Kita tidak akan benar-benar terluka, hingga kita mensugestikan bahwa kita sudah terlualu buanyak berjuang, kepada apa yg sebenarnya sudah seharusnya kita perjuangkan. Elegi begitu dekat dengan kita, terlebih kepada tombak-tombak rindu yang mengantarmu pulang malam itu, seperti rinai air yang gemericik menemani kita malam-malam itu. Sudah seharusnya kita saling melepas, tapi rindu tak jua melepasku. Egoku bercampur dengan deruan suaramu di ujung sana, dan aku kian menangis hingga aku tak lagi kuat menahanmu. Sebenarnya, apa lagi yang harus dibicarakan? Sebenarnya aku yang harusnya tidak menangis dan mudah melepasmu jauh-jauh. Tapi aku begitu ingin menghargaimu dan begitu mengenal kamu
Suatu hari ada anak laki-laki mencoba menyentuhku, ketika aku dirundung pilu. Dia datang memelukku lekat-lekat, tanpa sedikitpun aku menengoknya. Kemudian ia tetap mengikuti, hingga suatu hari di malam besarnya ia memintaku memeluknya. Dan seperti doa-doa yg ia tuliskan tiap harinya mengenai aku. Dalam perjanjian kecil untuk tidak saling menyakiti. Anak laki-laki itu begitu santun, ia senang memelukku dan tidur lelap-lelap di dadaku. Ia senang sekali membaca, membaca pikiranku. Tanpa ia peduli apakah akan benar ataupun akan salah. Ia yg menjadikan aku satu-satunya perempuan yang meniup pipinya dengan keras dan dia satu-satunya laki-laki yang kuizinkan memakan hidungku nan besar. Anak laki-laki itu begitu menyatu kepadaku. Anak laki-laki itu begitu bersemangat mengantarku. Lalu kubuat ia begitu tampan dalam imajinasiku, ia begitu cantik tatkala membuka semburat mata tipisnya. Dan aku mengecupnya lekat-lekat.
Suatu siang, kegalauanku datang pelan-pelan. Aku memintanya meninggalkanku, hingga ia menghapusnya perlahan. Berlanjut selanjutnya, hingga aku habis menangis. Perasaannya ia buang jauh-jauh, entah satu hal tersebut yg aku tidak lagi mengerti. Aku sejak itu mengerti laki-laki begitu lemah mengenai perasaan.
Saat egokku menggulung dan ia tak pernah lagi sedikitpun lagi di sana, anak laki-laki itu aku lepaskan jauh-jauh. Sejauh jarak khayangan menuju dasar laut. Sejauh anganku kepada dunia-dunia yg tak pernah usei. Hingga elegi menjatuhiku lagi, membuka toko dan mengisi etalasenya penuh-penuh dengan lolipop warna-warni tanpa harga-harga di hadapan anak-anak di depan toko yang haus akan kebahagiaan.
Etalasenya jadi kosong. Tebak siapa yg akan bahagia dan akan bersedih? Tebak siapa yg akan menuai karma?
Sabtu, 30 Juli 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar