
Ada sebuah film kesukaan saya dan baru saya tonton kembali. Oke, jadi selama saya di Solo, penyakit keterlamabatan saya menonton akan semakin akut. Pertama karena bioskop di sini selera lokal dan lama, kemudian belum ada tempat-tempat surga kaya Ambas atau Glodok tempat film berceceran. Sebelumnya, akan saya jelaskan bahwa saya bukan penonton abal-abal a.k.a bajakan sejati kok, apalagi film Indonesia. Film-film asing tertentu dengan kondisi yang runyam aja yang saya lihat melalui kepingan 7 rebu perak.
Nxt, film ini rilis di Venice, September 2010 dan muncul di dunia (baca; US) pada Desember 2010, dan saya baru nonton Maret 2011. Yaelah dua bulan doang ya. Oke, selain saya upload foto dan videonya, sebagai..ehem.. anak film *brb meleleh*, saya sangat menganjurkan film ini ditonton bagi penikmat film sejati.
Buat saya film tentang psikologis ini sangat apikious baik dalam cerita dan pengambilan gambar. Semiotikanya bagi saya adalah, dunia panggung yang hingar bingar di dalam film ini begitu sistematis diceritakan, yang saya suka selanjutnya adalah Natalie Portman yang begitu profesional mendalami ballet untuk film ini sekalipun pada saat syuting, tubuhnya.. 'oh' sekali untuk ukuran wanita yang sedang mengandung.
Film ini mengisahkan pemeranan tokoh dalam sebuah pertunjukan drama-ballet. Sebagai apapun seseorang, pasti ingin menggapai karirnya dengan maksimal. Begitu yang dilakukan Nina, sebagai sebagai seorang balerina yang mengikuti audisi untuk menjadi Swan Queen, yang akan memerankan dua peran sekaligus, sebagai white swan dan black swan.
Cerita filmnya simple dan umum. Tapi kemasannya melalui Portman dan Kunis yang menarik, saya sendiri nggak menyangka filmnya akan seperti ini. Kalau endingnya mungkin semua nebak kalo Nina berhasil dalam perannya, tapi Darren Aronofsky menampilkan proses menuju panggungnya terhadap Nina dengan begitu baik.
Dan saya begitu menyukai ceritanya. Selain karena saya begitu mengerti bagaimana pergulatan diri sendiri ketika harus menjadi peran lain, dan Nina dalam film ini harus bergulat dengan 2 peran baru sekaligus yang salah satu perannya jauh dari dirinya sendiri, saya juga sangat mengagumi cara sutradara menjadikan kita berpikir lebih mengenai genre film, oke ini adalah bagian ketololan saya, yang sempat mengira ini adalah film horror. Salah, teman-teman.. film ini lebih kepada psichology thriller.. dan benernya memang ya sedikit menegangkan.
Semiotika selanjutnya adalah, ketika kita memang sedang menuju sesuatu, menuju sebuah target, memang sangat diharapkan menjadi sungguh-sungguh di dalamnya. Karena sebuah ketotalitasan itu akan menghasilkan sesuatu yang benar-benar nantinya akan jadi baik, sesuai target, bahkan menimbulkan sugesti positif yang luar biasa dari mana-mana. Dan segala sesuatu yang kita lakukan di dunia ini nggak akan ada yang namanya tanpa pengorbanan, baik itu hal sekecil apapun, kita selamanya akan memiliki resiko. Jadi, yang harusnya selamanya dilakukan manusia itu sendiri adalah.. hmm.. ya mungkin berdoa kepada YME agar resiko yang kita miliki tidak hanya menjadikan kita terpuruk di dalamnya, tapi menjadikan resiko tersebut sebagai acuan untuk mendapatkan resiko seminimum mungkin di kesempatan selanjutnya.
Filmnya bagus teman-teman! tanya aja om Wiki kalo ngga percaya
0 komentar:
Posting Komentar