Rabu, 27 Februari 2013

RECTOVERSO : Cinta yang tak terucap.





Sudah berapa banyak kisah cinta yang diceritakan lewat film. Setuju saya, rasanya semuanya sama, terlalu berperasaan dan menye-menye. Sampai kita merasakannya sendiri, bukan sekedar membangun imajinasi melalui film dengan talent cantik dan rupawan, yang sebenernya teralu dangkal untuk dirasa-rasa. Karena itulah, orang yang membuat film drama itu merupakan orang yang sukses batinnya soal pengalaman perasaan, plus kalo filmnya emang ngga mainstream dan mewujudkan imajinasi penontonnya ngga sedangkal ketika mendengar ‘drama’ dan ‘cinta’ yang dijual di awal. Beneran bikin kerasa dan lebihnya bisa bikin nangis, gitu.
Rectoverso, sebelum tayang di bioskop ini ceritanya sempet mampir ke kampus saya, lebih tepatnya sebagai proker divisi saya ‘Ngobrol Bareng Director’ di bulan Januari dengan empat sutradara cantik yang dateng sosialisasi film dan karir mereka sebagai sutradara di Solo. Alhamdulillahnya, sakseus menjaring para penggemar cewek gemes dan penonton di Solo. Sedihnya baru di akhir Pebruari saya nonton filmnya.

Film Rectoverso ini, film garapan artis-artis cantik yang pertama kali jadi sutradara. That’s Marcella Zalianty sekaligus produser yang menggarap Malaikat Juga Tahu. Cathy Sharon dengan Cicak di Dinding. Rachel Maryam menggarap Firasat. Happy Salma dengan Hanya Isyarat. Dan Olga Lidya Curhat Buat Sahabat. Semacem omnibus gitu, dalam satu film ada 5 cerita. Dan menurutku filmnya bagus.

Meskipun ada beberapa bloopers, tapi mbak-mbak sutradaranya meyakinkan kita penontonnya, bahwa membuat film adaptasi dari sabuah tulisan itu ngga dibuat main-main. Selain dalem, talents dalam film ini adalah aktor-aktris yang aktingnya bisa banget. Mengingat Lukman Sardi yang selalu cool dan Indra Birowo yang selalu lawak di peran-peran luar film ini. Sehingga… waktu denger dialognya sekalian disuguhi mimik yang bener-bener syahdu itu rasanya sesuatu banget.

Malaikat Juga Tahu itu ngajarin saya banget kalo teman-teman yang autis itu ngga bisa banget diremehin. Mereka bahkan punya cara yang menurutku ya istimewa ketika dia bicara soal perasaan. Dan ketulusan mereka ngga bisa disangsikan, mereka semacem disiplin soal perasaan, mengaturnya baik-baik.. meskipun disebut filmnya sebaik-baiknya aturan kita sebagai manusia biasa ngga bisa sedikitpun berlaku di hidupnya.  
Cicak di Dinding, mengajarkan saya filosofi cicak yang saya ilfeel nya sumpah demi surga dan neraka. Kehadiran seseorang ngga bisa ditentukan, tapi cicak itu bisa selalu ada. Dimanapun. Cicak yang menjaga manusia dari nyamuk. Cicak yang menjaga orang yang dicintainya, di dinding maupun di pinggang.
Ada juga Firasat yang bikin saya berisik sendiri melototin Mas Dwi Sasono. Dan sedikit menjebak di akhir soal firasat-firasat yang digambarkan. Dan yang menyenangkan di film ini, menemukan jawaban di akhir soal alasan kenapa-kenapanya.. jadi penonton punya space sendiri buat menebak-nebak. Seneng-seneng tebakannya bener. Dan di film firasat, menggambarkan bait-bait Kepasrahan Awan-nya Larasati buat senjata nge-gombal itu romantisnya minta ampun.
Hanya Isyarat. Yang paling sederhana dan ngga kalah dalem. Isyarat zaman sekarang alias kode di Twitter itu ngga ada apa-apanya ya dengan isyarat di film ini, maksudnya secara penyampaian tokohnya juga semacem kode-kode santai. Tapi pas denger filosofi ‘punggung’, rasanya ikut miris juga. Semacam menyampaikan,“saya adalah orang yang paling bersedih soal punggung itu, karena pada akhirnya saya tau apa yang ngga bisa saya miliki”.
Dan.. ‘Curhat Buat Sahabat’ itu sebenernya yang bikin miris. Pasti sedih banget. Ya biasa lah, sahabatan trus yang cowok sayang banget sama ceweknya. Ceweknya gonta-ganti pacar. Sahabatnya tetep setia. Cerita-cerita sama flashback gitu aja kasarnya bentuk film yang ini, tapi… pembicaraannya emang dalem-dalem. Dan yang bikin saya kerenyuh adalah ketika disandingkan air putih dan wine yang 2 sahabat ini lagi minum. Air putih dihabisin, wine tersisa banyak. Tuh, laki-laki yang sayangnya bener-bener tulus begitu ya. Sampe sakit, juga ditahan..
Kelima cerita semuanya diam. Meskipun riuh di dalemnya. Tapi, kalo menurut saya mereka semua indah. Paling ngga belajar cerita cinta yang lain yang kali ini ngga sedangkal yang seperti ftv-ftv cinta seperti biasanya.. filmnya bagoos..

0 komentar: