Sebelumnya
saya berterima kasih sekali kepada ‘mbak ike’ yang mereferensikan buku ini
kepada saya. Cerita Cinta Enrico oleh Ayu Utami ini salah satu cerit kesukaan
saya banget. Bahasa dalam ceritanya detail sekali, santai, dan mudah diingat.
Sekalipun cerita ini dibangun dari cercahan memori, tapi Ayu Utami seperti
memberikan imajinasi fiksi yang segar dan menyenangkan. Sayangnya nilai kejutan
yang saya dapatkan berkurang karna sebelumnya si Ike Marike alias Shelma Aisya
nya udah ngajakin kepo barengan soal Enrico yang jadi biang keladinya di
google. Dengan kesotoy-an saya,, akhirnya saya seperti mengurut cerita dengan
imajinasi saya mengenai Enrico via google yang minim sekali hasil pencarian.
Karena beliau ini (Sang Enrico) adalah sosok yang jauh dari eksistensi macem
artis dan sebagainya, yap.. Enrico itu sebuah makhluk nyata.
Yang
saya suka adalah sosok Enrico yang diceritakan A begitu sempurnanya dan
menggemaskan. Memori yang sepenggal-sepenggal itu ngga kehilangan nilainya,
dikarenakan proses penceritaan yang sebentar itu selalu ada gaya menulis A yang
ngga terduga. Saya menikmatinya.
Selepas
dari semua penulisan yang bebas dan menyenangkan tersebut, saya menarik
kesimpulan melalui membaca buku ini bahwa kemustahilan di dunia ini semakin
hilang garisnya.. kisah cinta macam apa yang mengutamakan ranjang dan masih
bisa membuat kesan bijaksana dan mungkin terjadi, bahkan di kehidupan orang
dewasa yang biasanya berpikiran tentang tujuan hidup dan mapan-itas. Kisah
cinta macam apa yang bisa terlihat seolah-olah beneran cinta sejati padahal
hanya berjumpa di satu pertemuan yang dalam kondisi putus asa, kemudian
bertelanjang, dan tidak lagi bisa terpisah. Susah ya seniman.
Bicara
mustahil zaman sekarang, emang cuma bisa diketawain. Tuh buktinya, bujang lapuk
semacam Enrico pada akhirnya bisa memutus kebebasannya kemudian menemukan
betinanya di ujung usia tua, kemudian wanita dengan hati seperti karang dan
seapatis A bisa akhirnya memutuskan kebebasannya juga dan menikah, bahkan
melanggar sumpahnya. Cerita Cinta Enrico membuktikan bahwa Tuhan memang benar
punya rencana. Bahkan, sekalipun kita ngga pernah menduganya sedikitpun di
awalnya.
Novel
ini juga menunjukkan kepada saya, soal gaya hidup sekelumit manusia di luar
sana yang jauh dari mainstream kebanyakan, tapi hebatnya orang-orang seperti A
dan Enrico adalah tipikal manusia-manusia yang peduli mengenai moral. Nilai
plusnya adalah ketika membicarakan keTuhanan yang menurut saya dialognya sangat
absurd, tapi pada akhirnya buat kita menggeleng sekaligus mengangguk-angguk dan
bergumam.. ‘OH IYA BENER JUGA, SIAUL DEH..’ Kebebasan dalam setiap hela hidup
orang-orang yang seperti mereka adalah kebutuhan pokok, cenderung bersikap
bodo-amat dan ngga peduli, menurut saya ya emang keren.. tapi dalam kebebasan
itu dengan arifnya A masih menciptakan batas mengenai dirinya sebagai makhluk
ciptaan dan bagaimana memperlakukan Tuhannya. A ngga munafik sekalipun dia
apatis dan arogan. Ia membatasi dirinya, tapi ngga ngaruh sama tulisannya yang
membangkitkan hasrat semangat saya untuk menyiarkan rasa bebas itu juga dalam
diri saya. Bebas dalam pemaknaan saya pribadi, bukan versi A, Enrico, atau
siapapun.
Cerita
Cinta Enrico juga mengajarkan bagaimana seorang anak manusia membutuhkan 3
cinta utama dalam hidupnya, saelah.. ceritanya Enrico ini cinta sekali sama
Induknya, ia menghargai Negaranya, dan ia mencintai wanita pengganti Ibunya.
Enrico dengan penggambaran dari anak yang romantis, anak kampung yang nakal,
kemudian tertekan, sok ganteng, pekerja keras,
tegas karena selalu berani mengambil pilihan yang ekstrim, dan begitu
dewasa. Oke, saya jadi berandai-andai punya Enrico versi selanjutnya, tapi yang
ngga ngajak berzina dan sudah bermain dengan berpuluh-puluh perempuan haha :))
Novel
ini bagus loh loh aku suka sekali u.u
0 komentar:
Posting Komentar