini itu, menulis itu menyenangkan. Yang ngga menyenangkan, idealisme dalam tulisan kita dijiplak ngepas tanpa ada usaha tambahan atau lainnya oleh jiplakersnya. Menulis itu melegakan. Yang bikin ngga tenang, tulisan kita distalking sama stalkers sakit jiwa, yang ngga cuma diikut-ikutin, ya gaya bahasanya, atau hidup yang diomongin ditulisannya, tapi justru jadi bahan strategi lainnya buat stalkers sakit jiwanya itu buat ngedown-in hidup si penulis. Atau orang ke-ge-eran yang nyangka tulisannya si penulis pasti berujung untuk dia. Atau para jaksa abal-abal alias tukang ngejudge yang berpenyakit hati, bukan galau aja sih, ya yang sirikan lah, dendaman lah, suudzonan lah, yang menilai orang lain dengan tulisannya aja, dan membuat pernyataan konyol tanpa mengenal pribadi nyata selain tulisannya. Kalo kata Rosul saya, Nabi Muhammad SAW barang siapa yang memelihara penyakit hati tersebut, niscaya tidak akan surga ia cium maupun ia masuki. Ehem. Eh ini jenis tulisan blog ababil sekali, tapi menurut saya ya emang manusiawi kok. Semua manusia punya hak masing-masing menanggapi tulisan orang lain. Setiap orang juga punya hak untuk menulis apapun, tanpa sara dan nama jelas, kita ngga bisa membatasi apakah itu semua sekedar fiktif imajinatif ataupun ya sesungguhnya perasaan penulis. Ya berusaha sama-sama dewasa lah.

Tapi ya kira-kira demikian lah arti penulisan bagi orang yang mungkin gemar dan selalu butuh menulis. Semua teori tadi adalah hal-hal yang demikian berselubung di pikiran saya selama ini dan menjadi adaptasi kepada saya yang telah mengabaikan hidup saya yang satu itu. Saya bukan penulis profesional, lebihnya adalah sekedar mencurahkan kegundah gulanaan saya. Demikian anda terjebak pada sebuah teori absurd dan ketidak-pentingan hidup saya kembali. :3

0 komentar: