Sabtu, 20 Februari 2010

Kota Tua 20-Pebruari-2010

Selamat malam, hari ini begitu menyenangkan.

Sama teman-teman, sama sahabat, abang-abang kesayangan. Semuanya tertawa, kepanasan, sekaligus capek sama heelsnya; para wanita.

Senang, hujan dan flu mengiringiku menatap letihnya Jakarta di sudut tuanya. Kembali lagi ke masa lalu. Bercinta dengan kenangan nan lampau juga pelik. Mengabadikan sisa-sisa nafasku di SMA, sama teman-teman.

Lagi, galauku menyebut dia. Dia yang nggak ada. Vina juga. Dan mungkin yang lainnya.

Mereka begitu sempurna. Nggak ada lagi waktu untuk sekedar bertanya atau saling jumpa mata. Dia, Salah satu patahan hatiku nan lampau. Dan, lampu jalanan semerbak menebarkan jaringnya untuk terus hidup menyelami malamnya, menangis, dan menyadari sampai hari ini kamu masih sendiri, dan aku memang sendiri.

Abangku sibuk dengan cintanya, dan aku menanyakannya. Aku cukup bertahan terpaku mendengarnya kalau dia begitu sempurna, menjadi seorang pria. Tapi, sayangnya sang puannya begitu’. Abangku diam, mencekam, dan kelam. Tapi di hatinya, cuma ada sang puan.. dia begitu berhasil menjadi seorang pria di usianya yang baru ini, dia sempurna dan setia. Semoga abangku selalu dilimpahkan semua yang benar baik untuknya.

Widya sama ega. Amin

Aku sama siapa?

Abang sama Ari.

Segala tanyaku melayang pada siapa aku merajuk, hatiku menyebut sebuah kata. Kata yang lama dan membuatku buta. Aku bilang, jadinya sama mereka. Yang ada di Kota Tua. Sore ini, dipeluk gerimis nan manis. Mereka yang masih aku harap bertanya, dan meminta padaku. Dan aku melaju, terus menderu.

0 komentar: