Kamis, 06 September 2012

Young Adult


Pernah ngerasa kegampar ngga lewat lagu atau film?
Fantasi di zaman sekarang ini udah ngga jauh sama apa yang orang sebut-sebut realitas. Merasa ragu sama hal itu malahan bikin rugi diri sendiri buang-buang waktu. Hal-hal yang saya liat belakangan ini hanya melalui pikiran saya, tergambar jelas dalam sebuah film judulnya Young Adult. I don’t know why, like I have been there every feelings and every words, I ever thought about.
Perkiraan fantasi semacam yang ada di film tersebut udah ngga sedikit yang kejadian di dunia nyata. Semua orang berharap bisa melakukan apa yang mereka inginkan, tanpa sedikitpun sadar apakah benar dibutuhkan atau emng sekedar ketololan yang useless. Banyak dialog yang tolol tapi yang bener masuk akal, film dengan ide yang sederhana tapi menyenangkan penyampaiannya itu emang luar biasa.. hehe
Dunia itu emang ngga selebar daun kelor, setiap orang bersiap menghadapi dunianya masing-masing. Tapi kemana ujungnya, bukan orang lain yang menentukan. Jadi, kadang kalo melihat orang lain yang tersangkut dengan masa lalunya, kehidupannya yang dia harapkan hanya sekedar selebar daun kelor, bukan salah siapa-siapa dong.. kadang rasionalitas pikiran yang di ambang batas merubah semuanya jadi terlihat, hmm.. jadi lebih ekstrim. Orang bilang sakit jiwa, nah yang bilang sakit jiwa itu apa iya hidupnya jauh lebih baik..
Menentukan hidup berjalan sesuai apa yang kita harapkan itu bukan hal yang buruk kok kalo menurut saya, itu tanda bersyukur, tanda kita menghargai hidup, bagaimana cara kita memperlakukan pribadi kita yang meminta dan menurutinya. Memberikan apa yang diri kita sendiri inginkan, bahkan butuhkan. Seperti pengetahuan, even yang cuma kita dapatkan hasilnya hanya sekelumit lega yang membebaskan dada kita dari tekanan, rasa sakit, dan penasaran. Memberikan sebuah berkah lain, perasaan yang baik. Sekalipun dengan cara yang tolol, dengan perilaku yang urakan, dengan sebagainya..
Tapi, kalo menurut saya lagi.. kebodohan yang baik kita lakukan adalah kebodohan bersyarat nurani. Ngga ada satupun orang di dunia yang bisa ngejudge bahwa hidup yang lebih baik itu seperti apa, tapi kita semua punya penentuan masing-masing. Bahagia itu sugesti, seperti yang banyak orang lain katakan.. kalo memang dianggap gampang, semuanya akan jadi gampang dan sebaliknya. Asal jangan berhenti, semua yang kita perjuangkan akan terlihat begitu sangat menyesakkan hati ketika kita mengingatnya kembali, berubah jadi yang lebih baik itu perlu tapi jangan meninggalkannya langsung sekaligus, nanti mati gila kalo ngga siap sadar ,betapa seharusnya kita tidak melakukan hal-hal bodoh di masa lalu untuk memenuhi hasrat apa yang ingin kita lakukan.
Kebodohan bersyarat itu menunjuk kepada pikiran rasional. Kebodohan macam apa itu. Makanya jangan menjadi bodoh. Jangan jadi bodoh dalam urusan kriminal, pernikahan orang lain, dan paranormalitas. Ngga akan ada karma, karma itu bullshit, Ayu setuju sama saya. Tapi alangkah lebih baik kita menciptakan kebahagiaan tanpa merusak yang lainnya, direnggut kebahagiaan itu ngga ada batasnya sedihnya. Makanya jangan mau melakukan sesuatu berdasarkan orang lain, peduli amat sama orang lain. Coba dipikir, hati sama otak sendiri aja ngga pernah dipikirin.. orang lain selalu diduluin. Kasian, kasian, kasian. Kenapa harus ganggu, saya ngga tau gimana ukuran kebahagiaan seseorang, dia, atau kamu sekalipun.
Takdir yang dielu-elukan, fantasi yang sering diciptakan jadi semacam delusi, ilusi. Dan kemungkinannya timbul tenggelam.. entah mau melakukan kebodohan tapi ragu untuk merenggut kebahagiaan orang lain. Tenggelam jadi orang yang munafik dan tidak mendapatkan apa-apa. Mau menjadi orang yang jahat tetapi tidak tahu bagaimana menjadi jahat, karena begitu bodohnya.
Saya berharap halusinasi ini cepat kelar dan kebodohan yang tercipta tidak meninggalkan luka-luka yang dalam bagi setiap insan-insan yang penasaran mengenai hidupnya. Masa lalu itu ngga sepenuhnya harus ditinggalkan tapi emang ngga seharusnya kita berada di sana, terkecuali memang sejatinya semua ditakdirkan.. bukan karena satu pihak memaksa, tapi ribuan hal lain berujung kepadanya.

0 komentar: