Kamis, 24 Juni 2010

Sang Buronan

Aku akan buat kesemuanya ini tiba, ketika aku sampai di penjara. Di penjara waktuku. Aku adalah sang buronan, tak letih mencari relung untuk hilangkan hati dan jiwaku.. aku sang buronan, melari adalah sebuah naluri.. dan akulah buronanmu.

Aku menuntut, dan semua berhasil jua datang menuntutku. Meriuh, dan menjadikan aku bertabur pada sembilu api, dan terbawa gelombang pasang di danau yang begitu tenang, atau badai memutarku, sampai aku tak lagi mampu menjamah tanah, menjamah tanah yang ranah, lemah, dan tak mampu lagi menyambutku.

Aku bersembunyi pada lingkaran, lingkaran, pelukan nan begitu erat menghantamku. Memburuku dari segala arah, dan meriah.
HAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!
Keypad A hampir hancur. Mirip, layaknya aku.

Aku masih punya Tuhan. Tuhan sembunyikan aku. Tuhan tikam aku. Tuhan tahan air mataku. Tuhan hapus segala raguku. Ya Allah maha pemberi cinta, dan yang paling aku cintai, harusnya aku seperti ini sedari dulu. Sedari aku masih pada mimpi, sedari mata-mata dunia belum lagi usai menatapku, selagi aku belum membubuhkan jari-jariku..

Ini bukan sebagian. Aku terlalu lincah, menghadapimu muka teralis, muka baja.. muka pembunuh jiwa raga! Biar aku, biar.. aku takkan lagi hilangkan tandanya.. dan kau jua takkan lagi mampu menangkapku! Aku, aku akan lari selamanya, aku akan lari dari teriakan Ibu, Aku akan lari dari tuntutan seorang anak, aku akan lari dari dunia, aku akan lari dari bayang-bayang mati..

Jadi, aku akan lari, mengitari semua puisi di dunia ini. Mencari, dan dicari..

0 komentar: