Minggu, 05 September 2010

Dengar!

Dengar coba dengar, ketika rintik hujan usai menyambangimu senja itu.. dan matamu tergeletak dalam penantian panjang yang hilang begitu saja..

Lalu kamu terpuruk mendengar desisan tangismu, hatimu yg membiru. Sangau dan payau. Berharap ada yg memeluk dan menggenggam lekat tangan tipismu.. dan gejolaknya berputar, putar, membayangimu. Mengotori pikiranmu, prasangka nan melangkahimu, buta!

Hidup tidak lagi terlihat adil, ada deruan hati. Tapi tidak lagi mampu kau sangkal, dia di sini. Masih ada di sini. Sampai kita mati.

Dan, kau tak lagi mampu melongok pesanku.. pesanku nan basah, meriah, di ukiran-ukiran kulitmu.. sayang, padahal aku berikan itu sepenuh hati..

Tapi elegi menahanku dan kamu.. penuh tanpa relung kosong. Hingga awan mendung di luar berbaris menunggu untuk sekedar menenangkan hatimu. Awan di luar pun ingin menenangkanmu. Memelukmu dari galau nan menghancurkanmu. Ya, sejak senja itu.

Harusnnya aku tidak membauimu, di jejak fajar itu..

Sekarang, pada tepi bulanpun aku enggan tersenyum. Aku meringis, pakis, miris. Dasar jancuk, gelegek, bajingan, buangsat.. mana bisa aku lupa! Haha *kopromenjulingkanmataberputarputarnyeburkeair*

0 komentar: