Kehilangan seseorang itu bukan hal yang mudah bagi saya, saya bisa nangis darah. Apalagi, orang yang benar-benar saya sayang, dan telah memberikan bagian hidupnya buat saya. Ini ceritanya saya lagi cerita mengenai salah satu pria yang saya harapkan.
Coba deh anda bayangkan, apa yang akan ada di benak anda ketika pertama kali melihat ke-tidakwajaran dan anda telah menyadari ke-tidakwajaran tersebut adalah anti-conformitas yang segala masyarakat jelas menolaknya. Dan ketika anda ingin merasa yang sama, anda begitu terhalang karena segala perhatian dan sikap anggun nan memikat anda. Yap, ke-tidakwajaran telah menjadi bagian dari hidup, dia begitu ramah dan lembut bahkan mampu menyaingi anda.
Ke-tidakwajaran telah menjadi bagian dari tawa orang lain yang begitu dirindukan ketika ia menghilang. Ke-tidakwajaran adalah teman saya, adalah bagian dari saya. Sama kaya saya, saya tau Bapak-Ibunya, saya tau ke-tidakwajaran ada bakat untuk menjadi lebih wajar. Saya percaya.
Yang saya nggak percaya, ke-tidakwajaran sudah sampai di sini. Fase yang bikin rasa mual ada di ubun-ubun. Jijik. Termehek-mehek, memble, ke-puan-an sekali. Tapi ke-tidakwajaran merasa pantas, merasa seksi, merasa cantik, merasa sensitive.
Saya suka nyalahin orang, karena saya selalu percaya, yang biasanya orang normal lakukan adalah mayoritas sangat benar. Kalau di antara kita cukup mampu menjalankan segala norma dan nilai yang sudah sejak dulu nenek moyang dari negeri yang saya cintai ini dan telah dijalankan oleh berjuta-juta umat secara turun temurun, dipercaya, dan disetujui agama, kenapa harus cari jalan berbeda dan mendekatkan kiamat ke pada yang lain, hanya untuk sekedar puas mensugestikan diri sendiri dengan yang namanya hubungan sesama adalah lebih baik, atau bercinta dengan sesama jenis melalui kata-kata adalah romantis dan lebih nyaman karena merasa terlindungi. Tidak cukupkah kaum hawa nan mengelilingi? Bukankah kami cukup lembut dan cukup mengayomi? Bukankah setiap puan juga mampu melayani anda dengan segala cara? Bukankah memang sejak dulu Adam hanya terpuaskan dengan hawa?
Hey, kamu kan laki-laki.. (=_=)"
Soalnya ke-tidakwajaran adalah sahabat saya. Saya mau dia jadi biasa. Saya mau dia kembali normal, biar bikin bangga papanya yang setia. Jadi lebih gahar. Dia nggak pantas sedikitpun untuk merasa cantiik atau bersinar, nggak pantas untuk terlihat seksi, nggak pantas dengan suara sok merdu saat membaca nomer 26 soal ekonomi, nggak pantas membisikkan kalimat puitis ke laki-laki yang bergabung di forum homo itu. Ke-tidakwajaran sangat wajar untuk mencoba, dan saya berharap dia kembali.
saya nggak suka lihat seperti ini



0 komentar:
Posting Komentar