Senin, 21 September 2009

Mudik part2

Saya-aku-gue-I-Ich-eke-Akikah- Anna- Gue- Aye-Kulo? Z

Ummh.. Saya pilih saya untuk meminimalisasikan penilaian negativ atas kesubjektivitasan dari diri saya.
Saya akan mulai bercerita, sederhana. Tapi buat saya yah ini cukup istimewa, yah karna saya juga menulis di blog saya. Jadi sesuka saya saja ya.
Ini tentang saya, saya bersyukur saya ada di kampung halaman ayah saya.

1. Sungainya masih jernih dan berbatu banyak seperti yg saya ingat tentang umur saya di sana waktu balita. Saya masih belum berani telanjang di sana seperti banyak orang lakukan. Dan, mungkin tidak akan pernah.

2. Rumah keluarga saya di tempat yg sangat terpencil. Lewat hutan lindung. Pohon pinusnya masih tinggi yg hutannya terus membias, dan sawahnya terang benderang, buat hati saya riang gemilang. Seperti di Puncak- Bogor salah satu tempat favorit saya. Saya bisa berimaji. Lagi bersamanya. (:

3. Air di sumur rumah bude saya, dingin. Dan dalam, its like a mysterious big hole. Belum lagi, bak di tempat kakusnya di dalamnya ada udang-udang kecil, pemburu jentik. Saya suka mandi jadinya. Tapi bukan di bak kakus. Saya berfikir 4 kali untuk mandi atau tidak. Saya takut, airnya ada genangan hitam-hitam kecil tak berupa, tapi ini masalah hidup atau mati. Jadi, saya pilih mandi dan sikat gigi.

4. Saya selalu dapat love' dari para lansia atau sekedar mantan-mantan pacar ayah saya. Ketika mereka tahu saya, Dina. Saya suka dibilang ayu oleh mereka. Mereka bilang saya sudah perawan dan turunan ibu saya. Dan saya senang, kulit saya jadi terlihat lebih terang dari mereka :)

5. Saya nggak suka sama hal-hal yg berbau nggak enak, bentuknya aneh, dan serangga. Tapi, saya menganggap kasur mas saya, adalah kasur yg termasuk golongan ternyaman. Ketika berbaring, saya melihat barisan genting tidak tertutup, menghirup bau obat nyamuk tercampur udara dingin, dan bau-bau tanah menyapu saya, mendengar suara dewi persik di stasiun dangdut berduet dengan suara kambing milik mbah putri saya, memeluk bantal guling yg dulu pernah saya tinggalkan.


6. Saya punya keluarga yg aneh, dan darah anehnya lagi mengaliri saya. Para Bude saya yang hobi berteriak, mbah puteri dan sepupu saya mirip tokoh Jeng Kelin, Saudara-saudari yang gagah berani menjelajah kali. Mereka gesit lagi kuat, lari ke sana ke mari. Dan saya bersyukur mereka sangat memanja saya, tidak seperti bila saya di Solo.

7. Ayah saya jadi sedikit baik dan santun. Give me everything that i want. Dia tahu saya nggak suka ayam kampung, dia membawakan koper saya dari mobil. Dia tahu saya sangat suka sambal, dan dia yg tetap mengijinkan saya bermain ke kali. Ibu saya juga jadi sedikit baik dan tahu diri. Ia mengijinkan saya menambah saat makan malam. Dan berjanji menambah THR saya.

8. Saya sedikit kesal dengan
yg satu ini. Semakin tinggi saya, semakin musnah signal dari perusahaan provider untuk ponsel saya. No facebook, twitter, even blogger (jadi saya tunggu ke kota untuk posting ini), no sms, or just a call. Saya mulai terbiasa tanpa candu yg satu ini. Yah cuma setengah hari

9. Ini yg saya rindu. Sebagian orang, khususnya di desa Kandang Serang yg sangat mampu bertahan dengan keadaan yg sangat amat benar-benar sungguh sederhana. Yang saya tahu di sebagian rumah mereka adalah dalam bentuk yg lebih tepat dikatakan kandang. Besar bermeter-meter, kemudian disekati kayu-kayu lapuk, tidak ada perabot yg berarti. Hm, yah sekiranya hanya jam dinding berbaterai. Sedangkan sang empunya belum tentu bisa membaca jam. Menghitung jumlah uang dari ketimun yg berhasil ia jual pun tak bisa.Di halamannya banyak ayam yg dagingnya alot buat saya. Hidupnya penuh menanti, kalau buat saya nggak sepadan sama apa yg mereka lakukan dan sudah saya lihat. Dan, mereka begitu banyak melakukan aktivitas, tapi kalo menurut saya cuma gitu aja. Rumah mereka tetap kotor dan bertanah.
Di usia lansia, wanitanya gagah bawa parang ke mana-mana. Kuat melintas hutan lagi tanjakan. Kuat menenteng karung beras, saya aja nggak mampu gendong galon air. Wah hebat.

10. Id love to take photos here, all of parts!

Masih banyak. Tapi ibu saya memaksa saya masuk mobil. Horay kita ke Solo. (:

0 komentar: