“Aku ingat, Bu. Dina ingat pesan Ibu. Tidak peduli dibilang manja dan pengaduan, aku ingat waktu bercerita di hadapan Ibu.. aku ingat bagaimana sangaunya tangisku.”
Saya jadi ingat bagaimana rupa sahabat-sahabat saya. Di Jakarta. Saya pikir saya sudah menemukan pengganti mereka di sini. Saling ngejagain, di unexpected city ini. Saya pikir, dan saya terus berpikir..
Saya nggak niat ngomongin dari belakang atau apa. Saya sudah pernah ditunjuk sebagai orang munafik, karena dianggap ngomong belakang. Padahal semua tahu ini namanya diarytronic, you called as Blog. Anggap saja saya masih curhat. Dan, dulu rasanya kecewa banget, karena dulu saya selalu menganggap saya sayang banget sama dia. Tapi, sahabatnya ternyata sama kaya yg sekarang. Saya ternyata lebih cenderung menjaga perasaannya, ketimbang peran sebagai sesama teman yg harusnya saling menjaga perasaannya. Saya ini gampang sayang sama orang. Kalau saya peduli, selamanya saya peduli. Nggak bisa bohong kalau saya bilang, saya sudah melupakannya. Buat saya, sedikit yg kamu tunjukkan ke pada saya, selamanya saya mau tunjukkan semuanya untuk kamu.
Tapi saya sudah dewasa. Datangnya masalah seperti ini saya mulai nanggepinnya lazim dan umum terjadi. Saya mau berhati-hati. Toh, tidak semuanya harus menjadi sahabat. Saya selalu percaya sama feeling saya, saya mencoba percaya sama diri saya. Kata Mbak Kos kesayangan saya; “Temen itu kalo diajakin seneng mah,buanyak dek.. tapi coba kalo kita susah.. ada yg peduli?”. Well, nggak semuanya baik untuk saya.
Kalo sudah datang masalah, itu adalah tanda kalo apa yg kita jalani ini akan lebih spesifik. Entah menjadi semakin sayang, atau emang kita ditakdirin pisah. Kaya orang pacaran aja. Nyatanya kedewasaan itu timbulnya susah sekali saat dalam perkara. Jadi, mari kita serahkan sekarang semuanya, pada nurani. Saya percaya, suatu hari nanti kedewasaan yg terlambat itu akan membawa penyesalan mengenai yg kejadian akhir-akhir ini. Jadi, jangan ditunggu
Saya nggak ikut-ikutan kok. Rasanya, saya memang mulai sayang sama kamu, kalian, kalian berdua, kalian semua, kita semua. Tapi, saya janji nggak akan ngerepotin. Mau dianggap apa sama kalianpun, saya tetap berusaha abnormal, di hadapan kalian. Seperti hidup kita sebelumnya.
Saya bilang sama diri saya, saya mau jagain kalian sampai nanti 3 setengah tahun ke depan. Kalian bisa andalkan saya sebagai teman, sekalipun saya nggak akan pernah bisa. Saya sangat bersyukur, memiliki teman-teman yg mengagumkan pertama saya menginjak kampus, tenar barengan sebagai kelompok terheboh, jalan-jalan ke manapun dan saling ngejaga. Tau nggak, itu hal yg terindah di Solo.
Tapi setelah itu, nyatanya saya nggak bisa berharap lebih. Emang kalo seneng-seneng itu nggak cepet habisnya. Tapi masalah yang cuma seujung jari itu nggak akan pernah habis. Saya nggak akan tergantung, saya akan menggantung diri saya sendiri. Di pohon lain misalnya. Saya mau mencari pohon, yg benar-benar peduli sama gulma di kakinya, pohon yg benar-benar melindungi saya. Toh, mumpung kalian belum memberikan ilmu yg lebih, perasaan, atau rumah atau apapun yg jauh lebih berharga. You all my bestfriends, ever.
Minggu, 05 September 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar