Begitu banyak alasan yang berhamburan di hidup gue akhir-akhir ini.
Kalau gue menganggap cobaan ini tujuannya untuk menghadapi cobaan lain yang akan datang nantinya itu nggak cukup, gue berfikir Tuhan menghidupi gue di dunia ini untuk merasa, dan rasa itu nggak sedikit. Kadang kala yang membuat gue bisa terisak di pelukan endah dan nuni, atau di mata ayu, vina, dan intan, adalah salah satu bagiannya bagaimana agar gue bisa mendapatkan yang Tuhan udah kasih ke gue, apa ya.. mungkin juga biar hidup nggak kerasa lebih suram aja, biar mulut nggak cuma terbuka untuk tertawa, bukan untuk sekedar bertanya ada apa..
Ya, jadi yang tertawa diganti sama isakan, yang biasanya nanya jadi giliran ditanya sama orang-orang yang insya Allah kali ini adalah orang-orang yang sangat- sangat gue percaya. Orang-orang yang selalu ada dan selalu memberi gue segalanya.
Gue nggak akan membiarkan gue nangis lagi, karena gue adalah orang yang sentimental. Orang yang anti- jadi psikopat, makanya hobi nangis, dan gue selalu percaya ketika gue nangis gue akan menyusahkan orang lain.
Gue nggak akan membiarkan diri gue untuk peduli sama orang yang nggak pernah sedikitpun peduli hari ini gue kenapa, dan membiarkan gue berfikir dua kali untuk memaafkan. Gue nggak akan membuat sedikitpun diri gue peduli dengan orang yang bawa-bawa masa lalu gue. JANCOUK buat bagian yang itu, anjing seanjing-anjingnya manusia mirip anjing.
Gue bersumpah gue udah maafin segala tindakannya ke gue. Tapi gue nggak akan membiarkan diri gue untuk percaya sedikit sekalipun kepadanya lagi. Nggak akan pernah. Gue nggak akan menjadi musuh, bikin keriput. Lagian juga, masih banyak yang mau berteman dengannya ketimbang gue, dan karena gue juga nggak tau apa yang selanjutnya terjadi di masa yang akan datang, gue nggak tau bagaimana cara meminta maaf nantinya kalau gue jadi musuh. Tapi demi Tuhan, gue nggak akan membiarkan sedikitpun gue mengenal lagi. Yap, orang munafik dan membunuh perasaan orang yang bercerita di hadapannya mengenai orang yang juga ia cintai akan masih banyak memiliki kaum yang peduli padanya dengan mengandalkan kalimat ‘perasaan siapa yang mengira dan siapa yang bisa menjaga cinta' dibandingkan dengan gue yang cuma banyak cerita dan bego dan salah paham . Dan membunuh hati orang lain..
Gue nggak akan membiarkan segalanya kembali terbuka, jadi etalase jendela terngiang lagi.. tapi nggak akan gue kenangi..
Masalahnya, ini adalah sekolah tinggi dan ketika gue merasa ada di puncaknya adalah salah satunya yang menopang gue sampai di puncaknya.. then.. puncaknya ditembak di tengah.. byar! Hancur, mati.
Gue nggak butuh sebuah pernyataan apalagi penjelasan, karena gue nggak akan membaca, mendengar penjelasan apa-apa. Gue terlalu sibuk menghapus air air di mata, karena sebegitu dalamnya yang terkoyak. Gue juga nggak akan membuat pernyataan apapun selain ini semua, tapi gue akan terus berterimakasih kepada segala empati. Semoga menjadi peringatan bagi orang-orang lain. Rasanya bukan main pedih.
Biar jadi sebuah hal yang patut diingat. Dan alasan lagi untuk berhenti jadi munafik..
“Jangan biarkan asma, tangis, dan muntabermu kambuh dalam satu waktu, ntil.. nanti kamu tak bisa hentikan tangismu karena nafasmu sepenggal, dan darahmu habis ditelan jamban.. nanti kamu mati, ibumu panik..”
Selasa, 09 Maret 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar