
Well, I got Pintu Terlarang.
Film yang saya sendiri kurang menangkap maknanya. Tapi, sumpah ya ini film.. photo directnya keren banget, yang paling keren adalah visualisasian kota tua Jakarta, menjadi kota antah berantah nan indah. Si orang gila Joko Anwar berhasil menampilkan sesuatu dan menguaknya. Dari sebuah hal yang tabu menjadi sedikit mudah dimengerti tapi tetap misterius.
Bagaimana film ini menjaga pensaran para penontonnya, dari awal hingga akhir. Sejak saya menekan tombol close ke dvd sampe saya mengembalikan keeping-keping Cdnya. Saya masih belum menangkap utuh dari film ini, idiot.
Jadi ceritanya ini reviewnya saya ambil dari
Diangkat dari novel thriller karya Sekar Ayu Asmara, dikenal sebagai penulis yang selalu memiliki kecenderungan berpikir 'melenceng' dari garis normal, bercerita tentang Gambir (Fachri Albar) seorang pematung muda yang sukses namun selalu tampak resah dan gelisah dengan segala pencapaiannya. Gambir juga diceritakan selalu disetir oleh sang istri Talyda (Marsha Timothy), ibunya (Henidar Amroe), koh Jimmy sang sponsor (Tio Pakusadewo) maupun sahabatnya Dandung (Ario Bayu). Di tangan mereka kehidupan Gambir selalu terombang-ambing tanpa pegangan yang jelas.
Awalnya film ini menyajikan suasana supranatural yang kuat, kala Talyda memaksa Gambir untuk memasukkan janin hasil hubungan luar nikah mereka ke dalam perut patung hamil karya Gambir. Semenjak itu seperti mendapatkan daya tarik baru, semua patung Gambir (yang telah dititipi janin) seakan-akan berubah menjadi menarik dan bernyawa.
Namun ternyata alur cerita tidak mengijinkan film ini terjebak menjadi sebuah horror klise seperti yang terkira. Karena akhirnya perlahan-lahan perhatian penonton dialihkan ke berbagai potongan adegan masa lalu tentang penyiksaan seorang anak serta keberadaan pintu terlarang dari sebuah ruangan yang dibuat sang istri dalam rumah baru mereka.
Di sini kebrilianan cerita asli dan penyutradaan Joko Anwar bergabung menghadirkan beragam twist yang tidak terkira dan membuat penonton menarik nafas. Terutama adegan mencekam di mana Gambir harus menghabisi orang terdekatnya dan bagaimana ending cerita membuat penonton mengerti mengapa semua ini harus terjadi.
Walau untuk penggambaran beberapa adegan masih terlihat pengaruh sutradara Hideo Nakata berdasar pada novel laris karya Koji Suzuki, Ringu, gaya Joko Anwar membesut tampilan fotografis dan serta elemen grafis boleh dipuji. Pemilihan karakter warnanya pun sangat mendukung dan cukup unik dalam mendukung permainan emosi penonton.
Tidak seperti film Indonesia lain yang sering kedodoran dalam unsur screenplay, logika umum ataupun detil kerangka waktu, Pintu Terlarang bisa dibilang cukup rapi dalam hal ini. Sekalipun ada sedikit kejanggalan atau stereotype kuno tentang aplikasi kehidupan mewah, twist cerita yang dibuat di akhir film membuat kita memaafkan banyak 'kejanggalan' tersebut.
Brilian!!!
Good movie, tapi saya emang gak suka sama film yang genrenya orang-orang psikopat kaya begini. Heran banget ya, film-film orang Indonesia kok kalo kerennya minta ampun kaya begini selalu deh ceritanya macem-macem yang gak bisa bikin nyaman nontonnya. Aduh request dong pak sutradara tolong bikini saya film yang genrenya komedi atau romantis macem begini dong. Artisnya, visualisasinya, ooooh
0 komentar:
Posting Komentar