Imaji itu intinya sama menyakitkan dengan asa. Ketika keduanya muncul, dan datang para awan menutupi. Mendesak ayo buat imaji.
Iya, aku begitu cukup takut pada rasionalitas. Tapi aku juga tak sudi menyentuh bagian irasionalnya
Kemustahilan itu sedang membayangi. Peluangnya lagi kuhitung. Is he holding back like the way i do? Aku takut terlalu dalam jatuhnya, dan ia takkan menangkapku.
Ujung-ujungnya waiting for nothing.
Berdasarkan klasifikasinya,
Kita masih mencari sebuah titiknya. Belum menyerupai kalian. Aku yakin padanya meragu sepertiku. Benar-benar aliran yg baunya menusuki hidupku. Menyengat. Tidak enak.
Kalaupun aku dapatkan sekarang kuncinya, pasti nanti cepat mati, dia.
Dia yg datangnya cepat, perginya pasti juga berlari. Dan aku tak berharap menangis lagi.
Jadi, sabarlah aku dinanti dan menanti
Sabtu, 05 September 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar