Minggu, 22 Januari 2012

A Book

Sebuah buku kembali menyadarkan saya mengenai membuka mata terhadap dunia yang kemudian menjadi semakin fana tanpanya, sebelumnya. Kira-kira hampir setahun kemarin saya lengkap tiada menyentuh sastra, setahun penuh saya tidak menyentuh panggung bahkan menikmatinya sebagai jiwa. Hampir setahun saya jauh dan bertarung menghadapi kenyataan yang menderu. Setahun lamanya saya menjadi tidak produktif, pasif, dan terlalu nyata. Setahun saya tidak membaca buku, buku sesungguhnya. Betapa rindu saya terhadap kepenulisan dan bacaan yang sesungguhnya, untuk urusan kali ini kita benar-benar harus menjauhkannya dari pengertian sekedar timeline Twitter atau blog Tumblr.

Saya berniat kembali kepada masa lalu saya. Masa lalu yang indah, yang saya bangun secara naluriah. Dan berjalan kepada hidup saya begitu lama dan melimpah. Bukan kepada masa lalu yang bersifat sementara dan menjauhkan dari diri saya yang sebenar-benarnya. Sudahlah, sudah seharusnya saya tidak lagi menyesal, termasuk menuliskan kalimat sebelum penanda akhir dari kalimat ini. Semuanya berkah dari Tuhan..

Ternyata hidup tidak sekedar yang belakangan ini saya tangisi. Hidup kembali terbuka tatkala kita kembali dimana kita memulainya.. Bukan sekedar kita bicara mengenai kelabilan sebuah pemikiran bangsa, bangsa ababil. Namun kembali kepada rasa nyaman, rasa nyaman yang selama ini, yang sejak awal, yang selalu kita kenal dan kenang.

Membaca. Salah satu kelangenan sejak saya masih balita. Sejak SD hingga bangku SMP saya selalu mendapat penghargaan atas pembaca terbanyak di sekolah. Tas, buku, jam tangan, bahkan beasiswa.. Membaca yang menemukan saya kepada cinta. Menemukan saya kepada rinaian kata-kata dan harapan kepadanya. Bahkan membaca yang mendidik saya menulis menghasilkan keuangan sementara yang kemudian saya khianati atas nama kesenangan baru yang menghampiri yang nilainya jauh lebih dangkal. Sekalipun dengan mudahnya saya dapatkan dalam waktu yang semengerjapkan mata. Betapa berangnya saya terhadap diri sendiri yang begitu menauh terhadap semua ini..

Dan terima kasih kepada Pram, yang kemudian saya menjadi penganut resminya kali ini. Setelah usai menikmati salah satu masterpiecenya yang telah begitu lama saya dambakan, dalam momen dimana kembalinya saya dari kejahiliyahan dari masa kehilangan atas jati diri saya yang lama.. Terimakasih, hasrat dan ilmu pengetahuanmu, menjadikan saya membuka mata atas diri saya yang lama. Iya, sekali lagi. Yang saya tinggalkan... Saya merintis, mencari kembali jati diri saya, menemukan yang baru dan menemukan yang lama saya tinggalkan. Saya nggak akan menyentuh siapapun yang tidak saya kehendaki sejak awal, terkecuali Kamu yang dari tahun ke tahun selalu mengehendaki saya. Hidup saya indah dan tidak mudah, nggak seharusnya siapapun berusaha masuk dan merusaknya.

0 komentar: