Rabu, 05 Oktober 2011

Menjadi Masa Depan..

Kalau kita sudah benar-benar beranjak dewasa

Kita tidak akan lagi peduli mengenai lontaran buih kata-kata

Kita tidak akan lagi saling menengok untuk sebuah tangis

Kita tidak lagi akan saling memeluk untuk mengangkat kepalamu

Kita tidak akan lagi saling bicara

Kita diam, jauh, dan palsu...



Jadi, bagaimana harusnya?

Kedewasaan mencerai berai kita, kedewasaan menarik aku, kedewasaan memisahkan mereka. Kedewasaan mengusir canda tiap harinya. Dan kita terbenam dalam skeptisme subjektif mengenai kehidupan yang kita jalani. Kita tanpa menengok, jauh-jauh hilang ingatan..

Kita berjalan, menyusur jalan yang menjauh dari semuanya. Kita terbenam dalam belaian imaji masing-masing dan mengejarnya tanpa kamu menengok aku. Tanpa kita semua saling menengok, membicarakan apa inginku dan yang kamu mau!

Kita berpikir, sampai pagi kemudian hari menjemput dan mempertemukan kita kembali.. Ketika aku tak lagi mampu mengajak mereka bicara, dan kita semua diam. Sudah saatnya memang menjadi bentuk yang mencekam, kelam.. dan tak satupun di antara kita muncul ke permukaan..

Biar kita tertidur, biar aku tertidur.. Hingga suatu hari kita akan saling membangunkan kembali... Bersama pikiran nan kita sepakati....

"Menjaga hati sahabatku, ku curi waktu untuk bertemu
Rasakan perih sahabatku, membuang waktu untuk cemburu
Terbersit barang sedetik kita jauh
Hilanglah kita jatuh
Terbersit barang sedetik kita jatuh
Kau tersungkur, tersungkur, dan jauh
Lalu ku tersungkur, tersungkur, dan jauh, dan jatuh

Habiskan hati sahabatku, mencari ragu untuk dibunuh
Menangkap nyali sahabatku, mengisi jantung seakan candu
Petik sakit, percayai, sangka baik, takkan sulit
Beri, trima, senyum, hina, sakit, rasa, tawa sahabat....."

Frau- Salahku, Sahabatku



0 komentar: