Kamis, 06 September 2012

Cerita Cinta Enrico




Sebelumnya saya berterima kasih sekali kepada ‘mbak ike’ yang mereferensikan buku ini kepada saya. Cerita Cinta Enrico oleh Ayu Utami ini salah satu cerit kesukaan saya banget. Bahasa dalam ceritanya detail sekali, santai, dan mudah diingat. Sekalipun cerita ini dibangun dari cercahan memori, tapi Ayu Utami seperti memberikan imajinasi fiksi yang segar dan menyenangkan. Sayangnya nilai kejutan yang saya dapatkan berkurang karna sebelumnya si Ike Marike alias Shelma Aisya nya udah ngajakin kepo barengan soal Enrico yang jadi biang keladinya di google. Dengan kesotoy-an saya,, akhirnya saya seperti mengurut cerita dengan imajinasi saya mengenai Enrico via google yang minim sekali hasil pencarian. Karena beliau ini (Sang Enrico) adalah sosok yang jauh dari eksistensi macem artis dan sebagainya, yap.. Enrico itu sebuah makhluk nyata.
Yang saya suka adalah sosok Enrico yang diceritakan A begitu sempurnanya dan menggemaskan. Memori yang sepenggal-sepenggal itu ngga kehilangan nilainya, dikarenakan proses penceritaan yang sebentar itu selalu ada gaya menulis A yang ngga terduga. Saya menikmatinya.
Selepas dari semua penulisan yang bebas dan menyenangkan tersebut, saya menarik kesimpulan melalui membaca buku ini bahwa kemustahilan di dunia ini semakin hilang garisnya.. kisah cinta macam apa yang mengutamakan ranjang dan masih bisa membuat kesan bijaksana dan mungkin terjadi, bahkan di kehidupan orang dewasa yang biasanya berpikiran tentang tujuan hidup dan mapan-itas. Kisah cinta macam apa yang bisa terlihat seolah-olah beneran cinta sejati padahal hanya berjumpa di satu pertemuan yang dalam kondisi putus asa, kemudian bertelanjang, dan tidak lagi bisa terpisah. Susah ya seniman.
Bicara mustahil zaman sekarang, emang cuma bisa diketawain. Tuh buktinya, bujang lapuk semacam Enrico pada akhirnya bisa memutus kebebasannya kemudian menemukan betinanya di ujung usia tua, kemudian wanita dengan hati seperti karang dan seapatis A bisa akhirnya memutuskan kebebasannya juga dan menikah, bahkan melanggar sumpahnya. Cerita Cinta Enrico membuktikan bahwa Tuhan memang benar punya rencana. Bahkan, sekalipun kita ngga pernah menduganya sedikitpun di awalnya.
Novel ini juga menunjukkan kepada saya, soal gaya hidup sekelumit manusia di luar sana yang jauh dari mainstream kebanyakan, tapi hebatnya orang-orang seperti A dan Enrico adalah tipikal manusia-manusia yang peduli mengenai moral. Nilai plusnya adalah ketika membicarakan keTuhanan yang menurut saya dialognya sangat absurd, tapi pada akhirnya buat kita menggeleng sekaligus mengangguk-angguk dan bergumam.. ‘OH IYA BENER JUGA, SIAUL DEH..’ Kebebasan dalam setiap hela hidup orang-orang yang seperti mereka adalah kebutuhan pokok, cenderung bersikap bodo-amat dan ngga peduli, menurut saya ya emang keren.. tapi dalam kebebasan itu dengan arifnya A masih menciptakan batas mengenai dirinya sebagai makhluk ciptaan dan bagaimana memperlakukan Tuhannya. A ngga munafik sekalipun dia apatis dan arogan. Ia membatasi dirinya, tapi ngga ngaruh sama tulisannya yang membangkitkan hasrat semangat saya untuk menyiarkan rasa bebas itu juga dalam diri saya. Bebas dalam pemaknaan saya pribadi, bukan versi A, Enrico, atau siapapun.
Cerita Cinta Enrico juga mengajarkan bagaimana seorang anak manusia membutuhkan 3 cinta utama dalam hidupnya, saelah.. ceritanya Enrico ini cinta sekali sama Induknya, ia menghargai Negaranya, dan ia mencintai wanita pengganti Ibunya. Enrico dengan penggambaran dari anak yang romantis, anak kampung yang nakal, kemudian tertekan, sok ganteng, pekerja keras,  tegas karena selalu berani mengambil pilihan yang ekstrim, dan begitu dewasa. Oke, saya jadi berandai-andai punya Enrico versi selanjutnya, tapi yang ngga ngajak berzina dan sudah bermain dengan berpuluh-puluh perempuan haha :))
Novel ini bagus loh loh aku suka sekali u.u

0 komentar: