Minggu, 28 Maret 2010

Into the wild


I want to around the world, every part of the earth. My Indonesia, Asia, Europe, America, Africa, or even Alasca.. as a backpacker? Yes. As a traveler? Yes. As an adventurer? No. I won’t be like one of that craziest man, Christopher McCandles, a.k.a Supertramp.

I love him, I love his story, I love when he naked, I love when all people love him. I love all the way he took.. except when he killed a moose and when he ate that poor lizard. I love her first girl. I love Emille Hirsch that very handsome to be like him. Yess, on the movie I knew him. Alex Supertramp.

He went, escaped, from all part of his life. Live the nature, with no money, no smoke, no tv, or facebook. He had everything that actually he could get it always, he had rich parents, loveable sister, 24000$, and Harvard University. So, what did he thought to leave all of them?

To got his freedom. And he did, he reached. Everyone loves him, except the police in the train. Yeah, all adventurers with their backpack and never touch a soap, would seems like a .. yeah you know. He arrived all that territories, then got all the rivers, saved his money, and went to his destination, Alasca.

Okay, I love to be a traveler, someday. And it will be sweet if I could around the Europe with him. Being a most poor backpacker-couple, it’s alright. I want to know that world, I want to know if my geographic’s teachers told me about all the magic is true or not. Meander, Moraine, Cliff, all the mountain, all the rocks, all the city, and all the country. I want to laying down on the most green grass of the great Savana in the world, with the sweet tea, book, and jazz. I want to making a big sand-castle in Victoria’s desert with its hell climate. I want to being naked=nekad rolling on with the waves in the lonely shore. I want to touching all the ponor in the karst mountain. I want to getting my own poundsterling, talking about love with my UK man. I want to make a glass of es campur in the north pole. I want to be jungle girl in my own country. Huauauaua. Yeah I want to getting all that way, but they won’t be the dangerous travel, but if they may in my life, yeah even only the half, I want that dreams come true with a happiness way, not too scary or dangerously, or poisonessly. – amien.

When I come back, I have back my life normally. I will have targets. I won’t leave my family, even I hate them so much. I love nature, but now I love people more.. and I forever love God, Chris..

And if we have dreams, we just being sure to get it.. 

Ujian Telah Usai

ujian nasional udah selesai. Pasrah sama Allah itu jawabannya. Pilihannya jangan mencoba mencari tahu nilai, tapi yang lebih penting cari tahu dari koreksi dini apakah gue lulus atau tetap lulus. Amin

yang selanjutnya adalah tetap yakin kalau Allah maha pengasih lagi maha penyayang akan ngabulin do’a, dan apa yang diucapkan Mr. Dayat dan kita semua. Jangan mengulang kesalahan, orang tolol mengulang kesalahannya, terus-terusan. Selama ini bukankah semua yang diminta selalu dikabulkan?

Bersiap. Jangan merusak ujian-ujian selanjutnya. Do the best. Siap-siap SNMPTN.. apa gue nekat ke Jogya aja ya?

bIG fiSh




Ada yang belum menonton bigfish?

Biar saya ceritakan makna filmnya, hehe

Bigfish adalah bagaimana kita menjalani, menciptakan, menjalani hidup yang renta milik kita. Ya, hidup yang selalu diberi pilihan sama Tuhan, mau yang dianggap orang tidak biasa dan absurd tapi sangat menyenangkan, atau kita tetap pada alur dan menjalani yang normal selamanya.

Tokoh utamanya namanya Edward Bloom, ia adalah seorang ayah, dan pandai bercerita. Ia selalu menceritakan kepada puteranya mengenai hal-hal dalam hidupnya dalam pilihan yang absurd. Yang ketika kita semuanya mendengar, atau melihat akan merasa hal-hal tersebut tidak masuk akal, dan hanya pantas menjadi pengantar malam bagi usia anak-anak.

Tapi Edward tetap Edward, dia tetap terus bercerita. Sekalipun belahan hatinya selalu menuntutnya untuk menjadi sedikit normal. Tapi ia akan selamanya menjadi bigfish’ tersebut yang tidak akan pernah sedikitpun bisa ditangkap dengan umpan apapun, kecuali para belahan jiwanya.

Edward tetap Edward, yang menjadi selalu percaya. Yang ambisinya lebih besar daripada tubuhnya. Yang hatinya lebih besar daripada sahabatnya, yang mimpinya lebih besar daripada kota-nya. Edward dicintai semua orang, Edward tidak pernah takut mengambil peluang berbahaya sekalipun di depan matanya. Edward Bloom dan semua kisah klasiknya. Yang memilih menjalani hidup dengan segala kebahagiaan, segala hal yang tak sedikitpun menjadi beban dalam hidupnya. Edward yang tak sedikitpun menyerah sampai akhir hayatnya..

Sampai akhirnya, puteranya harus percaya dengan semua hal yang selalu ia anggap sebagai kemunafikan yang indah belaka.

Wah ini film top markotop. Hayo segera menuju rental, hehehe

Matematika

Masa-masa SMA adalah bagian dari anugrah yang besar yang Tuhan kasih ke saya. Akhirnya saya bisa mengucap syukur saya sempat mencium bau tanahnya di pagi hari, melihat bentuk awannya di senja itu, atau bahkan dihantuinya dua tahun berturut-turut. Berilmu bahkan bermalam di sekolah. Indah.

Ini bagiannya. Saya sudah melewati ujian nasional matematika. Do’a saya tiap hari adalah memohon diberi kemudahan dalam mengerjakan tes dan ujian-ujian lainnya. Guess whaaat? Bener banget kata temen saya, keluar kelas IPS pada tersenyum. Saya juga bahagia. Tapi benar kata guru besar saya, takabur adalah haram hukumnya. Saya takut, dan akan selalu takut sama yang namanya menjadi t-a-k-a-b-u-r , karena saya adalah orang yang paling takabur.

Ya Allah Alhamdulillah. Berarti DDUN emang bangsat sekaligus dewa buat saya. Soalnya kerap kali saya ngerjain, secara nggak sadar itu membutuhkan pemikiran 1000x lipat daripada persiapan UN.

Saya hanya ingin mengungkapkan rasa syukur saya. Ya Allah semoga hasilnya maksimal, semoga saya lulus, juga teman-teman saya. Amin ya Allah

Sekaligus saya ingin meng-update keberadaan hidup saya di dunia. Modem saya mati, sengaja gak diisi. Soalnya niatnya pas masa-masa UAN saya berjanji nggak akan nyentuh laptop maupun dunia maya. Tapi, namanya juga manusia kali ya. Gatel ini tangan gak nyentuh tuts, soalnya saya nggak tega curhatin temen-temen saya. Hehe
Ini hari menuju dua hari terakhir. Besok geografi, dan saya baru saja menonton film. Istirahat, karena sejujurnya yang lebih menegangkan adalah hari ini. Aaaaaaa
Lagian habis ini, saya tinggal liat gambar-gambar fenomena alam di folder My Pictures’ then gambar-gambar yang sengaja dulu saya simpan saya harap mampu memenuhi SKL geografi. Yep, manfaatin tekhnologi.

Saya baik-baik saja, saya menikmati masa SMA. Saya menikmati kritisnya detik-detik UAN. Saya menikmati di sekeliling teman-teman saya, memeluk dan menyemangati mereka tiap hari. Bertanya, tertawa. Bahkan saya menikmati pesakitan yang saya sembunyikan dan kalian sudah tau, bukan?


Hari ini yang berkesan lagi adalah, mengenai pertanyaan endrang; kalau dia masuk islam lagi, lo bakal ngelakuin apa pil?
Saya jawab, segalanya.

24 maret 2010

Sosiologos

Ini nggak berjalan. Gue fikir membuat sesuatu yang berbeda adalah semudah seperti biasanya.

Besok ujian nasional, tapi rasanya belajar aja jadi males banget. Apalagi sosiologi. Orang-orang bilang gue mudah untuk memikirkannya. Tapi itu berdasarkan teori gue. Berdasarkan fikiran gue, berdasarkan pengalaman gue. Dan ketika itu semua udah masuk ke dalam pilihan ganda, bukan lagi menjadi hal yang mudah. Asli!

Kenapa yah hal-hal teoritis palsu kaya gini masuk ke dalam daftar UN? Tai banget kan.

Ibu guru gue di sekolah sama bapak-bapak di bimbel menjelaskan satu hal yang sama aja, tapi jawabannya beda-beda. Lah, gimana otak gue yang ibu gue tiap hari kasih makan dan minum susu harus melawan computer dan scannernya yang cuma makan listrik.

Sekarang mengenai konsep tindakan social. Contohnya ya, kalo misalnya di depan gue ada Nicholas Saputra, dia abis nyanyi. Apa yang akan gue lakukan? Kalo gue tersenyum kece sambil micingin’ mata, kalo berdasarkan teori itu merupakan bentuk simpati, tapi kalo gue langsung tepok tangan, dan nemprok dia itu namanya empati. Lah, ketika gue dihadapkan dengan kata sugesti’ merupakan salah satu pilihan jawabannya, selanjutnya jadi semakin berabe kan?

Simpati, tindakan social didasari sikap yang mendalam, tertarik, namun tidak berupa tindakan.

Empati, tindakan social yang karena didasari rasa peduli dan tersentuh, lalu kita mewujudkannya dengan melakukan sebuah tindakan.

Sugesti, kita akan melakukan sesuatu didasari orang yang ada di hadapan kita yang member pengaruh besar. Jadi, karena seseorang tersebut kita melakukan sesuatu.

Ini bukan fenomena. Dalam ilmu social, kita begitu banyak dihadapi hal-hal mele-mele kaya begini, padahal kalo di kehidupan kita sendiri, rasa-rasanya gue gak sempet deh mikirin segala tindakan gue berteori apa. Ribet, tai.

Iya, gue males belajar. Tapi gue nggak merasa bego juga, karena menurut gue harusnya sosiologi itu yang diujikan adalah lisan atau membuat laporan mengenai hidup kita. Langsung, kan?

Bukannya laboratorium social itu ada di kehidupannya para manusia sendiri. Kenapa harus dibatasi pada huruf-huruf capital aja, dan ikut-ikutan nambah momok di UN. Zz

Rasa Takutku

Aku nggak bisa tidur, tapi aku selalu ngantuk. Aku selalu ingin melewati semuanya. Aku takut sama apa yang akan menghadapiku selanjutnya, tapi aku selalu percaya Dia ada bersamaku. Hanya saja aku tetap merasa takut. Aku merasa ada hal yang aku perlu aku takutkan.

Kadang aku merasa kalau menjadi takut adalah suatu kewaspadaan yang baik bagi diri kita sendiri. Karena aku juga takut menjadi takabur. Karena aku adalah orang yang super takabur, dan penangis. Aku selalu rindu pada sahabatku.

Ada dua hal yang termasuk ketakutanku yang mendalam. Kehilangan sahabatku dan berkhianat kepadanya. Aku akan mati karenanya. Sumpah.

Ya Allah. Jagalah bicaraku. Amien.

Jaga aku, biar aku mati tepat pada waktunya..

Amin


Puisi takutku, 22 March 2010

great you, ti!

Banyak yang bertanya, dan saya menjawab. Untuk saya, nggak ada lagi yang perlu ditutupi. Jadi saya menjawab, saya pernah menjadi seperti itu, dan seperti itu.
Tuhan sempat bilang, yang bisa merubah hidup hanya diri sendiri. Saya sadar saya terpuruk, kalah, dikhianati, dicampakkan, atau apalah. Jadi, ini adalah mengenai saya hari ini dan mungkin selanjutnya.

Harusnya saya bersyukur bukan? Saya tidak mendapatkan hal yang tidak saya inginkan. Sekalipun saya menunggu, kemudian saya berusaha menerima perubahannya, berusaha peduli. Ya dan lain-lain, tidak pantas lagi untuk dibicarakan. Saya rasa hal yang saya temui dulu di musholla dan saya amini do’anya jauh lebih baik ketimbang yang saya temui sekarang.

Buat saya ini mungkin terlihat seperti elegi yang berkepanjangan. Melewati batas fikiran, karena segala hal itu sempat melekat, dan sekarang jadi hitam. Mungkin ini akibat hal itu mendapat karma yang panjang (ups, saya bawa-bawa masa lalu ya? Sengaja sih)

Saya berpesan sama diri saya sendiri, jangan pernah berdoa mengenai hal buruk yang sempat menjadikan saya menangis sesunggukan. Saya punya Tuhan.. apa ya? Suatu hari saya akan menjaga hati, menjaga hal saya.. saya tahu rasanya, biar nanti suatu saat saya liat janji saya yang satu ini.

Kalau mau tanya mengenai perasaan saya. Saya masih suka miris, kasian ya saya. Tapi saya nggak kehilangan perhatian dari teman-teman saya (WAH SAYA TAMPAK SEPERTI ATTENTION SEEKER YAA). Saya jadi punya batas, saya jadi punya daftar yang saya nnggak suka di sekolah.

Tapi saya tetap saya. Salah kalau satu hal bisa menebak saya. Saya yang bahkan brengsek, jancouk, anjing, HUHUHU SAYA MAU NGADU AH BACA KATA-KATA INI HOEEEEK
Fine, terima kasih. Nanti kalau sudah ketemu dengan Tuan karma, silakan berkaca sama Tuhan. Minta ampun, dan jangan mengulanginya. Ini bukan tanda peduli.


Buat saya, hal itu tetap hal itu. Nggak akan ada laki-laki yang bisa menggantikannya –di SMA sekarang. Tapi hati saya jadi terbua, siap dibuahi sari bunga sama kumbang lain yang sempat melintas.. tsaaaaah..Tapi saya percaya sama Tuhan, saya nggak lebih baik daripada hal-hal lain.. tapi saya punya banyak vokabulari lagi kalau saya masih ingin kecewa dan jadi miris, tapi saya punya hal-hal yang lebih baik yang saya selalu saya percaya nanti saya akan temui. Tapi tenang aja, saya akan selalu terpuruk melihat kalian. Seperti yang selalu di bayangan kalian kaaaaaaan? :)


Ini bukan hal yang patut dimengerti, tapi kalau suatu saat ada yang membacanya.. terlebih dia mengerti, nuhun atuh 

Sabtu, 20 Maret 2010

menuju awal.

Selamat pagi :) :)

Rindu sekali sama tuts-tuts hitam dan wajah laptop saya. Hari ini ibu saya berangkat subuh dan saya begitu menggebu. Jadi, saya ambil laptopnya dan berjuang menemukan yang namanya voucher provider saya. Sudah hampir setengah bulan pulsa saya nilainya 11 rupiah gak nambah-nambah. Ya maklum deh, masa tenggang sebulan, jadi nyantai dikit, lagian saya mau ujian nasional jadi saya biarkan account-account saya sepi, hilang. Jadi, mohon maaf secara nggak langsung sama teman-teman dan semuanya yang nggak pernah saya bales smsnya akhir-akhir ini. (pernyataan nggak penting)

Apa ya? Hehe

Hari Senin, saya ujian nasional. Masa penentuan saya mengakhiri masa SMA saya. Kata guru besar saya Nadya Barek Boli hari ini sama besok adalah hari santai. Iya, saya santai. Dan saya penasaran sama yang namanya menggunakan fasilitas internet secara langsung untuk menuntut ilmu. Hehe kan biasanya mesbuk’, ngetwit, en ngeblog doang. Zz. Jadi, sekarang selain saya sedang menulis, di tab-tab lainnya terbuka gambar-gambar yang membuat saya rindu sama dunia dan menjadi motivasi saya. Gambar-gambar dari materi-materi pelajaran geografi. :D

Okay. Gooooooo fight! 

saya berjanji akan cerita lebih banyak mengenai elegi ini, setelahnya. wismilak guysss hehe

Sabtu, 13 Maret 2010

The Kite Runner




Ada sebuah film yang sukses menarik hati saya dari mimpi. Hehe lebay.

Mengenai persahabatan, kesetiaan, budak dan majikan.

Film ini jelas menarik urat kemanusiawian saya untuk menjadi lebih sentimental. Banyak bagian yang menjadi begitu haru dan beku. Terutama ketika saya sadar pemeran Hassan kecil adalah anak kecil yang begitu menggemaskan dan mengingatkan saya pada sesuatu.

Kisahnya mengenai tokoh utama Hassan dan Amir. Film ini banyak mengambil gambar dari Kabul, Afghanistan, Pakistan, sampai California.

Hassan kecil adalah budak dari Amir Jan anak dari pengusaha kaya yang sangat benci Komunis. Amir jan sangat pengecut, dan Hassan yang selalu datang dan melindunginya. Hassan selalu menyediakan sarapan untuknya, Hassan selalu menemani Amir di segala kesempatannya, Hassan selalu membenarkan segala yang Hassan bicarakan, Hassan selalu mengejar layang-layang untuk Amir.

Yang membentuk haru adalah, keberhasilan menciptakan tokoh Hassan pada usianya yang menjadi begitu setia, dan jujur. Dia begitu setia, dan terlihat seperti anak yang sangat tabah. Sumpah ya saya haru biru kalo ingat Hassan.

Hassan selalu membanggakan Amir yang pengecut sangat pengecut. Hassan akan memperjuangkan layangan biru untuk Amir yang dikejarnya. Sekalipun Hassan juga selalu dikejar oleh lingkungan yang menganggapnya kaum Hazara yang harus dimusnahkan, sekalipun Hassan dihancurkan, dipukuli, disodomi, diludahi, ia akan selalu mempertahankan layangan biru. Hassan akan terus diam dan memukuli dirinya sendiri dengan buah yang Amir lempar ke tubuhnya dan memintanya untuk membalas. Hassan akan terus mendengar cerita Amir.

Amir ingin memisahkannya. Hassan pergi. Dan, tak lama, komunis memisahkan Amir dan Ayahnya dengan Kabul, Afghanistan. Mereka menyambung hidup di California. Sampai akhirnya Amir telah menghadirkan impian hidupnya, bukunya, istrinya, dan segalanya telah ia dapatkan.

Kemudian, adalah hari yang memanggilnya untuk segera memperbaiki. Ada hari yang membuka rahasianya.

Film ini menggambarkan bagaimana kesetiaan manusia khususnya dari etnis Arabian, yg cenderung digambarkan layaknya amplitudo yang ekstrim pada iklim mereka. Ada hal-hal yang sangat bertolak belakang, namun hal-hal tersebut benar-benar sukses terlihat ekstrim. Khususnya kehidupan di Afghanistan yang digambarkan, telah memberikan alasan mengapa saya selalu melihat di tempat lain, orang-orang khususnya Amerika sangat membenci mereka.

Saya banyak-banyak istighafar deh, saya baru tau janggut adalah hal yang menentukan anda patut untuk masuk ke wilayah atau tidak, atau menjual kakimu yang sebagian adalah hal terbaik yang kau dapatkan untuk mendapatkan uang banyak, atau menjadikan anak laki-laki menjadi selir pemuas hasratmu adalah sebuah kenormalan, atau manggantung tubuh saudaramu di jalan adalah jalan terbaik untuk paling tidak menunda hari ini kepalamu yang akan dipenggal.

Banyak kultur yang menari di film ini, banyak view’ yang sama seperti film lainnya yang membuat kita semua takjub, ada sebuah happy ending’ yang tepat dan menyenangkan untuk melihatnya. Banyak pesan moral yg dapat dipetik, setidaknya untuk lebih bertanggung jawab, memperbaiki kesalahan.. apa ya.. this is one of a great movie. You have to watch!

Jumat, 12 Maret 2010

A Book

Hai, saya cinta sekali sama yang namanya kalimat, dan ketika kalimat tersebut terangkai dalam sebuah paragraf, dan paragra tersebut berbaris membentuk sebuah lembaran penuh makna yang siap mendoktrin mata, hati, dan telinga kita semua.. yang kemudian lembaran menjadi lembaran lalu tersusun, jadi buku!

Saya cinta buku, sejak usia saya 3 tahun. Ibu saya selalu menceritakan ke bude-bude, para tante, kerabat, dan semuanya yang saya kenal. Saya senang membaca. Tunggu, ini bukan sebuah pernyataan agar saya dianggap sok menjadi sesuatu. Tapi, saya memang begitu adanya. Buku, film, musik, dan makanan ya? Hahaha

Sudah lama saya nggak ke Gramedia. Tau kan?

Dulu, segala harta yang saya punya buat buku, buat majalah. Saya banggain habis itu sama temen-temen saya yang sangat tidak tertarik sama kata sedikitpun. Yaudah, saya kurangin.. dikit.. dikit lama-lama jadi bukit, eh salah, jadi silit. Apalah.

Masa SMA banyak menyita waktu, saya sangat merasakan selalu ada yang bisa saya dapatkan dan perbarui. Dan, semakin jauh sama yang namanya memperkaya batin dengan membaca buku. Yep, yep, yep. Saya rindu.

Saya ke Gramedia. Nggak tau ya, apa saya mulai normal dan meniru seperti yang orang-orang lain lakukan, saya seneng banget di sini. Baca buku puasnya juga cuma di sini. Tolong ya GMnya gramed, tolong bayar saya karena saya sudah promosi, hahaha.

Saya nemu buku-buku yang bikin rindu bukan kepayang. Saya juga puas memperkosa setiap karya sastra, novel, sampai pelajaran nikah.

Yang bikin saya benar-benar terketuk dan memotivasi saya adalah ketika saya menyentuh Antologi Cerpen Kompas, yang salah satunya penulisnya adalah Fransisca Dewi Ria Utari. Dia novelis, wartawan, cerpenis, dan wanita. Dan yang paling penting, dia adalah salah satu lulusan dari bagian mimpi saya hari ini.. ilmu komunikasi massa Fisip Komunikasi UNS Sebelas Maret. Itu aja sih, tapi menyenangkan telah mengetahuinya.

Hey, ibu saya maunya saya jadi sarjana ekonomi, bukan, ibu saya nggak punya warteg. Minimal sarjana akuntansi. Tapi, saya nggak bisa ngitung, saya suka sih sama duit. Tapi sekedar itu aja. Yah, minimal cita-cita saya sih bukan saya yang jadi akuntannya, tapi saya yang bayar akuntannya. Amin amin amin heheh

Saya suka bicara dan menulis, saya belum tau sih apa yang akan saya hadirkan untuk sekedar membeli susu anak saya nantinya kalau saya Cuma sekedar mengandalkan hal kaya gini. Saya nggak tau apakah saya cukup bisa menjadi penulis. Tapi saya yakin sama jurusan yang saya akan tuju. Bukannya kita harus segera menjadi fokus, agar segera menjadi.. menjadi apa ya? Nggak tau HAHAHAH

Saya butuh kepercayaan, dan saya btuh kesempatan. Sumpah, saya nggak akan menyiakan. Amieeeeen.

Eh, saya nggak bilang saya ngoyo arep dadi penulis, lan aku mboten nurutke mau si mbokne.. Saya kali ini hanya menyampaikan bagaimana hari ini buku telah menaikkan darah motivasi saya untuk menjadikan sesuatu. Dan belajar bermimpi lagi.. semangaaaaat!

Rabu, 10 Maret 2010

Dear, Soul Sister

Kalau saya sayang sama seseorang, saya akan berusaha menyayangi selamanya seutuhnya jiwa yang ada, setingginya saya bicara. Sumpah. Saya akan selalu berusaha mempertahankan perasaan yang meng-elegi dan meraih saya untuk terus menghadirkannya.
Kehilangan seseorang itu bukan hal yang mudah bagi saya, saya bisa nangis darah. Apalagi, orang yang benar-benar saya sayang, dan telah memberikan bagian hidupnya buat saya. Ini ceritanya saya lagi cerita mengenai salah satu pria yang saya harapkan.

Coba deh anda bayangkan, apa yang akan ada di benak anda ketika pertama kali melihat ke-tidakwajaran dan anda telah menyadari ke-tidakwajaran tersebut adalah anti-conformitas yang segala masyarakat jelas menolaknya. Dan ketika anda ingin merasa yang sama, anda begitu terhalang karena segala perhatian dan sikap anggun nan memikat anda. Yap, ke-tidakwajaran telah menjadi bagian dari hidup, dia begitu ramah dan lembut bahkan mampu menyaingi anda.

Ke-tidakwajaran telah menjadi bagian dari tawa orang lain yang begitu dirindukan ketika ia menghilang. Ke-tidakwajaran adalah teman saya, adalah bagian dari saya. Sama kaya saya, saya tau Bapak-Ibunya, saya tau ke-tidakwajaran ada bakat untuk menjadi lebih wajar. Saya percaya.

Yang saya nggak percaya, ke-tidakwajaran sudah sampai di sini. Fase yang bikin rasa mual ada di ubun-ubun. Jijik. Termehek-mehek, memble, ke-puan-an sekali. Tapi ke-tidakwajaran merasa pantas, merasa seksi, merasa cantik, merasa sensitive.

Saya suka nyalahin orang, karena saya selalu percaya, yang biasanya orang normal lakukan adalah mayoritas sangat benar. Kalau di antara kita cukup mampu menjalankan segala norma dan nilai yang sudah sejak dulu nenek moyang dari negeri yang saya cintai ini dan telah dijalankan oleh berjuta-juta umat secara turun temurun, dipercaya, dan disetujui agama, kenapa harus cari jalan berbeda dan mendekatkan kiamat ke pada yang lain, hanya untuk sekedar puas mensugestikan diri sendiri dengan yang namanya hubungan sesama adalah lebih baik, atau bercinta dengan sesama jenis melalui kata-kata adalah romantis dan lebih nyaman karena merasa terlindungi. Tidak cukupkah kaum hawa nan mengelilingi? Bukankah kami cukup lembut dan cukup mengayomi? Bukankah setiap puan juga mampu melayani anda dengan segala cara? Bukankah memang sejak dulu Adam hanya terpuaskan dengan hawa?

Hey, kamu kan laki-laki.. (=_=)"

Soalnya ke-tidakwajaran adalah sahabat saya. Saya mau dia jadi biasa. Saya mau dia kembali normal, biar bikin bangga papanya yang setia. Jadi lebih gahar. Dia nggak pantas sedikitpun untuk merasa cantiik atau bersinar, nggak pantas untuk terlihat seksi, nggak pantas dengan suara sok merdu saat membaca nomer 26 soal ekonomi, nggak pantas membisikkan kalimat puitis ke laki-laki yang bergabung di forum homo itu. Ke-tidakwajaran sangat wajar untuk mencoba, dan saya berharap dia kembali.


saya nggak suka lihat seperti ini




Selasa, 09 Maret 2010

Ada!

Kalau aku bicara apa ada yang berubah?



Ada, wajahmu jadi merah matamu mengiris, dan senyum payaumu terlihat cantik sekali, sayang..

Ada, otakmu terus menuntut tuts keyboard mana lagi yang akan kau tagih meneganai kalimat kecewa.

Ada, tangisanmu mereguk sanubari barisan semut-semut yang menjauhimu..
Ada, ibumu curiga.

Ada, jiwaku membeku dan relungku hatiku lama-lama jadi biru.

Ada, kau jadi tau apa di balik senja..



Ada, ada lagi yang bisa menjelaskan mengenai rasanya.

Ada, laki-laki yang lain berkesempatan utuh mencintai kamu, dan kamu seutuhnya bisa mengenal meski cuma matanya.

Ada, ada hal lain yang bisa kau pertajam cintanya..

Ada, tulisan di blog bertambah..

Ada, tangisan kamar mandi lagi..



Ada, hatimu jadi lega.. dan matamu benar-benar besar

Ada, panggung lain yang lebih dramatis yang siap kau tangisi..

(sebuah pesan

omongan.

Begitu banyak alasan yang berhamburan di hidup gue akhir-akhir ini.

Kalau gue menganggap cobaan ini tujuannya untuk menghadapi cobaan lain yang akan datang nantinya itu nggak cukup, gue berfikir Tuhan menghidupi gue di dunia ini untuk merasa, dan rasa itu nggak sedikit. Kadang kala yang membuat gue bisa terisak di pelukan endah dan nuni, atau di mata ayu, vina, dan intan, adalah salah satu bagiannya bagaimana agar gue bisa mendapatkan yang Tuhan udah kasih ke gue, apa ya.. mungkin juga biar hidup nggak kerasa lebih suram aja, biar mulut nggak cuma terbuka untuk tertawa, bukan untuk sekedar bertanya ada apa..

Ya, jadi yang tertawa diganti sama isakan, yang biasanya nanya jadi giliran ditanya sama orang-orang yang insya Allah kali ini adalah orang-orang yang sangat- sangat gue percaya. Orang-orang yang selalu ada dan selalu memberi gue segalanya.

Gue nggak akan membiarkan gue nangis lagi, karena gue adalah orang yang sentimental. Orang yang anti- jadi psikopat, makanya hobi nangis, dan gue selalu percaya ketika gue nangis gue akan menyusahkan orang lain.

Gue nggak akan membiarkan diri gue untuk peduli sama orang yang nggak pernah sedikitpun peduli hari ini gue kenapa, dan membiarkan gue berfikir dua kali untuk memaafkan. Gue nggak akan membuat sedikitpun diri gue peduli dengan orang yang bawa-bawa masa lalu gue. JANCOUK buat bagian yang itu, anjing seanjing-anjingnya manusia mirip anjing.

Gue bersumpah gue udah maafin segala tindakannya ke gue. Tapi gue nggak akan membiarkan diri gue untuk percaya sedikit sekalipun kepadanya lagi. Nggak akan pernah. Gue nggak akan menjadi musuh, bikin keriput. Lagian juga, masih banyak yang mau berteman dengannya ketimbang gue, dan karena gue juga nggak tau apa yang selanjutnya terjadi di masa yang akan datang, gue nggak tau bagaimana cara meminta maaf nantinya kalau gue jadi musuh. Tapi demi Tuhan, gue nggak akan membiarkan sedikitpun gue mengenal lagi. Yap, orang munafik dan membunuh perasaan orang yang bercerita di hadapannya mengenai orang yang juga ia cintai akan masih banyak memiliki kaum yang peduli padanya dengan mengandalkan kalimat ‘perasaan siapa yang mengira dan siapa yang bisa menjaga cinta' dibandingkan dengan gue yang cuma banyak cerita dan bego dan salah paham . Dan membunuh hati orang lain..

Gue nggak akan membiarkan segalanya kembali terbuka, jadi etalase jendela terngiang lagi.. tapi nggak akan gue kenangi..

Masalahnya, ini adalah sekolah tinggi dan ketika gue merasa ada di puncaknya adalah salah satunya yang menopang gue sampai di puncaknya.. then.. puncaknya ditembak di tengah.. byar! Hancur, mati.

Gue nggak butuh sebuah pernyataan apalagi penjelasan, karena gue nggak akan membaca, mendengar penjelasan apa-apa. Gue terlalu sibuk menghapus air air di mata, karena sebegitu dalamnya yang terkoyak. Gue juga nggak akan membuat pernyataan apapun selain ini semua, tapi gue akan terus berterimakasih kepada segala empati. Semoga menjadi peringatan bagi orang-orang lain. Rasanya bukan main pedih.

Biar jadi sebuah hal yang patut diingat. Dan alasan lagi untuk berhenti jadi munafik..

“Jangan biarkan asma, tangis, dan muntabermu kambuh dalam satu waktu, ntil.. nanti kamu tak bisa hentikan tangismu karena nafasmu sepenggal, dan darahmu habis ditelan jamban.. nanti kamu mati, ibumu panik..”

Jumat, 05 Maret 2010

5 Maret 2010

Kondisinya begitu menyenangkan. Dan saya bersyukur, meskipun saya nggak shalat maghrib sore ini.

Terima kasih untuk orang-orang tercinta, yang sempat menghadirkan puisi-puisi itu kembali.. dan menghilangkan pilu dari segala rasa pilu. Terima kasih telah menghadirkan panggung baru untuk disambangi. Terima kasih, aku cinta kalian setelah aku cinta Ibu sama Ayah. :)

Kalian yang membaca sudah mengetahuinya, aku mau apa dan langit bicara apa. Sesungguhnya tiada pernah sedikitpun aku menyangka rasanya seperti memijat bintang, panas. Dan aku terpekur, aku masih menghadapa wajahnya..
Aku menjerit, kabur.. namun, aku hanya aku, nan tak berperasaan. Hanya peran, siapa yang kuasa menebak hatiku selain ibu dan mereka. Ini karena cinta, dan aku bersyukur.

Yang namanya perasaan, sedewasa apapun sikapmu datang dan pergi. Setinggi manapun matamu berpijar, namanya tetap rasa. Dan ketika kamu menjadi bersalah ataupun dipersalahkan, aku tidak akan lagi. Aku tidak munafik lagi.

Hadiah yang begitu menyenangkan di tahun baruku ini..

Jalur PMDKku gagal karena jurusannya menarik minat segala jiwa,

Persahabatanku sempat lagi di ambang angkuhnya,

Dan orang yang kalian tahu, sudah jadi milik perempuan yang sempat menjadi yang pertama kali mengenalku jatuh padanya.

Hidup jadi seperti sendiri, datang lagi, namun langsung pergi. Tapi hidup cuma hidup, ada lagi yang diharapkan selain membuat mimpi baru? Tapi hidup cuma hidup, ada lagi pilihan selain menghidupkan lagi yang mati, dan menunggu sampai benar-benar mati?

Coba terka kapan datang karmanya? :O

Kamis, 04 Maret 2010

Ulang Tahun

This is my seventeen.

Alhamdulillah 

Hari pertama, jam setengah dua belas tepat aku lahir dulu. Ibuku masih sempat ciumi aku di tengah malam itu, dan menggubrisku untuk hidup lagi.. dan bilang di bawah sudah ada setan-setan kecil perusak jiwa anaknya yang paling anaknya cintai setelah dia.

Aku bangun dan menuju mereka, dengan ice cream yang biasa kita nikmati, dan durian yang dipotong asal. Terharu biru, tapi maksa biar nggak nangis, soalnya ada ayah.
Lalu, karena hari itu tepat bersamaan dengan hari lahirnya Rosulullah juga, jadi hari itu aku libur. Sepi, teman-teman gak dating. Dan, siangnya perempuan-perempuan jalang, pada datang. Membawa bolu batu. Tapi cukup menggigit 
Semua temanku ingat.

Semalam, makan-makan khusus teman-temanku. Semuanya datang, meski Cuma makan seafood  abang , temen smp, juga datang semua aih love!
Makasih ya Allah

Rebutan

Saya adalah tipikal orang munafik, dan salah anda bermain api dengan saya. Karena saya dapat meyakini, anda pasti sulit menebak adanya saya untuk ke luar dari ini semua.

Kenapa sih anda tolol banget, udah gitu psiko, lagi. Berusaha untuk disegani, dan orang lain gak ada yang melakukan itu. Mereka cuma takut, dan malas berurusan dengan anda. Saya yakin. Karena sekarang saya begitu, saya cuma malas. Malas mencoba tertawa lagi, dan menghadapi yang anda sembunyikan dibalik tangan. Yang telah menampar saya berkali-kali. Saya sayang banget sama anda.

Tapi, saya mau jahat sama diri saya sendiri. Saya capek terus jadi munafik. Saya malas menghadapi anda yang seolah olah tidak ada apa-apa. Terima kasih, saya sudah tahu sejak awal.

Saya juga nggak mau disalahkan, orang saya juga tahu gimana rasanya jatuh cinta. ada satu hal yang selalu ingat tentang hidup, salah satunya adalah orang-orang di sekitar saya, anda salah satunya. Saya nggak tau ya, atau karena anda nggak pernah punya teman atau cinta lalu saya menjadi munafik pura-pura nggak tahu terus, dan membiarkan nangis kalo ingat sama --. Dia juga nggak ada gantinya buat saya, anjing! Idk.

Saya nggak bisa. Kalau masalah anda adalah orang yang nggak bisa jaga kepercayaan, saya cuma berharap lain kali anda nggak akan melakukan kesalahan yang sama, mencari kebahagiaan tanpa resiko dengan cara aman, dan menyakitkan seperti ini. Bahaya, apalagi nanti kalau sudah dewasa.

Cuma lagi, saya bukannya minta diperhatikan gimana perasaan saya lagi. Perasaan saya udah mati. Jadi seperti orang yang baru kenal.

Maaf ya, maaf banget saya ngecewain anda. Tapi, ada lebih baiknya lagi kalau anda jujur bilang sama saya. Demi hati saya, itu akan lebih melegakan.

Senin, 01 Maret 2010

Balada PMDK

Saya terus berpuisi, setelah mengetahuinya, sampai ke kamar mandi pun. Saya mendengar deru-nya menenangkan saya, dia begitu menjadi pujaan saya.
“udah dong nak, ayo jangan nangis sayang, masih ada yang lain..”

Saya begitu mengetahui apa yang ada di benaknya, dia berharap sama saya.

Cita-cita saya menjadikan impiannya ada di hadapannya. Cita-cita saya menjadikan dia tersenyum, dan percaya sama saya, saya baik-baik saja di sana. Saya mau kuliah di luar kota, dan hanya di sana tempatnya yang dia izinkan. Jadi, saya begitu berharap.

Lalu, apa esensi dari sebuah do’a?

Ya, karena semuanya hanya saya gantungkan pada sebuah doa. Lha wong saya nggak ikut tes atau apapun, saya cuma kasih rentetan nilai-nilai, dan bayar. Jadi, saya cuma pasrah dan berdoa. Dan, meminta ke pada siapapun yang lewat untuk tetap mendoakan saya agar saya berhasil di sana.

Tapi, komunikasi adalah jurusan favorit. Dan, saya rasa untuk menjadi salah satu bagiannya bukanlah hal yang mudah. Semudah dia membuat saya menangis, dengan memeluk saya sambil berkata “genduut, kakak mau bohongin ibu ya, ayo ngaku kalo diterima..”

Saya mati kaku, rambut saya basah dipeluk guling.

Begitu banyak tanya yang mau saya ajukan.

Mengapa Tuhan tetap berikan harapan, jika pada akhirnya hanya menjadi ratapan penuh sama sesal. Saya benar-benar merasakannya, Karen saya begitu berharap. Sesungguhnya, ada benarnya juga kata dia, saya masih ada keraguan di masa-masa penantian, dan itu adalah kesalahan. Karena seperti yang selalu saya bilang, jangan meyakini sesuatu dengan setengah-setengah keyakinan, lebih baik percaya Tuhan benar-benar ketimbang, masih meragu di mana letak Tuhan dengan menjalankan ibadahNya setengah-setengah. Tapi, saya tolol. Nyuruh orang bisa, kontrol diri sendiri gakk bisa :)
Saya jadi sempat mengerti, mengapa ada kalangan-kalangan tertentu jadi benci sama Tuhan, saya sendiri sedang meyakini untuk menghapus rasa yang sempat menyinggahi saya 2 jam yang lalu itu. Saya masih meyakini diri saya, ini adalah tanda cinta.

Yang, saya sesali. Masih ada alasan dari dia. Itu tandanya kesalahan ada pada saya.

Saya nggak tau mau apa. Kalau saya mau bunuh diri, masih ada UN yang menuntut saya. Saya masih punya metlek yang mampusin’ saya gak ketrima, yang masih menjadi tanggung jawab saya. Saya masih punya Ayah, sama dia. Saya masih punya orang yang belum sempat saya jabarkan mengenai perasaan. Saya belum punya buku untuk diterbitkan. Saya belum pernah ke Papua, dan London. Saya belum punya babies. Saya belum punya coffeeshop. Saya belum bekerja di kantor. Saya belum melihat anak-anak dari sahabat-sahabat saya. Saya belum pernah.. bla bla bla

Yaudah, saya tenang. Saya bersyukur lagi punya sahabat, yang selalu jadi bantal empuk, dan membuat saya terpelanting bangkit lagi. Insya Allah.

Saya cinta sama Allah SWT, saya masih menanti kejutannya ya Allah.

Pelajarannya adalah, bagaimana kita menghadapi hidup dan segala keinginan di dalamnya, dengan menjadi manusia yang lebih santun. Dengan cara meyakini segalanya dengan sungguh-sungguh dan mengimaninya sama ketika kita mengimani Allah jua akan mengabulkannya. Dan ketika kita tidak mendapatkannya, namanya takdir.

Duhai, yang MAHA PENYAYANG.. saya tahu betapa Engkau begitu mencintaiku. Masih ada nafas-nafas kampus perjuangan, masih ada kampus-kampus swasta yang kegatelan, masih ada SPMB Swadana, masih ada tangisan yang cukup untuk membujuk dia, agar diizinkan aku ke Jogya, atau ke Bandung sekalian. Amien