Sabtu, 31 Agustus 2013

Apatheis

Sekarang gue sedikit ngerti kenapa ada keyakinan bernama Atheis dan sekian banyak orang masih jadi pengikut kentalnya. Setelah luntang-lantung di bumi untuk beberapa tahun ini, rasanya pilihan menjadi tidak percaya apa-apa adalah pilihan yang terbaik. Berhubung emang karena gue makhluk apatis yang sensitif, bersentuhan dengan apa-apa rasanya ngga lebih baik dari tidak terkena masalah apapun karena berjalan di jalan yang tepat, jalan atas kemauan sendiri. No, it isn’t point about the real religion.
Ini masalah sikap.

Ketahuilah, menjadi manusia normal bukan hal yang gampang. Merasa naif terhadap diri sendiri, ketika merefleksikan diri sendiri kepada masa lalu dan imajinasi akan seperti apa gue selanjutnya. Menjadi baik atau buruk, menjadi normal atau semakin.. yah begitulah. Sayangnya semua orang tetep milih buat jadi normal, jadi kita akan terus berjalan sesuai apa yang orang lain jalankan. Menjadi berbeda masih sangsi, bahkan mau mengungkapkannya aja udah takut setengah mati. Merasa ngga pantes dan bingung gimana harus mulainya. Emang sih kedengeran tolol, tapi bukan main emang susahnya setengah mati menjadikan pikiran kita hidup sesuai dengan skema yang tergambar sebelumnya di otak atau di mimpi kita. Ngga gampang men ngerubah something yang udah pernah kita ‘curse’ untuk bangkit lagi dan merubah hidup. We do really need to grow up, tapi gimana caranya.

Sabtu, 17 Agustus 2013

Moonrise Kingdom



Sebenernya soal menonton film saya udah ketegori ketinggalan zaman. sebagai anak film, kerasanya udah asing sama yang namanya bahas scene, semiotic, angle, bahkan aktornya. Semenjak Running Man merinai di otak dari awal tahun ini, film itu jadi kekasih yang diduakan. Mungkin posisinya sama kaya dulu menduakan teater dan menulis. Ha-ha. Semakin tua, rasanya sepakat banget hiburan itu bentuknya harus sejuta persen efisien. Ketawa dan sedikit mikir dalam waktu satu setengah jam menggantikan film yang bisa lewat dua jam dan harus memecahkan teka-teki, atau lebih parahnya lagi malah ngga ada teka-tekinya. Saking dangkalnya. Tapi demikianlah hidup, kalo sudah digariskan pada satu hal, mau kemanapun garis selanjutnya suatu saat akan berujung kepadanya lagi.

Belakangan ini karena saya ngga banyak nonton film, saya juga jadi ngga pernah nulis soal film-film yang baik, yang pernah saya tonton. Film terakhir-terakhir yang super keren saya tonton adalah Sang Penari karya Ifa Isfansyah yang tampil menyedihkan di acara saya sendiri. Sang Penari berhasil menarik hati saya dengan tema sekian tahun lalu yang Indonesia Banget. Sejarah itu ngga selalu ditunjukkan dengan cara yang monoton, Mas Ifa pinter banget mengenalkan sejarah ‘kita’ lewat Sang Penari dengan improvisasi yang ketangkep sama generasi zaman sekarang. Sayangnya, untuk menonton film ini memang luar biasa terbatas, dvdnya juga ngga banyak beredar, jangankan download. Film yang memang harus dijauhkan dari pembajakan. By the way, saya juga habis menonton Salmon Fishing in the Yemen by Lasse Hallstrom film yang digarap berlatar belakang Inggris dan Timur Tengah yang menyibak kemustahilan di dalam keheningan memancing. Menurut saya, selain dimanjakan dengan shot-shot dengan film ini kita belajar soal banyak hal dari kegiatan memancing yang selama ini dilihat sebelah mata aja. Dan Where Do We Go Now? Film Arabic yang mengangkat tema gender yang miris sekaligus kocak. I enjoyed them.. recommended deh hehe.

Oke, sebagian adalah prolog alaynya. Berikut adalah maksudnya. Hehe
Yang baru saja saya tonton adalah Moonrise Kingdom (2012). Scene dalam filmnya nyaris sempurna, plus lagi karena berhasil mengecoh orang Indonesia semacem saya yang nggak tau soal kepulauan di Amerika sana dan akhirnya menyangka bahwa film ini berlatar di Inggris. Setting tahun 1965 dibawa di film ini dengan baik, mungkin dimudahkan dengan setting tempat yang berada di tempat terpencil yang masih punya bangunan-bangunan klasik di sana, selain itu properti dan kostum yang digarap serius, termasuk gereja, rumah, dermaga, sampai mobil patroli. Lucu deh.

Alur ceritanya, tentang first love dua anak kecil Sam dan Suzy. Keduanya digambarkan sebagai trouble maker yang membuat kacau satu pulau tempat mereka tinggal. Sebagai karakter yang melengkapi, yaitu Sam sebagai yatim piatu dan tinggal di kamp pramuka dan Suzy sebagai anak perempuan satu-satunya dari 4 bersaudara yang tinggal di rumah sempurna dan mengetahui Ibunya memiliki hubungan khusus dengan Kepala Polisi setempat. Cerita utamanya sih perjalanan mereka menunju their ‘Moonrise Kingdom’ di sebuah pantai yang mereka kira akan jauh dari kehidupan mereka sebelumnya yang menjenuhkan dan  menyedihkan, tapi dari perjalanan mereka ditemukanlah perhatian yang lain. Brotherhood, parents love, juga perhatian orang-orang satu pulau yang berusaha menemukan mereka.  Plot dalam film ini terlihat ringkas semacem 500 Days of Summer, petunjuk dalam film hanya berdasarkan shot-shot singkat dan bahkan langsung disampaikan oleh Mr-Red-Coat yang mengaku sebagai guru katografi Sam. Sebenernya saya juga bingung, Mr-Red-Coat ini semacem imajinasi atau buah pikiran dari Sam. Mengingat Sam semacam anak jenius yang memiliki masalah emosi, dan mungkin juga mental, berikut Suzy. Keduanya digambarkan begitu kuat pada usianya. Di film ada beberapa scene khas, yaitu panning buat menunjukkan beberapa aktivitas dalam waktu yang bersamaan, seperti kegiatan para Scout-Boys atau kegiatan honeymoon Sam dan Suzy.

Menurut saya, Moonrise Kingdom menunjuk kepada sebuah tempat. Yak pantai tempat Sam dan Suzy menuju. Ingat ketika film di awali diperlihatkan sebuah lukisan rumah tempat Suzy tinggal, juga Scout Camping tempat Sam tinggal. Dan yang terakhir lukisan Sam di rumah Suzy. Dengan imajinasi Suzy yang kuat dan kemampuan Sam, they built it. Tema artistik memiliki peran di film, baik lukisan atau karya-karya sastra yang banyak ditampilkan di dalam scene.  Moralnya? Hmm.. mungkin menunjukkan supaya kita berkeyakinan seperti Sam atau Suzy yang pada akhirnya paling ngga berhasil mencapai Moonrise Kingdom seperti yang mereka bayangkan. Hal-hal yang belum seharusnya dicapai anak-anak, tapi ya memang sudah dicapai oleh karakter jenius seperti mereka. Yang masih ngga saya ngerti imaginer love semacam ini kenapa harus ditunjukkan dengan kehidupan anak-anak ya? Kalo mau menunjukkan bagaimana seorang anak mencari perhatian sih masih nyambung, tapi kalo menunjukkan anak laki-laki dan anak perempuan yang berusia sekitar 10 tahunan jatuh cinta, lari dari rumah, saling mengirimi gambar telanjang, menusuk temannya menggunakan gunting, French kiss di tepi pantai yang kemudian tidur bareng, atau kemudian menikah di bawah umur. Hmm. Sebagai penonton film sejujurnya film ini ngga menyisakan kesan yang dalam buat saya, meskipun dapat rating 7.8/10 dari IMDb.



Selasa, 13 Agustus 2013

Grow up..





Menjelaskan adalah bagian yang rumit saat ini. Setiap jengkalnya sulit untuk disentuh bagaimana, sesungguhnya, keadaannya. Sayangnya, kita sama-sama mengenal betul dan enggan beranjak. Entah mungkin karena belum tahu arahnya. Dan ketika aku mencoba menerka selanjutnya, sebagian menghilang dan sebagian melekat erat di kulit. Sampai ketika aku menengok dan tertarik ke sedalam-dalamnya putaran air yang menghisapku hilang, dan di antaranya terdapat kamu yang menarik keluar. Mengingatkan bahwa seharusnya ada bagian yang tidak semestinya musnah, di dalam aku. Dan sadar adalah aku bukan jawaban yang baik. Bahkan untuk pikiranku sendiri.
Maka aku bertanya kepada kamu, cermin kepalaku. Yang membaca mengenai segala khayal yang merinai di otak. Sampai ke pelupuknya dan menghayati setiap kata yang ingin aku bicarakan. Padahal sudah seluruh hidup aku tak pernah peduli. Adakah aku menjadi kepala besar yang arogan dan menjadi yang tersulit di benakmu? Sementara kita tertawa pada satu paham yang sama. Pada satu jarak yang sama. Perantara kata. Perantara perasaan. Kita menjadi baik-baik saja. Jangan saling mengecewakan.

Rabu, 24 Juli 2013

Menggila.

Menjalin sahutan dari raut sebuah wajah, aku menunduk malu. Terdiam dan menjadi gila. Merajuk datar hati agar tidak lagi ia terjatuh di sepasang mata yang bening lagi merayu. Sayangnya angin tidak merelakan aku diam, mengajakku tersenyum di sela-selanya ia menggelitik perasaanku.
Seharusnya aku melepas dulu kejiwaanku kali ini, tidak lagi bermain dengan rasa-rasa yang entah berapa menit selanjutnya akan menghilang dan meninggalkan tumpukan asa yang sia-sia kembali. Aku tidak terlepas dari bagian kali ini dan membayangkannya menjadi oase sepi yang indah, membenahi jiwaku.
Angin memeluk dan terbujurlah kemudian di titik kesekian aku mengukir sebuah garis imajiner yang terlunta akan kejiwaanku yang mendamba hujan, air selamanya. Di antara nestapa yang sengaja ku ukir dengan garis tebal, hingga hiduplah aku. Rasanya begitu dingin, ketika menggila dan mengingatmu.

Selasa, 18 Juni 2013

How I Miss You, Damn



Rasanya seperti kita menelan diri kita habis-habis. Kemudian tidak lagi ditemukan selamanya...  
Hanya kepada mimpi yang dirajut siang itu, ketika kita pertama kali menjejakkan kaki di permadani rumput yang sama, menggerus mendung di atas sana. Dan kita membisikkan nama masing-masing.Rasanya sejak itu pula, aku menemukan bagian diriku yang lain. Yang sebelumnya Tuhan sembunyikan jauh-jauh dan kemudian dihadiahkan padaku di saat yang begitu indah. Sebuah rumah tanpa batas dan aku menjatuhkan diriku kepadanya dalam-dalam. Dan hanyut. 
Rasanya.. 
Rasanya akan seperti apa nanti, kalau kita masih akan saling menyayangi sampai beberapa dekade ke depan nanti.. 









:") :")

Rabu, 05 Juni 2013

Hmm..

Jatuh cinta terkadang menjadi sebuah kesalah besar yang fatal yang terjadi di antara kita. Terlebih kepada manusia yang kerap kali mengeluh dia mudah sekali menyerah dan mati. Manusia seperti itu butuh semangat yang tinggi, setiap detiknya ia hidup dengan cintanya. Hanya saja, terkadang cintanya kadung rapuh, dan segera saja ia menguasainya.
Jadi, terkadang manusia seperti itu tidak tahu ingin kemana. Menjadi marah akan dirinya sendiri. Mengingkari janjinya sendiri. Menjadi rapuh. Menjadi buih, dan berusaha menjadi lupa agar hidupnya berjalan kembali. Namun, sialnya hal yang memalukan itu cenderung nyata, tidak bisa bahkan disingkirkan. Cenderung gelap, tidak bisa ia diterka bagaimana ia ada. Dan terlalu dekat, di hadapan matanya yang sayu.
Jatuh cinta di antara banyak pintu, menjatuhkan, menyesatkan dan mematahkan hati orang-orang yang ingin menumbuhkan hatinya. Dia sudah bersumpah, ia akan menjauhi hal semacam itu. Satu-satunya yang ia lakoni hingga saat ini dan berbuah akan kebingungan semacam ini. Menjadikan ia hilang dan tidak menjadikan apa-apa, hanya membuahkan cemburu juga rindu. Tapi tetap tidak terjadi apa-apa.

Selama tidak ia umbar kisah cinta bodohnya ke sosial media. Selama ia tidak menggeleparkan dirinya sebagai perempuan murahan yang haus akan belaian laki-laki dengan berpindah hati satu dengan lainnya secepat matahari turun ke peradabannya di sore hari. Selama ia tidak ingin dipuja sana-sini bahkan dengan orang-orang yang sebenarnya membencinya.. ia berjalan tenang dengan kisah bodohnya, dengan pintu-pintu yang masih ragu ia buka.. selama belum ada yang membukakan untuknya. Pintu hatinya ia kunci serapat-rapatnya, selama ia belum tau maksud dari cinta selain menciptakan kecewa dan rindu yang penuh siksa. Ia berjalan tenang…

Rabu, 27 Februari 2013

RECTOVERSO : Cinta yang tak terucap.





Sudah berapa banyak kisah cinta yang diceritakan lewat film. Setuju saya, rasanya semuanya sama, terlalu berperasaan dan menye-menye. Sampai kita merasakannya sendiri, bukan sekedar membangun imajinasi melalui film dengan talent cantik dan rupawan, yang sebenernya teralu dangkal untuk dirasa-rasa. Karena itulah, orang yang membuat film drama itu merupakan orang yang sukses batinnya soal pengalaman perasaan, plus kalo filmnya emang ngga mainstream dan mewujudkan imajinasi penontonnya ngga sedangkal ketika mendengar ‘drama’ dan ‘cinta’ yang dijual di awal. Beneran bikin kerasa dan lebihnya bisa bikin nangis, gitu.
Rectoverso, sebelum tayang di bioskop ini ceritanya sempet mampir ke kampus saya, lebih tepatnya sebagai proker divisi saya ‘Ngobrol Bareng Director’ di bulan Januari dengan empat sutradara cantik yang dateng sosialisasi film dan karir mereka sebagai sutradara di Solo. Alhamdulillahnya, sakseus menjaring para penggemar cewek gemes dan penonton di Solo. Sedihnya baru di akhir Pebruari saya nonton filmnya.

Film Rectoverso ini, film garapan artis-artis cantik yang pertama kali jadi sutradara. That’s Marcella Zalianty sekaligus produser yang menggarap Malaikat Juga Tahu. Cathy Sharon dengan Cicak di Dinding. Rachel Maryam menggarap Firasat. Happy Salma dengan Hanya Isyarat. Dan Olga Lidya Curhat Buat Sahabat. Semacem omnibus gitu, dalam satu film ada 5 cerita. Dan menurutku filmnya bagus.

Meskipun ada beberapa bloopers, tapi mbak-mbak sutradaranya meyakinkan kita penontonnya, bahwa membuat film adaptasi dari sabuah tulisan itu ngga dibuat main-main. Selain dalem, talents dalam film ini adalah aktor-aktris yang aktingnya bisa banget. Mengingat Lukman Sardi yang selalu cool dan Indra Birowo yang selalu lawak di peran-peran luar film ini. Sehingga… waktu denger dialognya sekalian disuguhi mimik yang bener-bener syahdu itu rasanya sesuatu banget.

Malaikat Juga Tahu itu ngajarin saya banget kalo teman-teman yang autis itu ngga bisa banget diremehin. Mereka bahkan punya cara yang menurutku ya istimewa ketika dia bicara soal perasaan. Dan ketulusan mereka ngga bisa disangsikan, mereka semacem disiplin soal perasaan, mengaturnya baik-baik.. meskipun disebut filmnya sebaik-baiknya aturan kita sebagai manusia biasa ngga bisa sedikitpun berlaku di hidupnya.  
Cicak di Dinding, mengajarkan saya filosofi cicak yang saya ilfeel nya sumpah demi surga dan neraka. Kehadiran seseorang ngga bisa ditentukan, tapi cicak itu bisa selalu ada. Dimanapun. Cicak yang menjaga manusia dari nyamuk. Cicak yang menjaga orang yang dicintainya, di dinding maupun di pinggang.
Ada juga Firasat yang bikin saya berisik sendiri melototin Mas Dwi Sasono. Dan sedikit menjebak di akhir soal firasat-firasat yang digambarkan. Dan yang menyenangkan di film ini, menemukan jawaban di akhir soal alasan kenapa-kenapanya.. jadi penonton punya space sendiri buat menebak-nebak. Seneng-seneng tebakannya bener. Dan di film firasat, menggambarkan bait-bait Kepasrahan Awan-nya Larasati buat senjata nge-gombal itu romantisnya minta ampun.
Hanya Isyarat. Yang paling sederhana dan ngga kalah dalem. Isyarat zaman sekarang alias kode di Twitter itu ngga ada apa-apanya ya dengan isyarat di film ini, maksudnya secara penyampaian tokohnya juga semacem kode-kode santai. Tapi pas denger filosofi ‘punggung’, rasanya ikut miris juga. Semacam menyampaikan,“saya adalah orang yang paling bersedih soal punggung itu, karena pada akhirnya saya tau apa yang ngga bisa saya miliki”.
Dan.. ‘Curhat Buat Sahabat’ itu sebenernya yang bikin miris. Pasti sedih banget. Ya biasa lah, sahabatan trus yang cowok sayang banget sama ceweknya. Ceweknya gonta-ganti pacar. Sahabatnya tetep setia. Cerita-cerita sama flashback gitu aja kasarnya bentuk film yang ini, tapi… pembicaraannya emang dalem-dalem. Dan yang bikin saya kerenyuh adalah ketika disandingkan air putih dan wine yang 2 sahabat ini lagi minum. Air putih dihabisin, wine tersisa banyak. Tuh, laki-laki yang sayangnya bener-bener tulus begitu ya. Sampe sakit, juga ditahan..
Kelima cerita semuanya diam. Meskipun riuh di dalemnya. Tapi, kalo menurut saya mereka semua indah. Paling ngga belajar cerita cinta yang lain yang kali ini ngga sedangkal yang seperti ftv-ftv cinta seperti biasanya.. filmnya bagoos..

Senin, 18 Februari 2013

Milk Bath, treats me alright..


February is always be mine. Selama hampir dua bulan ini, rasanya liburan panjang mahasiswa rantauan yang pulang ke rumah ngga afdol tanpa treatment yang ngebantu banget meluruskan otak sekaligus perasaan, selain rileksasi. Setelah sebelumnya dikasi dana buat ngebersihin muka, dapet modal lagi buat manjain tubuh itu rasanya seneng banget. Inget kalo di Solo, sampe sekarang belom nemuin tempat lulur dan facial yang cucok. Dan, tinggal di Solo menjadikan saya perempuan yang berkulit lebih kusam entah kenapa alesannya. Padahal air di ibukota sama di Solo, orang selalu prefer yang jauh dari kota Jakarta. Mandipun kadar semangatnya masih balance kalo dirasa-rasa..
Woman’s heavens are that body massage, scrubbing, masking, and milk bath.. berhubung yang bleaching emang ngga sehat. Tapi ketahuilah, sebagai perempuan rasanya nikmat banget dapet perlakuan nyaman bertubi-tubi dari body spa.. efek dari umur sekarang mikirnya pun,meski ngga langsung kinclong, rasanya badan kalo bersih itu priceless banget...


Minggu, 17 Februari 2013

#MeWithMyBestFriends

You know, you always have people that you won't forget whenever it'll be. Just because their love to you, then you can't be with them bcs you love them so. For me, 8 years until now without fake relationship around us, it makes me feel so proud of our way girls.. Thanks, for accepted me like the real way I am. Me love you so girls xoxo<3 p="">
Kelas Unggulan sebelom kepisah :)

Abis nemenin nganter surat cinta buat gebetan eug<3 p="">
Anak Kelas 2 SMP yang nekat ke Bogor bertiga doang.. nyobain kereta. The first time buat Once!

Perpisahan di Taman Bunga Puncak, tetep ngga mau misah :")
One of our meeting when we're on Hi School 
Menuju kuliah :O
Kuliahan tingkat kedua


Buka puasa terakhir kemaren
Last Holiday









God knows I'm trying


Sejujurnya saya cuma males menjadi Orang-Jujur-yang-Kemudian-Diremehkan-dan-Hanya-Memuaskan-Orang-Orang-Kepo-dan-Tukang-Ikut-Ikut sih.
Mungkin itu adalah alasan yang paling kuat mengenai kenapa saya jarang mengeditorialkan diri saya di dalam blog ini. Saya sudah semakin tua, rasanya mini blogger sudah paling efisien merefleksikan perasaan dan jiwa raga saya, dan berpuisi tiba-tiba menjadi mainstream karena begitu banyak sudah saat ini orang mencoba apa yang tidak seharusnya mereka coba. Ngga, ngga ngejudge kok. Emangnya dosen gue yang dengan senang hati bilang tulisan orang lain jelek. Sedangkan sendirinya bahkan belom mengkonsepkan subjektivitasnya soal ‘melihat’ orang lain.
Sudah menuju 3 tahun saya tinggal di Surakarta. Ngga genap sih, kan masih sering bolak-balik. Saya sekarang seneng banget terjebak sama hal-hal instan. Kegiatan menyenangkan zaman sekarang ini semuanya, sifatnya semu. Dibela-belain seneng, di ujung, rasanya tetep sama: ngga memuaskan. Makanya saya selalu bersikap seolah-olah.. ya memang sedang di ujung tanduk. Saya membalik diri saya jadi orang yang.. apa ya.. ibaratnya lelet lah gitu. Sensitivitas saya mati, bagi perasaan-perasaan tertentu yang dalam.
Liburan di Jakarta kali ini adalah liburan yang benar-benar mahasiswa. Sebelum pada akhirnya, kita diperlihatkan lebih luas lagi soal dunia tua. Senengnya masih bisa marathon ngelepas kangen, berhasil quality time sama sahabat-sahabat dari TK-sampe SMA yang sayangnya masih pol-polan ngga berubah. Poor me, belom ketemu Abang sama anak-anak Sligro.
By the way, dalam dua bulan terakhir senengnya lagi bisa ngurusin dua acaranya @Kineunssolo. Ngobrol Bareng Director Rectoverso dan Pemutaran Kecil Mata Tertutup. Trus selain itu saya juga urus magang-gang-gang yang suratnya ngga jadi-jadi. Padahal saya mau memanfaatkan liburan panjang ini buat mengurus semuanya.
Porsi liburannya sebenernya cukup. Cuma kadang cek-cok rumah tangga menghancurkan hati saya. Untungnya baby Aisyah brighten up my life back. Saya anak yang berbahagia, cuma emang kadang orangtua saya lebainya ampun-ampunan aja. But that’s a life. I’m ready, back to campus life..

Sabtu, 16 Februari 2013

How it should be?


Ada jalan, di mana kita benar-benar menemukan satu titik yang tidak lagi membuka jalan lainnya, tetapi benar-benar menemukan kita kepada refleksi jalanan yang sedang kita lakoni tersebut. Menjauh dari esensi sebuah perjalanan. Sedihnya, kadang kita terlalu sibuk menjadi gugup karena berhenti di sebuah peraduan buntu tersebut. Bukannya kita bersyukur.
Kita terlalu apatis terhadap diri kita sendiri. Yang dipikirkan terus–menerus adalah pikiran, hati, telinga, bahkan otak orang lain. Menemukan setapak kebahagiaan yang didambakan harus berdasarkan apa yang orang lain inginkan. Menghidupi sebuah kehidupan nyatanya memang tidak mudah.
Di antara tuntutan dalam hidup, kita masih menyelipkan rasa dendam, persaingan, dan kebodohan. Sengaja dibuat-buat, yang penting terlihat, biar sama dengan orang lain. Menghilangkan kepribadian yang agung.
Selama ini, sinkronisasi perasaan dan kalimat yang timbul sudah berantakan. Tidak teratur dan terabaikan. Menjadi munafik menjadi halal perlahan-lahan. Tapi tetap ditutup-tutupi dan enggan menjawabnya. Semua berkat pencitraan yang dibangun mesra dengan apatisme. Menjadi kosong lalu galau sendiri, kemudian mati menghilang. Bangkit lagi, dengan pencitraan yang baru dengan sisa-sisa yang lama yang sudah terlunta..

Jumat, 25 Januari 2013

Amin.


Keinginan yang selalu ku inginkan adalah menyentuh kepalaMu, untuk melihat Tuhan dan keinginan-keinginan semua yang mengelilingiku dan diriMu.
Tapi sayangnya Kamu begitu jauh. Kamu terlalu luas, menyentuh bahkan segala keinginan yang menyertaiMu lainnya. Sehingga aku terpaku kepadaMu. Kepada asa yang enggan kulepas bahkan untuk mengistirahatkan mataku sekejap saja atas pesonaMu. Tidakkah Kamu sadar dan dengar?
Aku menjadi wanita egois dan rakus. Melahap semua mimpi yang mengitarimu. Menjadi pengeluh yang tamak dan besar dan semakin membesar. Aku menangis tanpa sebuah alasan yang benar-benar melukai otakku. Bahkan mataku yang besar-besar ini menjadi buta seketika, menjadi hilang. Mencari ruang, setitik saja demi kamu.
Aku diam menatap ombak yang mengaliriku siang itu. Merasakan denyutnya ia seperti merindukanku dalam-dalam. Ia ingin melahapku. Membantuku menggapaimu, atau alasan klise baginya untuk menjauhkanku darimu. Ia berencana membawaku ke dasar palung hatinya. Meninggalkan laguna dan pasir-pasir kesayanganku, di pantai timur sana. Ia berusaha menyentuhku, sesekali lembut dan berirama keras. Namun, aku tetap melihat ke atas. Berharap kepadamu.
Aku memeluk diriku sendiri. Ketika kamu melihat wanita lain di ujung sana dengan cahayamu yang penuh. Yang putih. Yang lembut. Yang membuaiku. Kamu melihat yang lain. Bahkan kamu membawakanku masa lalumu, yang kini menjadi bias cahayamu yang jua mengikutiku.
Aku hilang.
Dan yang lain tetap berusaha memegang aku. Memeluk mesra. Menjadikan aku cinta. Aku terima saja.. kau jua menerimanya..
Satu abad menjelang aku. Aku tetap dihadapkan cinta-cinta yang tulus dan pelik. Memeluk dan menenangkan aku. Ternyata Tuhan menyampaikan kepadaku, keinginan-keinginan itu. Dengan sendirinya. Tanpa kamu. Tanpa ‘Halo’, bulan cemerlang pujaanku. Puisi di antara dingin dan bisu. Tuhan menyampaikan bagaimana dua orang yang menjadikan aku, menunjukkan bagaimana cinta seutuhnya. Dan sialnya, aku mulai percaya. Aku mulai jatuh cinta.
Cinta kepada situasi yang ku sebut omong kosong. Yang mati di tengah jalan beberapa waktu yang lalu. Kini memelukku erat dan menjadikan aku manusia yang penuh mimpi, sejati. Mimpi menjadi bulan Halo, bulan kesukaanku. Yang mengalahkan aku soal laut dan rasanya kepadaku. Yang membawa keinginan-keinginan semua manusia yang mengelilingiku, mencintaiku. Tanpa PHP, tanpa buang waktu, tanpa tunggu. Betapa aku ingin segera naik, dan menyampaikan kesemuanya kepada Yang Mencipta. Tapi sayangnya bulan di bumi hanya terpantul satu saja. Kita tetap harus bersaing. Aku mendapatkan kamu, atau aku yang menjadi kamu.