Rabu, 26 Oktober 2011

Hujan kedua

Betapa aku merindukanmu, merindukan angin sejukmu. Aku rindu segala tentang kamu. Aku rindu menatap refleksi ceriamu, setelah kau menangisiku.. Aku rindu mengusapmu dan merasa kecewa karenamu membasahiku. Aku rindu kita tertawa dan menatap syahdu. Aku rindu bicara tentang minuman kesukaanku tatkala menatapmu. Aku rindu memeluk selimutku di antaramu. Aku rindu membaca kapan kau akan berakhir meninggalkanku hari itu untuk menemuiku esoknya. Aku rindu mendengar kegaduhan dalam dirimu, menciptakan gejolak cerah nan menggebu-gebu, menunjukkan kuasamu pada langit nan tak jemu menatapku akan dirimu. Aku rindu tertawa melihat sikapmu terhadap orang-orang nan berlindung di bawah gundukan plastik, mengejekmu, dan kau membicarakannya kepadaku betapa kamu tidak menyukainya. Aku rindu menyuruhmu berhenti dan pulang kembali ke langit dan kau menurutiku perlahan, memberi pelukan hangat pelangi merah muda di sudut bukit di ujung sana. Aku rindu semburat itu, menampilkan tawa kita di antara tanah-tanah basah nan sunyi memperhatikan begitu besar hasrat mu kepadaku. Aku rindu menyentuh bulir-bulir airmu nan kau usapkan di kulit-kulitku.

Aku rindu kamu, Hujan. Sudah lama kita tidak bertukar puisi. Ceritakan langit hari ini, apakah ia menghardikmu kembali untuk turun menemuiku yang sakit merindukanmu? Ceritakan bagaimana awan membentukmu begitu indah.. Ceritakan hujan, aku rindu bicara seperti ini kepadamu.. Jadi hujan yang baik bagiku, jadi hujan yang indah untukku. Segera balas pesanku, tidak ada kesempatan bagi kita bertemu di msn atau ym. Segera turunkan aromamu.. Segera balas, ya Hujan.

0 komentar: