Solo bagi saya adalah satu kebudayaan. Sebuah kota dengan nuansa penuh Jawani dan santun.. Solo adalah nafas bagi seni dan orang-orang yang memeluknya, buat saya hal ini akan berlanjut selamanya..
Tentang musik, saya adalah penggemar banyak jenis musik. Saya salah satu penggemar keroncong, saya begitu jatuh cinta sama lagu Bengawan Solo, dan buat saya musik-musik keroncong lainnya adalah warna yang senada dan sama indahnya seperti jazz, mengandung makna-makna dalam siratannya yang bersemangat seperti musik rock, dan menjadi trend bagi setiap kalangan, merujuk musik pop. Keroncong adalah budaya yang indah..
Solo Keroncong Festival, setelah saya turun dari kegiatan penuh saya di hari Jumat sampai jam setengah delapan kira-kira, Slamet Riyadi jadi begitu padat seperti Tanah Abang, di belokan Ngarsopuro sudah tertutup sepeda-sepeda bermesin yang berbaris mengantar pemiliknya masuk ke dalam taman dan panggung. Semuanya bersatu padu manggilin saya, sayangnya saya masih galau.. Kaki saya sensitifnya lagi kumat dan janji besok pagi adalah satu hal yang buruk, karena saya nggak punya persiapan untuk Sabtu pagi. Tapi alhasil jiwa-jiwa haus musik saya membelokkan saya di Keprabon city dan mengantar saya pada keheningan nan riuh di Ngarsopuro.
Apa sih Keroncong? Musiknya orang tua, belom lagi bahasa Jawa, terusnya pasti mendayu-dayu kelabu aja. Dispersepsi yang menyenangkan, saya begitu lancar buat nyebutinnya..... Dan nyatanya salah besar saya, selain ada Hudson IMB yang menjadi bintangnya yang satu-satunya saya tau, seniman orkes keroncongnya sendiri ternyata anak muda semua (bagian yang saya liat loh ya.....) plus gantengnya. Saking memesonakan saya, saya sempat mengatur puisi-puisi mengenai gesekan biola laki-laki yang menderu di atas panggung sana. Musiknya juga menarik, aransemen-ed. Alternatif, ya iya juga lah ya....
Begitu ramainya Ngarsopuro, dibuatlah sebuah visualisasi lain untuk memenuhi penglihatan penonton, melalui layar dari tembusan proyektor, terbagilah mata-mata pengunjung. Yang saya liat, begitu membantu kok, karena bentuk panggung di sana daya pandangnya memang sempit karena memanjang. Di sisi-sisi Ngarsopuro dalam acara Solo Keroncong Fetival 29-30 September 2011 tersebut banyak yang saya perhatikan. Entah karena hobi pribadi adalah nyacat kali ya, hiburan lain buat saya di tempat yang dikategorikan crowded ya emang orang-orangnya, buat saya menyenangkan melihat berbagai macam interaksi dan menebak karakter tiap orang yang menatap saya, atau bahkan yang ga ngeliat saya sedikitpun karena berjarak 5 meter dari saya. Prediksi saya salah..... Keroncong sudah menduniawi, setiap kalangan yang saya perhatikan ada di sana. Tua, muda, beruang, ataupun muka-muka kere seperti saya waktu itu. Semua berkumpul seperti terpanggil untuk mendengar laju keroncong yang membahana.. Yang menyita perhatian saya, banyak ya yang berpasang-pasangan, bukan-bukan.. bukan nyindir saya single dan kece sendiri ya, tapi pasangannya ini mayoritasnya adalah orang-orang tua yang masih keliatan kaya pacaran pas kuliah, mana dandanannya necis dan santai banget lah ya. Berasa liat Eva Arnaz lagi pacaran sama Alm. Kasino di film Warkop DKI dulu. Ya, buat orang zaman dulu Keroncong kan pengganti boy/girl band zaman sekarang, eksisnya nggak mau kalah mungkin ya, buat mereka ini ajang bernostalgia, syukur-syukur istri/suaminya sama kaya yang waktu zaman dulu diajak nonton Keroncongan..... Guys, they really envy me. Mereka selon aja duduk geletakan di tengah jalan nonton bayangan proyektor menyatu sama yang lain. Pasangan-pasangan tua itu......... ngalahin mahasiswa zaman baru pacaran karena cinta lokasi, atau cinta-cinta manapun..
Oke kembali ke laptop. Saya nggak sempet nonton keseluruhan acara, kaki saya menarik-narik untuk pulang, perut saya mbribik buat beli takoyaki, kebab, atau wedang ronde... padahal saya bener-bener lagi hemat beb. Oke. Saya pulang di pertengahan acara. Setengah acara sebelumnya, saya hanya memperhatikan orang-orang, memperhatikan slide show dari proyektor, mendengar samar-samar keroncongan di panggung utama. Yap, sound systemnya sangat berkualitas rendah, itu yang disayang-sayangkan. Keseluruhannya menarik, nilai dari bintang lima, saya kasih tiga sebagai mahasiswa kere butuh hiburan yang ngefans sama begitu banyak bentuk kebudayaan dan pada saat menonton dilanda rindu akan kasur dan makanan nikmat.. Keroncong malam itu, mengenai Alm. Gesang, mengenai rindu, mengenai syahdu, pasangan tua, lelaki biola, mengenai cintaku pada Solo.
0 komentar:
Posting Komentar