Minggu, 20 Maret 2011

Dilema-session




Kata kak Ikhsan, tulisan saya cukup normal (bukan pernyataan yg sebenarnya). Sejujurnya saya sedang galau akut dilengkapi dilematis stadium akhir mengenai kesempatan menjadikan diri saya un-monoton seperti ini. Seperti yang selalu terbaca, saya selalu terbiasa dengan keadaan seperti ini. Menceritakan keadaan yang hanya saya alami. Apa ya, kadang saya jadi nggak tepat begini buat menentukan kata atau kalimat apa yang tepat untuk menggambarkan keadaan saya yang tepat kacau balau seperti ini. Karena kehidupan kampus saya prospek ke depannya tidak hanya lagi mengenai diri saya. Ke depannya harus lebih fokus mengerti, mengenal, dan membicarakan yang lain. Nggak bisa lagi ya bicara terus mengenai urusan pribadi. Yang namanya profesionalitas adalah sesulit perkalian, oke terserah saya memang susah mengingat angka. Semua matematika sulit. Oke nggak penting.


Ada yang bisa menjelaskan dengan mudah bagaimana menjadi mungkin sebuah tulisan saya kali ini menjadi pantas untuk diikutsertakan lomba kali ini. Masalahnya adalah saya sama sekali berniat mundur dari awal karena melihat senior-senior tua yang bahkan telah mengikuti mata kuliah Pembuatan Artikel, sedangkan saya maru yang cuma ambil 22 sks dan ketinggalan Ma-Kul filsafat. Damny, dari tulisan saya, saya hanya membaca barisan opini dan rangkaian pembicaraan saya dengan komputer, dan pikiran dangkal saya sebagai mahasiswa. Bahkan ternyata saya belum memiliki tujuan yg tepat mengenai apa yang ingin saya utarakan. Bisa-bisa bayi artikel itu jadi skenario pementasan, saking terbiasanya saya.


Di sisi lain, saya ingin menjadikan diri saya lepas dari peran Ibu-ibu pembuat naskah, pengisi blog, dan penulis timeline twitter. Selama ini saya cenderung diasuh oleh social media, saya jarang membaca, apalagi menulis. Tapi yang saya lihat semenjak senior-senior saya bicara di depan kelas beberapa hari yang lalu adalah nyata. Saya benar-benar melihat. Ya iyalah -_-




Oke, kepada intinya. Saya menyerah. Saya tidak cukup kaya dalam penulisan artikel. Saya nyonya fantasi, gaib, ngawang-ngawang. Saya egois. Yah, gimana. Soalnya selama ini saya belum punya tuntutan. Dan tuntutan lebih jelasnya akan datang sebentar lagi, ya satu tahun setengah lagi deh ya kira-kira, jadi mahasiswi tua dan akan bersiap menghadapi kelulusan dan menghadapi masa-masa penuh kerjaan. Nggak mungkin kan, laporan saya tulisin curhatan.


Duh, kepiye iki ‘

0 komentar: