Jumat, 05 Juni 2015

KOREAN DRAMA VIRUS



2014 was definitely my year to live in Korean waves. Karena ngga tertarik dengan lelaki-lelaki kemayu ala Korea yang lebih cantik dari saya, jadi saya prefer ke reality show dan sebagian film awalnya. Karena punya sahabat yang addicted banget sama cabe-cabean Korea dan punya modem super buat download setiap minggunya, alhasil keracunan lah orang-orang di sekitarnya buat ngikutin juga.

Sebenernya, suka sama K-things itu agak epic sih.. but I’m not really into it sih sebenernya cuma sekedar suka aja kalo emang cocok. Karena budaya Korea yang deket banget sama budaya Indonesia. Dan mereka lebih modern dan saya akuin lebih cerdas konten dan gimana ngemasnya. Dulu sih jaman sekolah sekitar tahun 2005an nontonin full house sama BBF juga tapi dari TV. Nah mulai intens sama Korea-Koreaan dari jaman kuliah, awalnya dikenalin Running Man sekitaran tahun 2012 dan sebagian film-film cengeng macem A Moment to Remember, Hello Ghost. Well.. they’re not bad things.. lama-lama jadi ngikutin, kalo temen nonton ngakak-ngakak atau nangis-nangis tolol.. seriously running man’s jjang, the best reality show ever I’ve seen.

Sampe akhirnya tahun lalu, dimana segala kesibukan spesialisasi udah tamat. Dan bekerja part time sama skripsian masih nyisain waktu. Maka nontonlah drama-drama tolol tapi bikin bahagia. HAHAHA. Kalo drama ngga download sih, seringnya ngopi sama temen kampus atau anak kosan kalo sekarang nongkrongin Ambassador karena Glodok udah ditahan semua sama polisi segala dvd bajakan. Hehe ga bajak film negeri sendiri deh yang penting.  Tapi kalo buat reality show Running Man sama bayi-bayian The Return of Superman udah berasa ga afdol hidup kalo seminggunya ga nonton atau download. Percayalah, mereka semua candu. Ngegemesin.

Khususnya Drama. Orang Korea itu pinter banget mengkategorisasikan jenis apa yang mau mereka buat. Dan dalam stasiun televisi setiap harinya selalu ada beragam drama dengan sasaran masing-masing. School drama, Adult, Emak-Emak Genre, Historis, karena Korea kiblatnya USA banget sekarang jadi ikut-ikutan bikin semacem SCANDAL series gitu. Zaman SMA dulu nonton dan tergila-gila sama BBF wajar, tapi buat saya sekarang drama sekolahan itu udah out of date banget. Sedangkan drama di middle age, yang umur-umur 25 ke atas itu IMO lebih stupid lawakannya dan love twist-nya masih masuk akal. Meskipun banyaknya cowok-cowok Korea itu cenderung love story-nya berujung pada Noona-Noona (Big Sister) tapi seringnya di drama dibikin “nice reasons why he loves her”. Jadi kocak sendiri. Belom lagi kalo misalnya menurut saya beneran cocok, semacem twist-nya ngga alai, cowoknya bukan cabe-cabean anak sekolahan, ada komedinya, kissingnya romantis, Oppa-nya ganteng, ceweknya sassy girl gitu.. ntar kalo ada sedih-sedihannya pasti bikin nangis. Terlepas dari saya yang melankolis, every girls watch em’ pasti BAPER..  jadi menurut saya seringnya drama Korea yang bagus itu semacem magic. Kalah deh psikolog bolak-balikin hati hehehe.

Dan sekarang hampir mencapai jenuh. Karena banyakan drama Korea itu endingnya selalu bahagia. Kayanya udah ada perhitungannya, first man akan jauh lebih ganteng atau lebih kaya dari second man, trus second girl yang selalu mengalah akan dikasih bagian jahatnya meskipun perannya jadi orang baik. First girlnya pasti cantik dan labil. Orangtua atau mertuanya pasti pilihan ada yang kaya ada yang miskin. First man atau first girl pasti punya back up-an kaya sahabat deket atau sodara. See, they made happiness. Kadang, saya mikir drama Korea itu dibuat sebagai alternatif kebahagiaan bagi siapapun yang menontonnya. And the best of them, perhitungan mereka soal peran, tema drama, isu yang dimasukkin, twist, ending.. semuanya menyesuaikan apa yang saat itu orang-orang mau. Terlebih orang Korea itu tipikal masyarakat yang sangat atraktif. Jadi kebanyakan orang yg milih mungkin juga semacem punya pikiran, drama Korea lebih mungkin jadi nyata atau ngga lebih masuk akal kalo dikhayalin sama orang Indonesia disbanding ngayal jauh sampe ke series Amrik yang lebih mustahil hahaha. Lagian maunya perempuan di Indonesia nyaru sama kemauan perempuan Asia lainnya. Mau putih, kurus, mata indah, punya pacar ganteng dan kaya. Yailaqkhhh..

Well, they are kinda not really bad effects. Buat yang punya waktu sih ngga papa.. buat yg banyak kerjaan ini masalah besar kalo udah kena candunya hehe.. these dramas finished by me: Full House, BBF, Sassy Girl ChunHyang, Marriage Without Dating, Discovery Romance, Plus Nine Boys, Flower Boys Next Door, Surplus Mermaid, Master Sun, It’s Okay It’s Love, Emergency Couple, Plus Nine Boys, HoGoo’s Love, Blade Man, My Love from The Star, Angel Eyes, The Heirs, My Girlfriend is Gumiho, You All Surrounded, Gentleman Dignity, My Love Madam Butterfly.. sometime I still wonder what’s more stories I can watch from Korea. Hehe

Rabu, 13 Mei 2015

Inspirasi Null.




Kita dapat bicara jujur satu sama lain. Tidak ada tempat terbaik untuk meletakkan rasa lelah pada sebuah ruang yang setengah kosong ini.
Hanya pada setiap waktu seperti ini kita dapat membuat kisah satu sama lain kembali. Memberitakan soal apa yang sedang menjalari hati sementara kepala masih berdiri untuknya. Memberikan hal-hal yang sebenarnya kosong namun berharap diisi. Berharap kosong karena terlalu banyak isi. Kita bisa menertawakan diri kita masing-masing, karena telah begitu lama kita kehilangan jiwa satu sama lain. Yang aku harapkan, kanvas dalam diri kita dapat bicara tanpa harus kita membicarakannya dan menuliskannya.
Banyak sekali kisah yang sudah aku karang…agar kepala kita tak lagi kosong. Dan aku harapkan kita mampu saling memenuhi kembali.

Sabtu, 11 April 2015

Melarikan yang Harus Dilarikan.



Sama ketika kita berlari, setiap jejak yang kita setapaki. Ada takdir yang harus kita jalani dalam hidup.

Demikian ketika kita menoleh ke belakang, ada hal-hal yang terlewatkan. Sebagian melambai haru ditinggalkan, sebagian tertawa lepas dibebaskan, sebagai menderu-deru sedih tidak berkesudahan. Tapi kaki-kaki terus menjauh, menarik keras urat nadi di dalamnya. Melaju cepat mencari tujuan. Menghindar dari kesalahan.

Dan ketika kita berlari. Sebagian melihat apa yang menghalangi di ujung jalan. Sebagian menutup matanya dan menyerahkan dirinya tersungkur pada kubangan selanjutnya. Kita mengamati dalam-dalam perjalanan. Ada pula yang menghilangkan dirinya tak tentu arah.

Tidak ada yang salah dalam berlari. Semua orang ingin melarikan dirinya sejauh mungkin. Hanya, tidak ada orang yang tahu pasti seberapa jauhnya orang meninggalkannya, atau seberapa jauh dia meninggalkan banyak cerita dalam hidupnya. Yang terlihat hanya ketika ia melarikan diri, tanpa tahu sebenarnya ia hanya berjarak satu kedipan dengan pelariannya.


Filosofi Kopi.




Melihat jalan-jalan yang layu dipijak dan begitu kesepian. Sementara dengung debu yang tanpa henti menyeruak isi kepala. Berputar-putar dengan nada riang. Mencari-cari apa yang hatinya sedang butuhkan..
Seperti etalase yang sendu. Kosong namun tetap penuh harapan kepada pelanggan-pelanggan yang murung melewatinya. Pohon baru yang ditanam di tengah kota begitu malas untuk menegakkan batang-batangnya. Tertidur menggapai tanah. Daun-daun yang rontok di kakinya, merenggas dan gosong dimakan jalanan.. dan angin musim panas perlahan kemudian datang..

Lampu kota menyala di siang bolong, melawan terik sang matari yang jenuh bersinar.. kulit-kulit dari gedung tua di sudut jalan terbang kian kemari, menua dan usang. Sehingga yang melihatnya, penuh haru dan heran apa yang ada di dalamnya, masih begitu kukuh dengan kisah-kisah yang terlahir di dalamnya.
Dalam secangkir kopi di tengah kedai yang begitu sepi menyayat hati. Diiringi deru kipas angin yang termakan debu. Pinggiran roti yang ditinggalkan. Tercelup basah, seperti sepatu hitam yang kukenakan, kuyup mengenaskan terkena cipratan sedan-sedan yang melaju kencang ketika aku menyusuri trotoarnya.


Secangkir kopi di hadapanku tak berhenti memanggil agar aku tak henti menghirup aromanya. Mengagumi butiran-butiran hitam yang berbekas di sudut bibirku. Rasanya manis seperti coklat, yang barangkali orang-orang bilang rasanya pahit seperti hidup. Panas. Membekas. Dan begitu nikmat ketika menyentuh lorong-lorong kerongkongan, menjalar ke kepala. Membangunkan yang mati. Dan membuat kita mencari-cari apa yang kita ingin rasakan padanya. Kopi yang menjadikan seorang menjadi begitu perasa.
Seperti yang aku saksikan. Jiwa-jiwa yang sendu. Yang lelah dengan fakta bahwa betapa jauhnya kita sudah berjalan di bumi yang tua ini.


Disuguhkan puing-puing sisaan zaman yang menyedihkan, namun mau tak mau harus ditelan. Semua orang saat ini begitu menyedihkan. Tidak mampu tapi dijalankan. Tidak pantas tapi ingin diakui. Punya kuasa namun menghabisi. Didengarkan tapi tak sanggup mendengar.
Kenapa tidak semua orang menjadi secangkir kopi panas yang dipenuhi susu saja? Membagi dirinya untuk yang lain. Seperti seisi kota yang terisi dengan meriah, tidak terpisah. Menjadi satu hal yang dicintai banyak orang, tanpa harus menunjukkan jiwa yang lemah, tua, dan kesepian. Semua orang ingin memilikinya, tanpa harus menunjukkan banyak hal.
Hidup begitu mudah dijalankan ketika kita benar merasakan apa yang didalamnya. Tidak sebatas pada hirupan pertama. Tidak berdasarkan sekelebat aroma. Tapi ketika kita benar meletakkannya pada sumber-sumber perasa dan mengenali betul bagaimana rupanya. Dan bagaimana kita menjalankannya. Hidup yang penuh candu, manis sekaligus pahit. Hidup adalah bagaimana kita menenangkan waktu yang menjalarinya, yang menuntutnya menjadi habis.. namun tertahan kuat dan menunjukkan utuh isinya.. berpacu dengan waktu seperti menahan ektraksi kopi. Hidup bertahan untuk tetap mengisi dan terisi.. supaya tidak diacuhkan. Hidup seharusnya berhati-hati, berantisipasi. Seperti ketika kita memburu gelas kopi yang panas.
Gelas kopi yang bergaris-garis. Meninggalkan bekas-bekas batas yang aku hirup. Saat ini aku menikmati filosofi kopi ku sendiri.

Rabu, 25 Maret 2015

Halo Again! Now 2015!


I was fucking laugh a lot when I read this silly place. I’m that silly. HAHAHAHAHAHAHA

 Melihat diri sendiri semacam ini adalah hal terbodoh sekaligus paling jenius yang bisa dilakukan. Membaca diri sendiri yang rumit, yang bahkan masa tua-nya nggak lagi mampu untuk paham satu jenis kalimat menyedihkan yang seorang gadis remaja beranjak tua tulis di ruang-ruang kosong rahasia semacam tempat ini, mengeluh, mengaduh, dan begitu romantis. I wonder what happened to me. I was so mysterious. But I love em. Very much. HAHAHA


Dear old Fenti, someday you’ll read it.
Me here. Your self. At twenty two. Have graduated from the major you always wished before. I’ve got so many experiences about life. I lived our dreams. Enjoy the rest of our life. Still being a picky woman, just because I always remember about our commitment how precious we are. Still search the man who’ll be your love of life. And still being your mother’s captive.

Menemukan kembali tempat ini. Dan seperti biasa sangat ingin kembali ke dalamnya. Tapi tidak tahu lagi apa yang harus dibicarakan. Klasik dan menyenangkan. Hanya bertambah tua. Masih bergantung kepada orangtua. Belum dilamar. Dan masih memiliki mimpi yang sama.
Oke baik, mulai selanjutnya aku akan berpura-pura sebagai pemilik sejati dari blog ini. Akan aku bicarakan kembali cerita-cerita konyol dalam hidup ini. Baiklah. 

By the way, I’ve found the place that I really want to be there. You shall be there!!! Someday. I’ll fight for you since this day happens to us.. you’ll be there. We will.. 


Sabtu, 31 Agustus 2013

Apatheis

Sekarang gue sedikit ngerti kenapa ada keyakinan bernama Atheis dan sekian banyak orang masih jadi pengikut kentalnya. Setelah luntang-lantung di bumi untuk beberapa tahun ini, rasanya pilihan menjadi tidak percaya apa-apa adalah pilihan yang terbaik. Berhubung emang karena gue makhluk apatis yang sensitif, bersentuhan dengan apa-apa rasanya ngga lebih baik dari tidak terkena masalah apapun karena berjalan di jalan yang tepat, jalan atas kemauan sendiri. No, it isn’t point about the real religion.
Ini masalah sikap.

Ketahuilah, menjadi manusia normal bukan hal yang gampang. Merasa naif terhadap diri sendiri, ketika merefleksikan diri sendiri kepada masa lalu dan imajinasi akan seperti apa gue selanjutnya. Menjadi baik atau buruk, menjadi normal atau semakin.. yah begitulah. Sayangnya semua orang tetep milih buat jadi normal, jadi kita akan terus berjalan sesuai apa yang orang lain jalankan. Menjadi berbeda masih sangsi, bahkan mau mengungkapkannya aja udah takut setengah mati. Merasa ngga pantes dan bingung gimana harus mulainya. Emang sih kedengeran tolol, tapi bukan main emang susahnya setengah mati menjadikan pikiran kita hidup sesuai dengan skema yang tergambar sebelumnya di otak atau di mimpi kita. Ngga gampang men ngerubah something yang udah pernah kita ‘curse’ untuk bangkit lagi dan merubah hidup. We do really need to grow up, tapi gimana caranya.

Sabtu, 17 Agustus 2013

Moonrise Kingdom



Sebenernya soal menonton film saya udah ketegori ketinggalan zaman. sebagai anak film, kerasanya udah asing sama yang namanya bahas scene, semiotic, angle, bahkan aktornya. Semenjak Running Man merinai di otak dari awal tahun ini, film itu jadi kekasih yang diduakan. Mungkin posisinya sama kaya dulu menduakan teater dan menulis. Ha-ha. Semakin tua, rasanya sepakat banget hiburan itu bentuknya harus sejuta persen efisien. Ketawa dan sedikit mikir dalam waktu satu setengah jam menggantikan film yang bisa lewat dua jam dan harus memecahkan teka-teki, atau lebih parahnya lagi malah ngga ada teka-tekinya. Saking dangkalnya. Tapi demikianlah hidup, kalo sudah digariskan pada satu hal, mau kemanapun garis selanjutnya suatu saat akan berujung kepadanya lagi.

Belakangan ini karena saya ngga banyak nonton film, saya juga jadi ngga pernah nulis soal film-film yang baik, yang pernah saya tonton. Film terakhir-terakhir yang super keren saya tonton adalah Sang Penari karya Ifa Isfansyah yang tampil menyedihkan di acara saya sendiri. Sang Penari berhasil menarik hati saya dengan tema sekian tahun lalu yang Indonesia Banget. Sejarah itu ngga selalu ditunjukkan dengan cara yang monoton, Mas Ifa pinter banget mengenalkan sejarah ‘kita’ lewat Sang Penari dengan improvisasi yang ketangkep sama generasi zaman sekarang. Sayangnya, untuk menonton film ini memang luar biasa terbatas, dvdnya juga ngga banyak beredar, jangankan download. Film yang memang harus dijauhkan dari pembajakan. By the way, saya juga habis menonton Salmon Fishing in the Yemen by Lasse Hallstrom film yang digarap berlatar belakang Inggris dan Timur Tengah yang menyibak kemustahilan di dalam keheningan memancing. Menurut saya, selain dimanjakan dengan shot-shot dengan film ini kita belajar soal banyak hal dari kegiatan memancing yang selama ini dilihat sebelah mata aja. Dan Where Do We Go Now? Film Arabic yang mengangkat tema gender yang miris sekaligus kocak. I enjoyed them.. recommended deh hehe.

Oke, sebagian adalah prolog alaynya. Berikut adalah maksudnya. Hehe
Yang baru saja saya tonton adalah Moonrise Kingdom (2012). Scene dalam filmnya nyaris sempurna, plus lagi karena berhasil mengecoh orang Indonesia semacem saya yang nggak tau soal kepulauan di Amerika sana dan akhirnya menyangka bahwa film ini berlatar di Inggris. Setting tahun 1965 dibawa di film ini dengan baik, mungkin dimudahkan dengan setting tempat yang berada di tempat terpencil yang masih punya bangunan-bangunan klasik di sana, selain itu properti dan kostum yang digarap serius, termasuk gereja, rumah, dermaga, sampai mobil patroli. Lucu deh.

Alur ceritanya, tentang first love dua anak kecil Sam dan Suzy. Keduanya digambarkan sebagai trouble maker yang membuat kacau satu pulau tempat mereka tinggal. Sebagai karakter yang melengkapi, yaitu Sam sebagai yatim piatu dan tinggal di kamp pramuka dan Suzy sebagai anak perempuan satu-satunya dari 4 bersaudara yang tinggal di rumah sempurna dan mengetahui Ibunya memiliki hubungan khusus dengan Kepala Polisi setempat. Cerita utamanya sih perjalanan mereka menunju their ‘Moonrise Kingdom’ di sebuah pantai yang mereka kira akan jauh dari kehidupan mereka sebelumnya yang menjenuhkan dan  menyedihkan, tapi dari perjalanan mereka ditemukanlah perhatian yang lain. Brotherhood, parents love, juga perhatian orang-orang satu pulau yang berusaha menemukan mereka.  Plot dalam film ini terlihat ringkas semacem 500 Days of Summer, petunjuk dalam film hanya berdasarkan shot-shot singkat dan bahkan langsung disampaikan oleh Mr-Red-Coat yang mengaku sebagai guru katografi Sam. Sebenernya saya juga bingung, Mr-Red-Coat ini semacem imajinasi atau buah pikiran dari Sam. Mengingat Sam semacam anak jenius yang memiliki masalah emosi, dan mungkin juga mental, berikut Suzy. Keduanya digambarkan begitu kuat pada usianya. Di film ada beberapa scene khas, yaitu panning buat menunjukkan beberapa aktivitas dalam waktu yang bersamaan, seperti kegiatan para Scout-Boys atau kegiatan honeymoon Sam dan Suzy.

Menurut saya, Moonrise Kingdom menunjuk kepada sebuah tempat. Yak pantai tempat Sam dan Suzy menuju. Ingat ketika film di awali diperlihatkan sebuah lukisan rumah tempat Suzy tinggal, juga Scout Camping tempat Sam tinggal. Dan yang terakhir lukisan Sam di rumah Suzy. Dengan imajinasi Suzy yang kuat dan kemampuan Sam, they built it. Tema artistik memiliki peran di film, baik lukisan atau karya-karya sastra yang banyak ditampilkan di dalam scene.  Moralnya? Hmm.. mungkin menunjukkan supaya kita berkeyakinan seperti Sam atau Suzy yang pada akhirnya paling ngga berhasil mencapai Moonrise Kingdom seperti yang mereka bayangkan. Hal-hal yang belum seharusnya dicapai anak-anak, tapi ya memang sudah dicapai oleh karakter jenius seperti mereka. Yang masih ngga saya ngerti imaginer love semacam ini kenapa harus ditunjukkan dengan kehidupan anak-anak ya? Kalo mau menunjukkan bagaimana seorang anak mencari perhatian sih masih nyambung, tapi kalo menunjukkan anak laki-laki dan anak perempuan yang berusia sekitar 10 tahunan jatuh cinta, lari dari rumah, saling mengirimi gambar telanjang, menusuk temannya menggunakan gunting, French kiss di tepi pantai yang kemudian tidur bareng, atau kemudian menikah di bawah umur. Hmm. Sebagai penonton film sejujurnya film ini ngga menyisakan kesan yang dalam buat saya, meskipun dapat rating 7.8/10 dari IMDb.