Kamis, 24 Juni 2010

ELEGI PAGI PAGI WAKTU ITU

Hari ini, pagi ini saya berelegi lagi. membiru, pupus harapan.. menatap cermin dari layar laptop saya. Membisu, dari apa-apa yang seharusnya saya bicarakan. Tidak, sebenarnya saya baru saja bilang, saya baru saja bilang.

Anda mengerti bagaimana cinta seorang ibu untuk anaknya, bukan?

Ya ini masalah saya dan dia lagi.

Rasanya aneh, di usia saya yang sudah 17 tahun ini, masih saja belum saya bisa uraikan siapa Ibu saya. Rasanya dia terlalu kekanak-kanakan menghadapi saya yang sudah terlanjur dewasa. Mengenai apa yang terjadi pagi ini, sulit sekali saya jelaskan. Padahal saya sudah begitu yakin, dan saya tidak mengalaminya secara langsung.. saya menjauh, dan saya ingin pergi.. tapi saya tetap di sini. Saya terkunci dan akan selamanya di sini.. mengikat apa yang seharusnya saya dapat. Saya tidak mengerti lagi bagaimana caranya.

Kalau Ibu saya memilih mati ketimbang menghadapi saya yang beringas, saya berharap Ibu saya mati di hari Selasa, biar seperti yang orang bicarakan. Mati di Selasa mengajak orang, dan biar saya ikut, mati selanjutnya. Betapa saya mencintai Ibu saya, betapa saya tak ingin dia sendiri.

Tapi begitu tidak tahannya saya, menghadapi tekanan yg selalu menghimpitnya, saya begitu sadar, saya begitu takut, dan dia selalu menyebut, tapi selanjutnya dia meracau saya. Emosi saya mengambang jadi terkapar, tak tahan jadi anak durhaka. Saya sambut teriakannya..

Begitu saya ingin pergi, dia larang saya pergi ke Panggung, dia larang saya mati, tapi dia terus makani hati payau saya ini. Dia bilang saya tolol, tapi dia begitu sedih menunjukkan foto saya ke hadap public, dia naikkan hatinya dari nama saya, dia begitu bahagia pegang foto saya nan berkebaya, cerita kalau saya Tukang Juara dari SD.

Saya harus bagaimana. Dia terlalu banyak yang menekan, tapi saya enggan, saya kuat untuk menahan maunya. Dia keras seperti saya, tak ada yang mau salah antara dia atau saya.
Ya ALLAH.

(Sebelum Ke SOLO)

0 komentar: